Bagian Lima

8K 841 158
                                    

Madness

****

.

.

.

Jungkook memerhatikan bagaimana Taehyung mendekatinya dan meletakkan tangannya di pinggangnya. Dia tersenyum begitu cerah pada Seokjin dan Jimin. Ada satu rasa aneh di dadanya yang memerintahnya untuk lari. Ada rasa gejolak menyebalkan di perutnya. Rasanya tidak menyenangkan. Dia merasa buruk. Seperti seluruh darahnya naik ke kepalanya dan menolak untuk turun lagi.

Jungkook tercengang. Dia duduk di sana seperti patung saat Seokjin berkata, "Ada apa?"

"Apa?" tanya Taehyung sambil menyandarkan punggungnya di sofa.

Jungkook hampir mendesis. Bagaimana pria ini bisa bertindak seperti itu dan bersikap begitu santai? Jungkook hendak mengatakan sesuatu tapi dia tidak bisa. Bibirnya tidak mau bergerak.

"Hyung." Tiba-tiba terdengar desisan yang diseret dengan nada tinggi. Jungkook tidak percaya itu dari mulutnya. Dia sudah memutuskan untuk bertindak seperti orang dewasa, bukan?

"Kau memanggilku?" Taehyung menatap Jungkook dengan geli. Matanya memberi emosi kebahagiaan yang Jungkook takuti entah mengapa.

"Seokjin hyung?" tanya Jungkook, lebih spesifik kali ini.

"Nah, bukan aku." Taehyung mendengus dan mengangkat bahu tapi tangannya masih tetap diam di pinggang Jungkook.

"Dia sepupuku?" Seokjin menggeleng bingung. Nadanya malah terdengar seperti sebuah pertanyaan entah untuk siapa.

"Jungkookie, haruskah kita pulang?" tanya Jimin. Sialan. Terima kasih Tuhan. Jungkook hampir menangis saat Jimin bertanya. Dia perlu memeluk dan mencium Jimin nanti.

"Ah, aku kira juga begitu?" Jungkook menatap Seokjin, memohon.

"Ah, benar juga. Sudah terlalu malam." Seokjin tersenyum kaku.

"Omong kosong. Sekarang baru pukul enam sore." Taehyung tertawa. Tawanya dingin. Mengisyaratkan sebuah cemooh yang menyakitkan.

Jungkook perlahan menunduk. Dia mencoba untjk memikirkan alasan lain yang bisa dia gunakan untuk lari tapi dia tidak menemukan apa-apa.

Ayo kita pelajari situasinya. Bagaimana jika...

Keparat. Dia tidak mendapat apa-apa.

"Bunny, maukah kau ikut denganku untuk berbincang?" Taehyung berbicara saat menatap Seokjin. Matanya menunjukan kemenangan yang jelas. Bersinar terang dari senyum miringnya.

"Te-tentu." Jungkook hampir ingin memukul dirinya sendiri karena secara tidak sadar mengatakan itu, karena what the hell?

Jungkook, bangun. Jangan lakukan itu.

"Jimin-ssi, bisakah aku membawa Jungkook bersamaku sebentar?" Taehyung menatap Jimin yang sedang sibuk melongo.

Jimin pura-pura tersenyum. Dia benci bagaimana cara Taehyung menyebut namanya, hampir terasa seperti ejekan. "Tentu, Taehyung-ssi." Jimin berkata datar

Taehyung tersenyum dan Jungkook memberinya sebuah tatapan membunuh. Mengapa dia tidak bisa bilang tidak pada Taehyung? 

"Uh, well, selama Jungkookie baik-baik saja dengan itu," Jimin menambahkan setelah Taehyung menyeringai pada Jungkook yang terlihat seperti udang rebus, sangat merah.

Attached (TaeKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang