Andai Di Surga ada Cinta (part 3)

985 22 0
                                    

"Sarah, kamu mau pulang?" Aku terkejut melihat Sarah di hadapanku yang sedang mengepak barang-barangnya dengan panik. Dia diam. Akupun tak berani mengusik. Hingga saat Sarah selesai berkemas dia menoleh kearahku,

"Aul, Sarah pulang dulu ya, kakak makin parah..." Katanya. Kulirik Aisyah yang raut wajahnya tiba-tiba berubah. Sedih.

"Tapi, kenapa tiba-tiba begini, Rah?" Tanyaku. Aku benar-benar heran, masih jelas kudengar Sarah mengatakan tidak akan pulang sampai ujian selesai, tapi kenapa tiba-tiba sekarang ia mau pulang?separah itukah Harry?

"Gak tau, Aul.. Tiba-tiba saja Abi jemput, tuh udah di depan sama Ahmad.."

"Hmm, thoyyib, titip salam buat 'ammah sama Ahmad ya, aku doain Harry cepet sembuh.." Hanya itu yang bisa kukatakan kepada Sarah.

"Mmm.. Iya, Insya Allah, Aul.. Aamiin... Syukron ya,"

"Afwan.." Jawabku singkat.

"Sarah berangkat, ya..." Sarah mendekapku. "Assalamu'alaikum" dan kemudian menghilang di balik pintu setelah salamnya. Aku masih melihat Sarah dari balik jendela dan akhirnya benar-benar menghilang bersama Camry yang ditumpanginya.

Ah, Sarah... Gadis ceria itu tak pernah menampakkan kebahagiaan belakangan ini, bahkan senyumpun sudah jarang kulihat, apa y terjadi sebenarnya???

* * *

Tiga hari di Rumah Sakit, Sarah belum pernah menginjakkan kaki ke rumahnya. Saat dijemput 2 hari yang lalu Sarah langsung ke RS, dan 3 hari itu pula ia belum pernah melihat Harry membuka mata.
Ya... Harry tak sadarkan diri. Dia koma, kira-kira seminggu yang lalu.

Namun saat semuanya telah terlelap, tepat malam ke empat Sarah menemani Harry, entah mimpi atau bukan, Sarah mendengar seseorang memanggilnya,

"Sarah, kamu datang, Dik..?" Alangkah terkejutnya Sarah mendengar kalimat itu, ia membuka mata dan mencari-cari sumber suara itu,

"Sarah.. kakak kangen Sarah..." Suara itu kian menggema di telinga Sarah hingga kemudian dia mengetahui asal suara itu saat kedua matanya menatap Harry,

"Kakak..."
Senyum merekah dibibir Sarah dan segera menghambur ke arah kakaknya itu.

"Assalamu'alaikum, Dik..." Lirih Harry.

"Wa'alaikum salam, Kakak... Sarah senang sekali melihat kakak sadar kembali. Sarah tau, Allah pasti mendengar doa kita semua..." Sambut Sarah antusias.

"Jam berapa sekarang, Dik? Sudah lama rasanya kk tak pernah tahajud, mau bantu kakak untuk bisa tahajud?" Tanya Harry.

"Tapi kak... Kakak baru saja sadar, apa td+k sebaiknya kakak istirahat dulu saja? kan masih bisa tahajud kapan-kapan." Cegah Sarah.

"Tidak, Dik... Kakak merasa tahajud kakak ini adalah yang terakhir..."

"kakak.. jangan bicara seperti itu!" Kalimat Harry terputus oleh Sarah.

"Sarah... Bukankah orang beriman selalu seperti itu? Baginya hidupnya adalah hari ini, dia akan melakukan apapun yang terbaik di hari ini seakan-akan dia takkan punya hari esok lagi... Lagipula kakak masih jauuh lebih kuat dibandingkan dengan para pejuang-pejuang Islam yang tak gentar mencari cinta Ilahi meski kematian telah didepan mata..."

Sarah terdiam, dia merasakan hatinya sesak dipenuhi haru. Kakakku.. beginikah Allah membalas cintamu pada-Nya? Batin Sarah.

"Sarah.. jadi mau bantu kakak?" Sarah tersadar dari lamunannya.
Ia lalu mengambil bedak dan menaburinya di atas kertas bersih yang telah disiapkan ibunya kemudian menyerahkan pada Harry. Harry memulai tayammumnya dengan basmalah dan mengakhirinya dengan doa.

"Allahu akbar..." Dengan setengah kekuatan Harry mengangkat tangannya. Suaranya bahkan tidak jelas terdengar.

Diaam-diam Sarah terenyuh pada semangat kakaknya yang begitu besar beribadah meski baru saja siuman. Yang pertama dilakukannya adalah tahajjud meski dengan berbaring..
"Lalu aku yang sehat ini kenapa masih diam saja?"
Segera Sarah mengambil wudhu dan membentangkan sajadah ditepi kanan tempat tidur Harry.

Ah.. Sungguh indah saat-saat bercinta dengan Tuhan disepertiga malam terakhir. Berserah, bercurah kepada-Nya yang Esa, bersama derai airmata yang tulus tanpa kepalsuan, untaian doa yang mengalir tanpa keraguan.. Ya, hanya Allah dan kita..

"Assalamu 'alaikum warahmatullah..." Harry mengusap wajahnya. Lama. Sepertinya dia sedang melafadzkan doa.
Sarah pun hanyut dalam hangatnya kebersamaan dengan Robbnya.

Mereka para insan yang beriman selalu enggan melepas keindahan cinta suci antara dia dan Tuhannya, dan Tuhan pun seakan-akan menyetujuinya.

"Kakak... Sarah sayang kakak... Semuanya mengharapkan kesehatan kakak, tadi siang teman Remaja Mesjid kakak membesuk. Mereka semua membutuhkan kakak..."
Sarah membuka percakapan,

"Sarah, kalian tidak butuh kakak, mereka tidak butuh bantuan kakak, Dik. Semuanya sudah diatur oleh Allah, jika kalian masih membutuhkan kakak, pasti kakak tidak sedang terbaring lemah disini, kakak pasti sedang aktif diluar sana, tapi coba lihat, meski kakak terbujur di ruangan yang sepi ini, forum-forum yang pernah kakak jalankan masih tetap ada kan? malah semakin berkembang...
Jika memang semua ini harus berakhir, kalian harus merelakan. Yakinlah, kakak pasti bahagia jika kalian jg bahagia..." Terbata-bata Harry berusaha membuat Sarah mengerti.

"Kakaaaak..." Sarah tak kuasa menahan haru.

"Sarah, maafkan kakak jika selama ini selalu membuat susah keluarga kalian, maafkan kakak karena belum bisa memberi banyak untuk kalian, sejujurnya kakak sangat berterima kasih pada kalian khususnya Ahmad dan Abi. Sebab dari merekalah kakak mengenal Allah, arti hidup, tujuan dan akhirnya. Kakak nggak tau akan menjadi apa malam ini jika kakak tidak mengenal kalian, besar kemungkinan kakak sedang terbujur di diskotik dengan botol-botol minuman haram dan obat-obatan tanpa satupun yang menolong kakak...
Tapi malam ini... Sungguh indah.. kakak tidak merasakan ada malam seindah malam ini lagi... kakak rasa mungkin benar inilah saatnya..." Harry masih tetap bersuara meski dengan nafas tersengal. Suaranya lirih lemah, pelan sekali.

"Kakaaaaaak....." Sarah semakin terisak...

***

To be continued

Andai Di Surga Ada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang