Chapter 2

420 43 11
                                    

Tak perlu dengan sengaja membeli tiket opera hanya untuk bisa tertawa, bahagia itu sederhana terkadang muncul dari hal kecil yang tercipta.
-Kim Yugyeom-

Ngiiiiiiiiiiiing suara yang keluar dari teko yang menandakan air sudah mendidih dengan seketika membuyarkan lamunan Yugyeom dari kejadian lima tahun lalu. Dari tadi kegiatannya hanya berdiri di dekat kompor menatap ketiga putranya yang sedang asyik sarapan, sampai-sampai dia mengingat kejadian itu lagi. Kejadian dimana saat itu dia mendapatkan jackpot. Dia tidak percaya kalau saat ini mereka sudah sebesar ini, sudah lima tahun, lima tahun dia menjaga dan merawat mereka.

Mematikan kompor mengambil teko dan menuangkan airnya pada tiga gelas yang berbentuk beruang yang sudah berisi dengan cairan kental putih di dalamnya. Mencampur dengan air dingin, karna tak mungkin memberikan susu panas pada tiga anaknya. Mengaduknya lalu membawanya ke meja memberikan satu-satu pada anaknya yang masih asyik dengan sarapannya.

"Appa tidak memakai appron lagi?" Minguk bertanya dengan menunjukan appron yang terlipat rapi di ujung meja.

"Appa lupa, hihi" kekeh Yugyeom menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal sama sekali.

"Padaa... Haaal kau masih muda tapi sudah pelupa" timpal Manse dengan makanan yang penuh di mulutnya.

Yugyeom hanya tersenyum, mengelus pucuk kepala Manse. Bagaimana tidak tersenyum? Saat ini ketiga putranya sudah pintar berbicara, mereka sangat pintar, saking pintarnya Yugyeom selalu kewalahan mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang diberikan mereka. Seringkali Yugyeom mencoba bersikap keren tapi selalu terlihat bodo di hadapan mereka.

Contohnya waktu mereka masih berusia empat tahun, saat itu kebetulan weekend, jadi Yugyeom, Jackson bahkan Jinyoung meluangkan waktu hanya untuk sekedar mengajak triplets jalan-jalan. Perjalanan mereka berakhir di kedai ice cream pada waktu itu, tadinya Yugyeom tak setuju dengan usulan Jackson. Walaupun dia sangat tergila-gila dengan yang namanya ice cream, dia tak ingin triplets sepertiya. Tapi karena pada waktu itu Manse ngambek yasudahlah dengan berat hati Yugyeom meng-iyakan usulannya Jackson.

Mereka ber-enam duduk di meja yang tak jauh dari pintu, duduk berhadapan di depan meja bulat berukuran sedang. Percaya atau tidak, dari mulai masuk kedai mereka ber-enam sudah menjadi pusat perhatian banyak orang. Tak heran mereka jadi perhatian, tiga orang pria muda tampan dengan stylish yang sangat mendukung penampilannya, saat ini mereka sedang duduk berhadapan dengan tiga orang anak yang penampilan dan stylishnya tak kalah menarik. Ini sungguh pemandangan yang indah untuk dilihat.

" appa" Daehan menarik baju lengan Yugyeom yang sedang asyik memainkan handphone. Yang di tarik hanya mengangkat kepalanya mengerutkan kening.

"Lihatlah" tunjuk Daehan pada seseorang yang sedang berada di kasir. Yugyeom mengedarkan pandangannya mencari apa yang Daehan tunjukan.

"Kenapa"

"Kok perutnya kaya badut"

"Haah? Mana?" tanya Yugyeom lagi dengan heran.

"Ituh appa, yang sedang berdiri, ahjuma yang perutnya gendut, iyakan Deani?" Daehan mengangguk meng-iyakan, kali ini Manse yang menjawab pertanyaan Yugyeom sambil menunjukan seorang ahjuma yang sedang mengandung, mungkin usia kandungannya sudah besar karna terlihat dari keadaan perutnya yang sudah mengembung kebagian depan seperti seorang badut memang.

"Oooh, ituh gendut dan buncit karena ada tinit-tinit di dalamnya" Jackson menjawab dengan asal, masih sibuk dengan game di layar handphonenya.

"Oooh" Daehan

"Kaya badut" Manse

"Tinit-tinit itu apa?" Minguk yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya bertanya.

BOON {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang