'10'

11 1 3
                                    

Liburanku akan usai hari ini, aku ingin melukiskan satu jejak liburanku walau tanpa kak Rama. Sudah semalaman suntuk aku memikirkan kemana aku ingin mengajak ayah dan ibuku bercengkrama. Mungkin rasanya memang tak sama kalau tidak ada kak Rama, tapi setidaknya liburanku akan sedikit bermakna. Sudah ku putuskan, aku akan pergi.

***

"Ayah, pergi ke tempat hijau yang luas yukkk!!", ucapku.

"Kemana? kebun teh mau ga? kepuncak aja yuk!", ajak ayah tak kalah semangat.

"Boleh, sekali-kali orang bogor pergi kepuncak yuk, masa mainnya disawah aja wkwkwk", tambah ibu

"Fix. Ayoooo berangkaatt!!", ucapku bersemangat.

Setelah meminta persetujuan Ayah dan Ibu, aku bergegas kembali ke kamar untuk mencari pakaian yang cocok ku kenakan ke kebun teh. Belum sempat ku pakai, mataku terpejam dan ku lihat pemandangan hijau nan luas dengan aroma kebun teh yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan namun saat ini terhirup jelas. Betapa indah suasana yang ada, mungkin disana akan ada banyak sekali kejadian yang seru jika saja kak Rama ikut diliburan terakhirku.

Ahh, sulit sekali rasanya pergi liburan dengan keluarga yang tidak lengkap.

Apakah ini yang akan aku rasakan selama 3 tahun kedepan?

***

"Uma, ayuuk udah siap belum?", teriak ibu dari luar kamar menyadarkanku akan lamunan yang tengah terlintas di fikiranku. "Iya iya buu!! Sudah!! ayo berangkat", ujarku sambil mengenakan celana dan atasan kemeja berwarna jingga tak luput kerudung bermotif bunga-bunga kecil seperti mahkota untuk seorang adik yang akan pergi liburan tanpa seorang kakak yang biasanya selalu ada menghibur dan menjadikan liburanku bermakna.


"Kenapa sih putri ayah cemberut mulu??? kangen kak Rama ya??", tanya ayah.

"Yaaa, ayah coba bayangin aja ini liburan pertama tanpa kak Rama. Sedih tau gak,  gaada yang  usil.", jawabku sambil sedikit memajukan kedua bibirku.

"Ada, usil. Gaada dicariin, jangan sedih-sedih kalau Kak Rama tau di ledekin nanti.", ucap ayah.


Iya juga ya, nanti yang ada Kak Rama kepedean disana. Pulang-pulang kalau di beberin sama Ayah Ibu bisa gawat. Yang ada kak Rama cuma bisa ketawa-ketiwi ngeledekin. Tapi itukan lebih baik dari pada tertawa sendirian.


"Udah Ah, ayook! berangkat!!!", ucapku.

***

Liburanku habis bersama dengan keceriaan ayah ibu tanpa hadirnya seorang kak Rama.

Sebenarnya, ini adalah pijakan awalku yang mungkin bisa atau tidak bisa harus ku perjuangkan.

Dengan singkat tergambar waktu demi waktu yang membuatku selalu menjadi seorang pelari.

Tidak ada sedikit celahpun untukku berjuang ataupun menyangkal kepergian seseorang.

Semua berakhir dengan aku yang mengalah, dan memulai kembali kisah tanpa hadirnya.

Hadirnya seseorang yang selama ini selalu ku dambakan disetiap pagiku menyambut.

Apakah akan terus seperti ini ?

Atau ini hanya salahku yang terlalu banyak membaca kisah-kisah dalam setiap buku cerita.

Hingga mendoktrinku untuk memiliki kisah yang selalu indah dalam kehidupanku?

Jadi benarkah semua ini memang murni kesalahanku?

Yang terlalu banyak impian dengan keadaan yang sebenarnya tak begitu?

Apakah aku benar-benar seorang yang selalu menghindar di setiap masalah?

02.00 am

Umaisya Az-Zahra

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelari UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang