2

50 5 1
                                    

“Makan dulu Ash, pulangnya masih nanti kan?” Anna menyodorkan sebungkus gado – gado tak lupa dengan minumnya.

Aku menatapnya, lalu bungkusan itu berpindah di tanganku. “Thanks Ann.”
Bahkan anggukannya hampir tak terlihat, sebaris senyuman tampak dibibirnya yang diikuti dengan gerakan mendaratkan tubuhnya tepat disampingku.

Anna menemaniku sampai aku menghabiskan sisa sisa terakhir makananku. Ia terus saja mengoceh, menceritakan apa saja tentangku, perkataanku, tentang kebersamaan kita serinci rincinya. Yang bahkan aku pun tak bias mengingatnya sedetail itu.

Aku menolehnya, mengamati matanya yang berbinar binar seperti kebahagiaannya yang seakan akan berlipat ganda. Aku menyentuh kepalanya dan membuat mulutnya terkunci seketika.

“Di dalam sini ada apanya sih? Kok bisa kamu mengingat hal yang segitu detailnya.”

Tak ada jawaban yang terlontar dari mulutnya, ia hanya tersipu malu.

“Mau kemana Ann?” aku bahkan tak rela ketika dia mulai beranjak dari sampingku.

Tetaplah disini malaikatku, temani aku selamanya.

Kali ini bukan senyuman mempesonamu yang kau pasang, namun cengiran lucumu yang membuatku hampir saja mendaratkan tanganku di pipimu yang menggemaskan.
“Nggak kemana – mana, capek duduk terus, Ashton.”

Hal yang selanjutnya terjadi tanganmu berada di genggamanku.

Sore itu berjalan seirama dengan ketukan pantulan bola basket yang kita mainkan bersama.

Anna semakin terlihat seperti malaikat ketika ia terlihat lelah dengan peluh yang menetes.

Terlambat | ashton irwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang