Episode 02

2.5K 277 88
                                    


"Masa lalu seperti aset berharga. Dia berupa kenangan yang tersimpan rapi di dalam ingatan. Dan kelak di suatu masa akan ada wadah, untuk menyalurkan kenangan menjadi rangkaian cerita yang bersahaja."

[][][][]


Hai, aku Roy. Roy Pratama. Desember tahun ini, aku genap berusia enam belas tahun. Keluarga kami tinggal di sebuah perumahan salah satu kota di Sulawesi Selatan. Dulu, keluargaku utuh; Ayah, Ibu, aku, juga kedua adikku, Bayu dan Rahayu.

Aku lahir di Kota Palopo, sebuah kota kecil penuh makna yang mengisahkan sedikit kenangan berharga bersama kawan-kawan, yang sudah kuanggap seperti keluarga. Setelah Bayu lahir lima tahun kemudian, kami diboyong ke Jakarta oleh Ayah karena pekerjaan.

Aku SD di sana, tapi setelah menginjak kelas lima, aku sekeluarga kecuali Ayah kembali ke Palopo dikarenakan terjadi pertengkaran kecil antara mereka berdua. Namun itu tidak berlangsung lama. Setelah satu bulan berlalu, hubungan Ayah dan Ibu kembali membaik seperti sedia kala. Meskipun saat itu hanya berkomunikasi melalui telepon antar dua kota yang saling berjauhan.

Setelah dua tahun kami menjalin hubungan jarak jauh dengan Ayah, akhirnya beliau pulang dan menetap di Kota Palopo lagi. Saat itu, kebahagiaan keluarga kecilku kembali terasa lengkap, walau terkadang Ayah masih sering pulang balik Jakarta karena tuntutan pekerjaan. Aku rasa dulu itu tidak menjadi masalah, selagi aku masih bisa bermain dan menghabiskan waktu bersama Ayah di depan televisi, masih bisa menemani Bayu berbelanja mainan dan mengantar jemput Rahayu di asrama pesantrennya setiap akhir pekan.

Ibuku, Syamsiah Airin. Oleh teman-teman kantornya biasa dipanggil Ibu Cia atau Ibu Airin, adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang harus menghidupi ketiga anaknya seorang diri setelah ayahku pergi.

Ibu benar-benar peduli pada kami, dia tidak ingin melihat anaknya terlantar dan putus sekolah dikarenakan ayahku seorang. Pagi-pagi sekali, Ibu acap kali berangkat ke kantor dan kadang dia pulang larut malam karena lembur. Bahkan semenjak Ayah tidak ada, Ibu seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda. Di satu sisi dia harus menjadi ibu rumah tangga dan di sisi lain menjadi tulang punggung keluarga.

Kau tahu, ibuku tidak pernah merintih tangis di depan Bayu dan Rahayu, terkecuali ke aku dan itu pun hanya pada malam di mana ayahku pergi dari rumah. Ibu sangat pandai menyembunyikan kesedihannya. Padahal aku tahu jelas cara Ibu melampiaskan kesedihannya tersebut. Hanya dengan mengeluarkan sedikit amarah dan emosi jiwa padaku dan kedua adikku.

Itu wajar, jika seketika anaknya tidak mau mendengarkan nasihat dan perintahnya. Aku rasa itu adalah bentuk perhatian dan rasa khawatir yang dimiliki oleh seorang ibu. Beliau tidak mau jika anaknya menjadi anak yang manja dan merasa tergantung pada sosok ayahnya yang kini tidak jelas di mana rimbanya.

Aku hanya memiliki dua adik. Rahayu dan Bayu. Usiaku dan Rahayu hanya terpaut satu tahun saja. Dulu setelah tamat Sekolah Dasar, Ibu langsung memasukkan Rahayu di pondok pesantren khusus putri yang berada tidak jauh dari tempat tinggal kami, tetap berada di dalam pusat kota. Dan saat itu, Rahayu harus merasakan kehidupan asrama dan hanya diperbolehkan keluar jika ada hal penting saja serta hari libur, Sabtu dan Minggu.

Rahayu sama denganku, masih sempat mendapat kasih sayang dan didikan lebih dari sosok Ayah hingga kami duduk di bangku SMP. Bedanya adalah, Rahayu hanya bisa bertemu dengan Ayah jika keluar asrama saja pada hari libur.

Pernah sekali dia menangis pada ibuku karena tidak tahan merasakan kehidupan anak santri. Memang wajar Rahayu menangis, karena jauh dari orang tua itu sangatlah sulit. Apalagi harus tinggal di dalam asrama.

Pernah juga Rahayu jatuh sakit di asramanya, hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Aku masih ingat, saat itu Ayah sangat tegang dicampur rasa cemas yang berlebihan. Dia benar-benar panik, aku dan Ibu juga ikut panik, terkecuali Bayu yang tidak ada saat peristiwa itu karena harus menunggu di rumah bibiku.

When A Son Lives without FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang