Andai Di Surga Ada Cinta (Part 1)

4.7K 82 3
                                    

"Dia kritis..." Ucap Sarah tertahan.

Nampaknya Sarah sangat tertekan dengan keadaan kakak angkatnya itu.
Betapa tidak, kanker hati yang diidapnya telah mencapai stadium akhir. Untuk pemuda seusia Harry penyakit itu rasanya terlalu berat.

"Jadi anti mau pulang?" Tanyaku pada Sarah yang sebenarnya hampir kuurung.

"Hmm,,la a'rif * Aul... Tau sendiri kan, ujian akhir ma'had ga bisa ditinggalin.. ana bingung Aul..." Pekiknya.

Aku bungkam.
Aku berfikir...

"Aul, Aulia... kok diam sih? Ana minta solusi nih... Cuma anti  yang bisa kasih solusi yang terbaik." Desak Sarah.

"Duuuh, ini anak, kalo ada maunya aja... huft!.. Gini, anti tanya kabar Harry lagi, pastikan apa dia benar-benar parah atau masih bisa bertahan, tanya sama Abi anti apa memang harus pulang? Kalo beliau bilang ga usah ya ga usah.. Konsentrasi sama ujian dan tahfidz (hafalan) anti. Ingat loh,  ini udah akhir tahun, sebentar lagin tasyakuran tahfidzulqur'an (Syukuran penamatan hafalan Al Quran). Anti ga mau kan harus ketinggalan setahun lagi dari ana..." Jelasku.
Sesaat senyum terbersit di bibir gadis berdarah arab itu namun senyumnya berubah saat mendengar kalimat terakhirku..
"Yeee.. Mentang-mentang udah khotam (tamat), aiwa (iya) ustadzah!" Gerutunya.

Gadis itu berlalu. Dari langkahnya menuju kantor, aku tahu dia hendak menghubungi Dr.Abdullah, dokter yang menangani Harry yang tak lain adalah ayah kandung Sarah sndiri.

Ah... Aku baru sadar, sejak tadi aku mengobrol bersama Sarah ternyata kami tidak hanya berdua. Ada Aisyah disini. Wajahnya yang cemberut, membuatku merasa tidak enak. Ah... Aku mengacuhkannya.
"Eh, Aisyah.. afwan jiddan (maaf banget) ya....." Kalimatku terputus saat Aisyah tiba- menangis

"Aul..." Sesenggukan ia memanggil namaku.

"Madza biki ya sohibaty? limadza tabkii??" * . Tanyaku heran. Jujur aku kaget.

"Harry Aul.. Harry..."
Aku bagai tersambar petir mendengar Aisyah mengatakan itu. Sejak kapan sahabatku yang pendiam dan masa bodoh ini tersentuh dengan cerita tentang Harry?aku fikir dia tak pernah memperdulikan Harry, bahkan kurasa ia tak mengenalnya.

"Aisyah... Jangan nangis terus... Nangis bukan solusi, sini cerita sama ana",  Kusambut Aisyah yang tiba-tiha menghambur ke dekapanku.

"Sesakit inikah Aisyah mendengar berita harry?" Dalam diam aku bertanya.

Aku semakin tak mengerti. Akhirnya setelah aku membujuknya, Aisyah mau juga membuka mulut.
Kalimat demi kalimat meluncur daribbibir mungilnya, seiring dengan aliran air mata y tak mampu ia hentikan.
Aku mengerti!
Belum selesai Aisyah bicara, bel peringatan agar aktifitas santri diakhiri berbunyi, kulirik jam weker di meja belajarku.
Ooh sudah pukul 21:30.
Aku sarankan Aisyah segera ke hammam untuk mengusap wajahnya yang sembab dengan air. Perlahan Aisyah menghilang di balik pintu.
Memang, Aisyah belum tuntas menceritakan yang sebenarnya terjadi, tapi dari sekian banyak yang diceritakan Aisyah tadi membuat aku sangat mengerti betapa Aisyah begitu tertekan dengan perasaannya sendiri.

Aisyah jatuh hati pada Harry...

.
.
.
.

Tunggu lanjutannya di Andai di surga Ada Cinta 2

***
 note : (terjemah bahasa Arab)
*Ana = saya
*Anti = kamu
*la a'rif = aku tidak tahu
*Ma'had = pondok, pesantren
*Afwan jiddan = maaf banget
*Madza biki= ada apa denganmu?
* limadza tabki? = kenapa kamu nangis?
*Hammam = kamar kecil/wc/toilet

Bismillah, novel ini diikutsertakan pada event menulis WritingProjectAE, semoga bisa bermanfaat lebih luas kalau menang dan terbit, hehehee. Amiin..

Andai Di Surga Ada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang