Bagian Dua

11.4K 1K 51
                                    

Seoul Night Life

****

.

.

.

Ketika Jungkook masih kecil, dia bermimpi menjadi orang yang sukses. Bukan berarti dia mengerti apa yang dimaksud dengan 'orang sukses', dia hanya diberitahu bahwa jika dia ingin hidup mudah, dia harus sukses. Itu sebabnya dia belajar dengan rajin. Dia selalu mendapat nilai terbaik di SMA dan berhasil masuk ke sebuah universitas impian banyak orang di Seoul. Dia pernah ingin menjadi seorang penyanyi terkenal beberapa kali tapi, dulu semua masih sangat buram. Dia bahkan tidak berani bermimpi tentang hal itu lagi. Tapi sekali lagi, apa sebenarnya mimpi? Tidak ada yang tahu.

Dia juga berpikir tentang Jimin. Dia dulu sering bermain sepak bola dengan Jimin di Busan. Mereka begitu dekat, mereka menempel seperti lem.

Ah, Busan. Busan memiliki iklim sub-tropis dengan musim panas yang lembab dan musim gugur dan musim dingin yang sejuk. Busan jarang turun salju, bahkan di musim dingin yang ekstrim sekali pun.

Jungkook ingat hari-hari ketika dia dan Jimin menunggu di luar selama hampir dua belas jam lebih untuk melihat salju pertama yang diperkirakan datang hari itu tapi, akhirnya tidak pernah datang. Itu adalah ketika mereka masih berumur belasan tahun, bahkan mungkin mereka baru masuk SMP. Mereka terus menunggu salju turun di Busan setiap tahunnya. Tapi, kemudian mereka berhenti menunggu salju pertama setelah Jimin memutuskan untuk belajar dengan giat untuk masuk perguruan tinggi impiannya.

Salju akhirnya datang pada musim dingin berikutnya, hanya sebentar tapi, itu membuat Jungkook tersenyum bahagia seharian penuh, tapi itu semua terjadi ketika Jimin dan keluarganya memutuskan untuk meninggalkan Busan dan pindah ke Seoul, kota besar yang dia takuti. Kota yang orang-orang di desanya benci. Kota yang ibunya bilang merusak hampir setengah dari anak-anak baik di Busan.

Lalu, kalau dipikir-pikir, sekarang dia berada di Seoul. Dia juga warga Seoul sekarang. Dia berada kota yang sangat dia takuti.

Sebenarnya tidak ada yang salah tentang hal itu kecuali fakta bahwa dia sekarang sedang berada di mobil seorang pria asing dan meskipun dia sendiri mabuk, dia tahu pria yang mengemudi mobil ini jauh lebih mabuk. Mereka bisa mengalami kecelakaan kapan saja.

Walaupun juga, dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia sangat lelah, terlalu lelah untuk bahkan mengangkat jari-jarinya. Kepalanya berputar dan dia tidak bisa berpikir jernih. Dia hanya membiarkan pria yang melakukan apa pun yang pria itu inginkan.

Memangnya apa yang bisa terjadi?

Jungkook membuka matanya dengan malas ketika dia merasa mobil berhenti dan kemudian seseorang menariknya keluar dari mobil.

"Siapa kauuuu..." Jungkook memukul pria itu dengan ringan di dadanya. Pria itu tertawa dan membuat Jungkook kesal. Apa-apaan?! Mengapa dia tertawa? Apa yang lucu? Jungkook diam-diam berharap bahwa pria ini bukan seorang pembunuh berantai menakutkan atau jenis pembunuh lainnya. Dia belum mau mati.

"Jangan tertawa! Tinggalkan aku sendiriiiiii..." Jungkook berteriak lagi. Dia sekali lagi memukul dada pria itu. 

Bagaimana dia bisa berakhir di sini? Dia hanya mencoba menjadi seorang teman yang baik untuk membantu Jimin karena Jimin tidak memiliki siapa pun untuk berbicara dan---tidak. Shit. Park Jimin. Dia harus membunuh Park Jimin! Park Jimin meninggalkan seorang anak di bawah umur di sebuah klub malam sendirian! Sialan. Sekarang, dia diseret oleh benar-benar asing yang bisa saja adalah seorang pembunuh berantai. Oh ya ampun!

Attached (TaeKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang