Andai Di Surga ada Cinta (Part 2)

2.2K 36 0
                                    

Jatuh hati?
Ya, Aisyah jatuh hati pada Harry.

Dari ceritanya, kurasa Aisyah benar-benar mencintai Harry.
Aku tdk menyangka. Aisyah, sahabatku yang terkesan menutup diri dan fanatik itu takluk oleh seorang pemuda asal Kalanada yang belum lama melafalkan syahadat. Aisyah justru baru mengenalnya dua bulan yang lalu, dan itu dariku.

Kembali bayang-bayang Harry, Aisyah dan aku berkelebat difikiranku.
Jauh aku menerawang. Saat itu, tepat pada hari dimana asramaku kedatangan santri baru, berasal dari Yaman, Arab Saudi. Putri seorang dokter yang berpindah tugas ke sebuah RS di Solo. Imbasnya mereka sekeluarga pun harus pindah, dia gadis yang sama sekali tak bisa berbahasa Indonesia. Bahasa yang diketahuinya hanya bahasa Arab, bahkan bahasa Arab pun bahasa dari daerahnya. Karena kesulitan mengerti bahasa Arab seperti yang dalam Alqur'an juga karena sulitnya teman-teman memahami kalimat-kalimatnya yang terkesan aneh, akhirnya aku yang membantu mentranslate bahasa mereka agar komunikasi semakin lancar. Begitulah aku mengenal Sarah yang akhirnya menjadi teman dekatku bersama Aisyah.

Hari-hari kami lalui bersama, saling terbuka. Kami bertiga sudah terlalu dekat hingga dimanapun dan kapanpun kami selalu bersama. Namun sedekat apapun kami, kami hanya sahabat, bukan diri sendiri. Bagaimanapun terbukanya mereka padaku, nyatanya masih ada yang mereka sembunyikan.
Sarah dan Aisyah belakangan ini punya bisnis yang aneh,menurutku. Dan sekaran semuanya telah jelas. Aku telah tahu semuanya.
Harry kakak angkat Sarah yang secara tidak sengaja ditemukan oleh Ahmad, Adik Sarah.
Ya... Ahmad yang telah membuat Harry terkagum-kagum pada Islam. Dia mulai tertarik dan terus mengikuti Ahmad sampai kerumahnya, disana ia banyak belajar tentang Islam yang semakin membuat kagum dirinya. Lalu akhirnya dengan keyakinan yang mantap dia mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Dr. Abdullah yang telah resmi menjadi ayah angkatnya.
Ahmad, aku kembali teringat Ahmad. hehe, bocah lucu itu sudah sedemikian dekat denganku. Tiap pekan ia menjenguk kakaknya di pondok pesantren kami,  membuat kami telah sangat mengenalnya. Dan dialah awal dari semua ini, melaluinyalah Allah membawa harry ke jalan kebenaran. Melalui Ahmadlah Aisyah dan Harry saling mengenal.
Aku sendiri tak habis fikir, bagaimana mungkin Aisyah, teman dekatku, teman satu firqoh (kelompok -biasanya digunakan untuk sebutan kamar asrama- ) teman satu marhalah (angkatan/sekelas) menyembunyikan ini dariku.
Kedekatan kami dengan Ahmad, membuat kami sering berkirim surat kepadanya. Namun diantara kami bertiga, aku yang paling jarang menyuratinya, bagiku aktifitas di pondok jauh lebih banyak dan penting ketimbang surat-suratan dengan Ahmad. Bukan aku tidak suka, bahkan aku menyuratinya tiap liburan dan tak jarang  kuselipkan ada hadiah buatnya.

Ternyata dari surat menyurat inilah Harry kenal dengan sahabatku Aisyah.

Akupun sebenarnya belum terlalu mengerti karena cerita Aisyah terputus tadi, aku masih bingung.
Aku membenamkan kepala diatas bantal sambil menunggu Aisyah slesai berbenah. mataku menatap langit-langit kamar sedang fikiranku menerawang, jauh kerumah Sarah, bagai copy film yang memperlihatkan macam-macam gambar, ssshhhh... Aku tak mengerti...

Saat mataku telah separuh terpejam,
"Aul, masih mau dengar?" Aisyah mengagetkanku, kalau saja bukan karena keingin tahuanku yang sangat besar, pastilah aku tak memperdulikan Aisyah karena mengusik aku yang sudah sangat mengantuk. Bagai orang kesetanan mataku terbelalak dan aku merubah posisi, duduk.

"uriiiid..."* kulihat Shofwa, teman sefirqoh yang sudah siap dengan selimut beludru merah mudanya kaget mendengar pekikanku.

"heeh, afwan ya dek..." ucapku padanya yang kemudian dibalas dengan senyum lebarnya.

"Malam ini ana tidur di sarir* anti  aja ya..." Aisyah memelas.

"tafadholii..*" Balasku datar.

Andai Di Surga Ada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang