Aluna, Rara, Rama, Rey dan Farhan masuk kerumah tua. Pintu rumah terbuka lebar seperti menyambut kedatangan mereka. Rara mengaitkan tangannya pada Aluna.
Kali ini Rama yang memimpin didepan. Mereka sudah memasuki rumah tua itu dan dengan sekejap pintu tertutup rapat. Rara semakin ketakutan dan berteriak kencang. Matanya merah dan tidak bisa menahan air mata yang akan keluar.
"Gue takut, mau pulang." kata Rara sambil menangis.
"Dasar penakut, cuma pintu ketutup aja nangis." ledek Rey. Memang ya si Rey selalu aja ngajak ribut.
"Diem lo, gak usah ikut ngomong." bentak Aluna.
"Emang benerkan, bilangin tuh ketemen lo jadi orang jangan manja banget. Caper banget si lo jadi cewek."
"Gue gak manja." bela Rara.
"Udah, bukan waktunya buat berantem." lerai Rama.
Rara POV
Ih nyebelin banget sih jadi orang. Mentang-mentang punya wajah cakep dan banyak fans bisa seenaknya. Emang dia pikir dia siapa, dasar cowok nyebelin. Si Rey emang gitu kali ya dari orok. Ga bisa ngerhargain perasaan orang lain. Aku kan emang takut beneran masa dia pikir caper -cari perhatian-. Aku juga mikir kali di hutan gini mau caper kesiapa coba.
Aku bakal buktiin kalau aku gak manja dan aku gak penakut lagi. Ya meskipun gak yakin juga sih. Tapi demi harga diri yang aku junjung tinggi aku bakal berani. Biar tau rasa tuh si Rey gak akan ngeledek aku lagi.
Ngomong-ngomong soal rumah tua ini, bener-bener serem banget deh. Kayaknya gak keurus gitu, iya ya ini rumah kan gak berpenghuni mana mungkin bersih. Tapi kalau tiba-tiba ada yang nyapu ni rumah gimana ya, serem deh. Kalau cowok ganteng yang nyapu sih gak masalah tapi kalau setan penghuni rumah ini gak berani deh aku.
Aluna POV
Kami terus menyusuri setiap lorong rumah, berharap ada petunjuk yang datang. Rumah ini terdiri atas dua lantai dan banyak sekali lorong. Setelah selesai menyusuri lantai pertama, aku mengajak yang lain untuk kelantai dua.
Srekk...srekk...
Apa aku ga salah denger, seperti ada suara yang menyapu halaman. Tapi masa sih, inikan didalam rumah sedangkan suaranya seperti menyapu dengan sapu lidi. Lantas kami saling bertatapan dengan wajah bingung. Kuikuti arah suara itu begitu juga dengan yang lain. Seketika tubuhku mematung menyadari apa yang aku lihat didepanku.
"Ih kalau berhenti bilang dong." kata Farhan yang berada dibelakangku. Tiba-tiba Farhan juga diam, tubuhnya tak bisa bergerak saking gugupnya.
Rey, Rara dan Rama mengikuti pandanganku. Mereka melihat apa yang aku lihat. Seorang nenek berbadan bungkuk sedang menyapu dan terseyum kearah kami. Senyuman itu bukan senyuman biasa tapi seperti seringai kecil yang menakutkan.
Nenek itu mengakat sapunya dan menunjukan kearah kami. Tepat dibawah sapu lidi itu terdapat beberapa pisau dengan lumuran darah. Sungguh menjijikan. Si nenek semakin mendekat. Aku menarik tangan Rara untuk berlari dan ketiga cowok dibelakangku mengikuti.
Author POV
Mereka diselimuti rasa takut dan kalut. Sebuah ruangan terbuka mereka langsung memasuki ruangan itu. Ternyata sebuah kamar, tapi aneh. Mengapa kamar ini terlihat sangat bersih dan rapi beda dengan ruangan lain yang mereka temui. Rama mengunci kamar, ini adalah tempat paling aman untuk sementara.
Aluna duduk ditepian ranjang berukuran king size. Perasaannya bercampur aduk, kini ia tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Hanya kegelapan yang ada. Tak lama kemudian Aluna tidak sadarkan diri. Mengetahui itu Rara meminta tolong pada Rama untuk menidurkannya diranjang.
-TBC-
Hai ketemu lagi dengan Aluna.Aku minta sarannya dong. Menurut kalian cerita ini kurang apanya. Siapa tau aku bisa memperbaiki kekurangannya.
Ditunggu ya sarannya. Jangan lupa vote n commentnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hutan Kematian
Mystery / ThrillerSebuah game yang membawa Aluna dan kawan-kawan ke dimensi yang berbeda. Mereka harus bekerjasama untuk menemukan jalan keluarnya. Selamat atau Mati Hanya itu pilihannya. Dapatkah Aluna memecahkan petunjuk games tersebut. Dan menemukan siapa pembuat...