Mula

2.8K 229 57
                                    

50 tahun yang lalu.

Dimana seluruh kecemasan melanda dunia.

"Tidak. Aku percaya, Indonesia tidak akan mati hanya karena es terkutuk itu!" Suara salah satu petinggi negara terdengar menggelegar.

Seluruh peserta rapat hari itu, diam membisu. Alam tidak pernah main-main dalam melakukan aksinya.

"Kita bisa hidup. Kita bisa menciptakan teknologi yang dapat membantu seluruh penduduk. Membantu Indonesia." Dahlan, Menteri pertahanan dan keamanan, kembali bersuara di tengah keputus asaan.

Indonesia, seluruh dunia, tahu  bahwa bumi bukanlah planet sejahtera seperti dulu. Alam semesta mulai murka. Eksploitasi sumber daya alam, pembakaran illegal, dan polusi-polusi, membuat stabilitas alam semakin tidak pada titik wajar. Curah hujan semakin tidak beraturan dan musim yang terus berganti dalam selang waktu yang begitu pendek.

Namun, masalah terbesar dari semua itu adalah ..

Matahari, telah kehilangan separuh dari energinya. NASA, badan pengamat luar angkasa dengan berat hati mengumumkan kepada seluruh dunia, bahwa dalam kurun waktu 100 tahun kedepan matahari akan mati total. Dan bumi akan membeku. Bahkan, sebelum matahari kehilangan seluruh energinya, bumi akan terus mengalami dampak-dampak negatif. Seperti membekunya beberapa wilayah dunia, akibat kehabisan energi alternatif di negara itu sendiri. Maka sejak di umumkannya berita itu, seluruh dunia berlomba mencari sumber energi alternatif untuk menjaga suhu di negaranya.

"Dahlan, kau tahu sendiri. Meskipun di abad 21 ini seluruh fasilitas terbilang canggih, kita tetap kekurangan peneliti. Kita tidak bisa merekrut peneliti dari luar negeri lagi. Mereka pun membutuhkan peneliti untuk mencari energi yang tidak akan habis di negaranya," ujar Frida, salah satu penasihat presiden.

Semua orang kembali menatap Haris, pemimpin Millenium dengan penuh harap.  Millenium adalah desa yang beralih fungsi menjadi laboratorium yang memiliki luas sebesar 6 lapangan sepak bola, tempat dimana seluruh teknologi canggih penunjang kehidupan Indonesia dibuat, desa para peneliti. Seluruh peneliti ditampung di sana. Namun, undang-undang telah menetapkan bahwa sesama peneliti dilarang untuk memiliki keturunan.

"Maafkan aku, tapi sisa uranium di Indonesia terbatas. Energi ini hanya bertahan sekitar 35 tahun lagi. Setelah itu Indonesia... Indonesia akan--"

Belum sempat Professor Haris melanjutkan kalimatnya, Maistra Nasuha, pemegang kekuasaan tertinggi di Indonesia pada abad 21, angkat bicara. "Cukup! Indonesia tidak akan pernah mati. Kita akan tetap bertahan hidup dengan uranium. Untuk kedepannya, kita serahkan pada Tuhan pengatur segalanya. Sekarang, yang aku butuhkan adalah usulan dari seluruh warga Millenium. Apa yang harus negara ini lakukan agar peneliti di Indonesia semakin berkualitas dan semakin banyak?"

Professor Haris kembali bersuara. "Kami telah membincangkan ini sejak lama, kami akan membuat sebuah scanner. Dimana, scanner ini berfungsi untuk mendeteksi para bayi yang memiliki IQ di atas 160. Para bayi yang memiliki IQ 160 keatas, akan dikarantina. Sejak lahir, mereka akan di ajarkan segalanya lebih cepat dibandingkan bayi lain. Mereka akan dibentuk menjadi peneliti handal. Dengan itu, akan lahir banyak peneliti baru yang berkualitas."

Tanpa keputusan dan perbincangan panjang, saran Profesor Haris tanpa sanggahan lain, diterima. Seluruh petinggi negara menyerahkan project besar ini pada warga Millenium. Dan, pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan baru. Yaitu, penduduk Indonesia diharuskan memiliki anak lebih dari 2 demi mendapatkan para bayi dengan IQ tinggi.

30 tahun berlalu.

Tanpa diduga, negara-negara yang telah maju jauh sebelum Indonesia, termasuk Jepang dan Korea selatan telah mati. Negara dengan teknologi tercanggih itu, mengalami dampak dari melemahnya matahari. Negara mereka telah diselimuti es, dan itu berlangsung tiba-tiba. Dalam waktu 5 menit setelah sumber energi mereka habis, seluruh penjuru kota Jepang tersapu oleh angin yang memiliki suhu -150°C, hal tersebut mengakibatkan para penduduk Jepang tidak bisa menyelamatkan diri. Karena, mereka membeku seketika.

Hal ini, semakin menjadi momok bagi Indonesia. Para peneliti angkat tangan, mereka tidak bisa menemukan sumber energi baru. Sampai pada bulan november tahun 2130, semesta mengabulkan do'a seluruh penduduk Indonesia.

Dentuman keras yang mengakibatkan getaran hingga ke penjuru Merauke, menggemparkan seluruh penduduk Indonesia. Dugaan-dugaan mulai bermunculan. Mulai dari, kiamat akan segera tiba, bumi murka akan memporak porandakan Indonesia, dan dugaan-dugaan lain.

Namun, setelah BMKG mengadakan penelitian lanjutan mengenai sumber getaran tersebut, sinyal menunjukan bahwa getaran keras berakhir di salah satu hutan lindung di kawasan Kalimantan Timur, yaitu hutan Wehea. Salah satu hutan yang amat di lindungi di Indonesia.

Meteorit berukuran sebesar kelapa, yang masih memancarkan cahaya keungu-ungungan, membuat para ilmuwan dan peneliti di Indonesia bertanya-tanya. Sepanjang sejarah, baru kali ini meteorit memiliki cahaya ungu. Meteorit jatuh itu, dibawa menuju desa Millenium untuk diteliti. Saat uji lab mengenai kandungan dari meteorit ungu tersebut, mengejutkan. 1 butir pecahan meteorit, setara dengan 1 kilogram Thorium. Atau, energinya sama seperti 300kg Uranium. Artinya, dengan kandungan ini Indonesia dapat bertahan hidup sampai 1000 tahun kedepan.

Meteorit tersebut di beri nama GX-Bluff.

Namun, energi ini harus di proses terlebih dahulu dengan optimal, agar dapat bertahan lebih lama.

Dan pada saat itu pula, seorang bayi laki-laki lahir dengan manik ungu gelap, yang memiliki IQ 220.

Ia diberi nama, Angkasa. Bayi ke 1999, yang akan masuk kedalam karantina Gystrom.

Selamat datang Angkasa.
Selamat datang bencana.
Selamat datang di Indonesia.











GX-INA 2150Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang