Aluna dan Rey melanjutnya perjalanannya menuju kesebuah tempat. Tempat ke tiga yang harus mereka tuju. Aluna berharap teman-temannya yang lain sudah berada ditempat yang akan ia tuju.
Disisi lain Rama berjalan mengikuti jalan yang sedang ia tapak. Entah kemana akhir jalan ini, Rama berharap diujung jalan ini teman-temannya sudah menunggu dirinya.
Sama halnya dengan ketiga temannya, Farhan juga berlari mengikuti jalan yang hanya ada satu jalan ini. Didepan Farhan melihat sebuah cahaya yang mengkilat. Dia memutuskan untuk memasuki cahaya itu dan berharap menemukan yang lainnya.
Aluna dan Rey terlempar dari tempatnya berdiri sebelum mereka sampai ditempat tujuannya. Begitu juga dengan Rama dan Farhan, mereka terlempar. Sampai akhirnya Aluna, Rey, Rama dan Farhan berada ditempat yang sama.
"Aluna, Rey, Rama. Ya ampun gue bersyukur banget bisa ketemu kalian lagi." seru Farhan.
"Eh, kayak ada yang hilang." seru Rama.
"Oh iya, Rara mana?" tanya Rey.
"Tadikan lari bareng kalian. Kalian cowok tapi gak bisa jagain satu cewek. Sekarang Rara mana? Kalian ninggalin dia?" tanya Aluna marah.
"Kita gak ninggalin dia, tadi kita terpisah. Gue sama Farhan juga terpisah tapi gak tau deh kenapa kita bisa disini." jawab Rama.
______
'Aduh, aku dimana nih. Kenapa gelap banget sih, tangan aku juga diikat gini. Aku benar-benar takut berada dalam kegelapan sendirian. Tidak ada Aluna yang menjagaku, aku takut.' gumam Rara.
Rara kini berada dirumah tua yang ia dan teman-temannya kunjungi sebelumnya. Lampu tiba-tiba menyala dan terdengar suara seorang perempuan tertawa.
"Hahaahahaha..." tawanya keras menggema diruang yang diketahui adalah sebuah kamar yang waktu pertama kali ia datangi.
"Siapa itu, keluar kalau berani." Rara memberanikan diri dengan berkata seperti itu.
"Rupanya kamu menantangku." perempuan itu keluar dari persembunyiannya.
"Siapa lo?" tanya Rara.
"Ohh kamu tidak mengingat aku. Hahahaha dasar bodoh. Aku adalah peramal yang membuat permainan maut ini." benar-benar tidak menyangka nenek tua dengan baju compang-campingnya kini berubah dengan wajah yang sangat cantik.
Apakah dia Lusiana? Perempuan yang berambisi untuk memiliki ilmu hitam.
"Oh jadi lo yang ngundang kita ke hutan ini? Kenapa ko lakukan ini kalau ini hanya permainan?" tanyanya keras.
"Diam kau wanita bodoh, kamu tidak mengerti ya kenapa aku membuat permainan ini? Kalian akan aku jadikan tumbal supaya ilmuku meningkat." jawabnya dengan seringaian tajam.
"Dimana teman-teman gue?" tanya Rara. Kali ini Rara tidak menangis, entah karena pasrah atau karena dia masih berharap teman-temannya akan datang menolong.
"Oh tenanglah gadis cantik, teman-temanmu akan datang sebentar lagi. Dan setelah mereka datang, aku akan....."
"Akan apa?"
"MEMBUNUH MEREKA." Jawabnya dengan nada penekanan.
Flashback
Rara menangis dibawah pohon besar menyeramkan. Dia tidak berhenti memanggil nama teman-temannya. Berbeda dengan teman-temannya yang mencari jalan keluar, Rara malah diam menunggu hal yang tak pasti. Dia berharap Aluna menemukan dirinya.
Seorang perempuan berbaju hitam menghampiri Rara dari belakang. Dia membawa kayu dan dihempaskan kayu itu pada Rara. Kini Rara tak sadarkan diri. Perempuan itu membawa Rara ke rumah tua yang menjadi tempatnya.
Flashback Off
"Kita nyatri Rara kemana?" tanya Farhan yang panik karena kehilangan Rara. Aluna mengeluarkan peta yang ia bawa, Aluna yakin dia bisa menemukan petunjuk untuk menemukan Rara.
"Kita harus ke rumah itu lagi." ucapnya.
"Ya ampun, males banget deh. Nanti kita ketemu nenek sapu lidi lagi dong." jawab Farhan.
"Tapi Rara ada disana, kalau kalian gak mau ikut yaudah gue pergi sendiri." jawab Aluna kesal.
"Gue ikut, gue gak mau terjadi apa-apa sama Rara." kata Farhan lagi. "Lo tau darimana Rara ada disana?" lanjutnya.
"Dari peta ini, rumah tua itu adalah tempat terakhir yang harus kita datangin. Kalau diantara kita ada yang hilang berati dia udah dibawa ke rumah itu lagi." jelas Aluna.
"Tapi kok bisa ya Rara yang dibawa? Kenapa gak si Farhan aja?" tanya Rey lempeng, Farhan hanya mendelik melihat Rey.
"Itu karena Rara yang paling penakut diantara kita. Peramal itu menjadikan Rara sebagai umpan supaya kita pergi kerumah tua itu lagi."
"Jadi maksud lo peramal itu udah punya rencana ngejebak kita?"
"Iya lo bener. Jadi kita harus buat rencana juga supaya gak masuk dalam jebakannya."
"Oke jangan buang waktu."
Setelah membuat rencana, Aluna dkk pergi menuju rumah tua. Tak berapa lama kemudian mereka sudah sampai.
"Saatnya menjalankan rencana." bisik Aluna.
"Gue lewat samping kanan ya." kata Farhan.
"Gue samping kiri." jawab Rey. Mereka sudah bertekad untuk menyelamatkan Rara. Apapun yang mereka temui akan mereka hadapi.
Sementara itu Rama dan Aluna berdiri didepan rumah tua itu.
"Hey penyihir tua, keluar lo. Gue gak takut sama lo, lepasin temen gue " teriak Rama sekencang-kencanganya.
"Balikin temen gue, dasar lo pengecut. Hadapin kita kalau lo berani." teriak Aluna juga.
Peramal yang pantas disebut penyihir itu akhirnya keluar dengan senang hati. Peramal itu menemui Aluna dan Rama.
"Akhirnya kalian datang juga."
"Balikin temen gue." teiak Aluna.
"Aku gak akan balikin temen kalian. Coba saja temui dia kalau kalian bisa. Karena temen kalian itu sudah aku jadikan tumbal." jawabnya lalu menghilang.
"Kita harus masuk." perintah Aluna lalu berlalu masuk kerumah itu disusul oleh Rama.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hutan Kematian
Mystère / ThrillerSebuah game yang membawa Aluna dan kawan-kawan ke dimensi yang berbeda. Mereka harus bekerjasama untuk menemukan jalan keluarnya. Selamat atau Mati Hanya itu pilihannya. Dapatkah Aluna memecahkan petunjuk games tersebut. Dan menemukan siapa pembuat...