Tok... tok... tok...
Suara ketukan dipintu apartemennya membuat Ira melongok kearah pintu dari tempat duduknya dimeja pantry kecilnya, mempertajam pendengarannya ketika suara ketukan itu kembali terdengar.
Ingin sekali Ira mengabaikan ketukan pintu tersebut dan memilih melanjutkan sarapannya, namun lagi-lagi ketukan pintu semakin terdengar.
Ira melirik jam tangan mungilnya yang masih menunjukan pukul enam pagi, mungkin kah Irma yang ingin numpang sarapan pagi seperri biasanya.
Tok... tok... tok..
Aish, Irma kebiasaan deh.
Ira mengerutu dalam hati, benar-benar deh si Irma. Kalo gak gangguin tengah malam. Ya pagi-pagi kek gini. "Iya, sebentar!" Teriak Ira sembari mengigit roti panggangnya, dengan tangan yang sibuk menguncir rambut keritingnya.
Tergopoh-gopoh Ira membuka pintunya, "apa sih Ir? Ini masih pagi .... " Ira tecenung melihat sosok berpakaian resmi, dengan dandanan klimis layaknya eksekutif muda kebanyakan.
Ira hanya bisa terpaku, roti panggang yang masih mengantung diantara giginya. Bercampur dengan wajah melongo disertai tatapan tak percaya, Ira hanya mengerjapkan matanya beberapa kali. Kaget.
Ira menyelesaikan ikatan rambutnya dan mengambil roti panggangnya yang masih mengangtung di mulutnya.
"Mas Fajar," guman lirih Ira tak percaya.
"Bolehkah aku masuk?" Ira mengangguk singkat.
Ira membukakan pintunya, dan mempersilakan Fajar masuk. "Mau sarapan?" Tanya Ira ketika Fajar duduk di sofa depan televisi.
"Boleh."
Fajar memindai matanya untuk melihat keadaan apartemen Ira yang cenderunh minimalis, pantry sebelah kirinya disertai dengan dapur mungilnya. Sedangkan dia sendiri tengah duduk di sofa single yang langsung mengahadap televisi 42' inch, hanya ada beberapa foto Ira yang terpampang di beberapa pigura yang duduk manis atas meja televisi atau pun dindingnya.
Sekilas Ira melihat Fajar yang tengah menengadahkan kepalanya, menatap fotonya yang ada di piguranya. Saat Ira menuangkan kopi ke cangkir, suara ketukan pintu kembali terdengar.
Bersamaan Ira dan Fajar menoleh ke asal suara, yakni pintu apartemen. Sepintas Fajar menoleh ke arah Ira yang juga menoleh ke arah Fajar, Ira hanya mengendikkan bahunya kemudian meletakkan teko kopi.
Ira mendesah begitu tau siapa yang berdiri tepat didepan pintunya, tanpa di persilakan sang tuan rumah Ray langsung melesak kedalam apartemen mungil milik Ira.
"Pagi sayang," seru Ray yang tau-tau udah nyipok kening Ira.
Ira yang tak bisa mengelak dari serangan Ray -yang selalu- saja bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan, dasar bocah tengik.
"Lho ada tamu yank," celutuk Ray cuek ketika melihat Fajar yang masih berdiri, melemparkan tatapan tidak sukanya atas kehadirannya.
Fajar sungguh tidak menyukai bocah ini, pagi-pagi sudah menganggu saja acara PDKTnya. Di tambah dengan Ray yang main cium aja, semakin menambah kadar kebencian Fajar.
Semalam dia berharap, pagi ini adalah pagi tercerah dalam hidupnya setelah dua tahun di selimuti oleh awan hitam pekat. Dia sudah merencanakan akan menjemput Ira dan mengantarkannya ke tempat kerjanya, kalau dia beruntunh mungkin bisa mengajak sarapan pagi bersama.
Senyuman yang tercetak jelas diwajahnya sirna sudah, ketika melihat bocah tengil yang ngaku sebagai kekasih Ira.
Dasar sial!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Ruined LOVE (PROSES REVISI)
ChickLit*********************** Pertemuan dengan bocah berstatus mahasiswa menjungkir balikan kehidupan tenang Ira. Meraup semua kesedihan dan mengantinya dengn kebahagiaan. Sayangnya semua itu semu, karena Ira kembali jatuh dan tak mampu lagi bertahan. Ray...