'6'

18 1 0
                                    

Semenjak kejadian itu, Kak Afi pindah dari rumahnya bersamaan dengan Ayah Kak Afi. Tak ada tetangga yang tahu kemana mereka pindah, tak ada pula yang menyadari kepergian mereka. Hanya ada banyak pertanyaan besar dari dalam diriku, "kemana Kak Afi pindah?". Sejak kejadian itu, tak ada lagi canda tawa bahagia, belum hilang dukaku kehilangan Ibu Kak Afi, saat itu diumurku yang baru 11 tahun harus kehilangan keceriaan dalam hidup. Keceriaan yang slalu diciptakan bersama dengan Kak Rama dan Kak Afi, tak ada lagi permainan-permainan sederhana yang biasa kami lakukan bertiga. 


Sejak saat itu, semua kenangan hanya berputar-putar dalam otak saja. Tak ada sepatah katapun keluar dari mulut kak Rama tentang Kak Afi dihadapanku. Mungkin saja, Kak Rama menjaga perasaanku yang mudah rapuh ini agar tak kembali bersedih mengingat semua keceriaan yang hilang begitu saja. Ingin sekali rasanya memaki diri sendiri, ikhlas bukanlah suatu tindakan yang mudah terlebih lagi mengikhlaskan yang selama ini kucoba pertahankan hingga menua. Namun, belum sempat menua apa yang kucoba pertahankan sudah tak lagi berdampingan denganku hanya kelabu dan sendu sejak saat itu.


***


Kini aku sudah berumur 12 tahun, Uma sudah menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama. Awal yang sangat tidak mudah bagiku menginjakkan kaki sedikit agak jauh dari rumah. Disekolah ini, setelah aku mengikuti semua kegiatan tes seleksi masuk RSBI kulalui tibalah pada saat yang sangat malas ku hadapi. MOS atau Masa Orientasi Siswa adalah kegiatan dimana pihak sekolah terutama OSIS yang turun langsung melaksanakan kegiatan MOS untuk membentuk karakter siswa-siswi baru agar mudah beradaptasi dengan sekolah barunya terlebih masa-masa peralihan dari Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah Pertama yang tentunya sangat berbeda.


Pagi ini sesudah sarapan bersama dengan keluarga kecilku, Kak Rama yang notabenenya Kelas 3 SMP dan satu sekolah denganku mengingatkan hal-hal yang penting agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan nantinya. Sebagai kakak dan kakak kelasku, Kak Rama mengingatkan untuk tidak mencari gara-gara pada semua senior yang bertugas sebagai OSIS. Aku dan Kak Rama memang berbeda tipe kelasnya, Kak Rama merupakan kelas regular sedangkan aku merupakan kelas RSBI yang saat baru dilaksanakan di angkatanku. Ada beberapa perbedaan dalam sistem dan beberapa fasilitas dalam pembelajaran, namun menurutku tak jauh berbeda hanya ada beberapa keistimewaan. 


Jarak dari rumah kesekolah hanya terpaut 15 menit menggunakan sepeda motor. Aku berangkat bersama dengan Kak Rama, dengan menggunakan seragam SD kerudung yang dipita sesuai dengan jumlah tanggal lahir tak luput dengan kacamata cengdem atau goceng adem juga kaus kaki berbeda warna serta rentetan permen yang dijadikan gelang juga gesper sebagai tanda bahwa aku sedang di MOS. Sesampainya disekolah, aku turun di gang sebelum sekolah karena kak Rama yang notabenenya seorang pengurus OSIS akan turun image jika harus mengantarkanku sampai depan gerbang sekolah. Tadinya ku ingin berangkat sekolah sendiri, agar tak ada kesan pilih kasih nantinya diantara murid lain karena aku seorang adik salah satu pengurus OSIS di SMP ini. Namun, Ibu khawatir melepasku begitu saja alhasil aku berangkat bersama dengan kak Rama yaaa hanya saja aku tak berjalan berdampingan memasuki sekolah baru ku ini.


Setelah kak Rama menurunkan aku, aku berjalan sambil berdoa dalam hatiku "Ya Allah, jika ini adalah sekolah dan madrasah terbaikku menuntut ilmu maka izinkanlah aku menyelesaikannya dengan baik". Saat kakiku menginjakkan kaki di gerbang sekolah, ada rasa rindu melihat keramaian yang ada. Dimana-mana terlihat murid baru dengan seragam dan kreatifitasnya yang unik, tentu saja aku rindu Kak Afi. Terkadang aku berharap, bahwa aku bisa satu sekolah dengan Kak Afi tapi apadaya dimana Kak Afi saja aku tidak mengetahuinya.


Masa Orientasi dibuka dengan apel pagi, Ibu pembina osis saat itu membuka amanat dengan suara yang berhasil meredam kebisingan murid-murid baru. Suaranya begitu menggelegar dan sukses membuat semua murid terdiam, kata-kata selamat datang darinya begitu menggugah semangat para murid baru. Kami bangga menjadi bagian dari pencari ilmu di sekolah ini, namun semakin larut Ibu pembina osis menyampaikan amanatnya terasa sesuatu yang mengganggu penglihatan dan pendengaranku. Aku memandangi sekitar lapangan, mencari keberadaan Kak Rama untuk mengawasiku khawatir terjadi sesuatu yang tak ku inginkan. Mataku mulai menghitam dan buram, suara sang ibu pembina tak lagi jelas ku dengar terasa telingaku mulai tak berfungsi optimal sama seperti mataku yang tak lagi berfungsi baik. Ku angkat tangan kanan dan kiriku untuk mengecek kedua telingaku sambil ku berusaha menggelengkan kepala untuk memperjelas penglihatan. Namun, semuanya tak terlihat lagi aku merasakan tubuhku lemas dan terjatuh begitu saja. Tak lama, aku merasa ada seseorang yang sigap menopah tubuhku dari belakang seorang pengurus osis yang berjaga didekatku dan kerumunan murid baru yang sayup ku lihat dan ku dengar tak begitu jelas. Masih berusaha untuk bangkit, tubuhku diangkat oleh pengurus itu ku coba untuk senyum namun sayup terlihat dia terburu-buru membawaku ke ruang UKS tak sedikitpun dia melihat kearah wajahku dan gelap terjadi dimana-mana saat itu. Aku tak sadarkan diri.



Pelari UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang