Sudah satu Minggu Yugyeom berada di daerah Busan, menemani Jaebeum dan Jinyoung mencari traine baru untuk agency nya. Kali ini Yugyeom terpaksa harus ikut. Gara-gara kejadian keterlambatan Yugyeom saat itu, Jaebeum sedikit ingin memberikan hukuman padanya. Jaebeum hanya ingin melihat sedikit saja bagaimana keadaan Yugyeom berada jauh dari tiga putranya dan tentu gadis pujaannya yang akhir-akhir ini sering membuat Yugyeom datang terlambat dan melamun di saat kerja.
Waktu itu, Jaebeum memberikan alasan audisi yang akan di lakukan di Busan nanti akan lebih banyak mengambil dari dance, karena Yugyeom salah satu pelatih koreografer di agency nya jadi Jaebeum menekankan kata wajib dalam alasannya.
Dengan sangat terpaksa Yugyeom meng-iyakan perintah bosnya itu. Tadinya dia ingin memberikan alasan triplets tidak ada yang menjaga dan akan menangis kalau di tinggalkan terlalu lama. Tetapi, saat itu Jinyoung mendahului dan mengatakan kalau Jackson siap menjaga triplets. SKAKMAT.
Tak ada alasan lain lagi untuk Yugyeom menolak, karena mereka sama-sama tau kalau dengan Jackson yang menjaga, mana mungkin triplets menangis. Diantara Yugyeom, Jackson dan Jinyoung menurut triplets, Jackson! Appa terbaiknya. Walaupun Yugyeom yang selalu mengurus triplets, Jinyoung dan Jackson hanya sesekali membantu, tetap saja Jackson yang terbaik.
Pendapat triplets saat ditanya kenapa alasannya, mereka menjawab kalau Jack Appa tidak pernah menolak apa-apa yang di inginkan kami. Tentu Jackson tidak akan pernah menolak, dia hanya ingin tenang tidak ingin mendengar suara rengekan apapun, maka dari itu Jackson lebih baik mengindahkan keinginan mereka daripada harus menenangkannya jika merajuk.
Di kereta, dalam perjalanan pulangnya menuju Seoul konsentrasi Yugyeom terpecah. Antara mendengarkan pembahasan Jaebeum dan pikirannya yang menerawang jauh pada gadis pujaannya.
Sebelum keberangkatan mereka tadi, di dalam hotel Yugyeom mendadak ingat triplets dan sengaja membuka galeri di ponselnya hanya untuk melihat wajah-wajah mungil ketiga putranya dalam foto. Setelah puas memandangi foto ketiga putranya, bukan mengembalikan layar ponsel ke layar menu, dia malah membuka satu folder dengan nama sarang. Dan saat dia mengklik folder tersebut, terlihatlah kalau didalamnya terdapat banyak foto dengan satu objek hasil bidikannya sendiri. Bibirnya mendadak terangkat, menampakan deretan giginya yang rapi, bersih dan berseri. Lama, cukup lama Yugyeom begitu sampai pada foto yang terakhir yang ada di folder itu. Foto dimana Suzy yang sedang menggunakan sarung tangan karet berwarna pink, di tangannya sedang memegang buah pepaya. Itu foto pertama yang Yugyeom miliki dan di ambil secara diam-diam tepatnya.
Tanpa berpikir apapun dengan cepat Yugyeom menambahkan foto itu sebagai wallpaper nya, dan buru-buru memasukan ponsel di saku celana dan beranjak keluar hotel dengan semangat. Yugyeom merasakan tambahan energi yang berlebih setelah melihat-lihat foto gadis pujaannya. Sepertinya, rindu yang sedang dirasakan Yugyeom saat ini. Rindu pada gadis pujaannya yang satu Minggu belakangan ini tak di lihatnya.
"Potensi anak-anak disana ternyata cukup lumayan bagus, dasar mereka menari sangat baik."-Jaebeum membuka-buka map daftar dari peserta audisi, "jadi... Sepertinya ini keuntungan buatmu Gyeom, benarkan?" lanjutnya.
Yang ditanya mana mendengarkan. Yang Yugyeom saat ini sedang lakukan hanya memandang keluar jendela dengan senyuman lebar dan ponsel di kepalan tangannya yang ia jadikan tumpuan bersandar. Sepertinya Yugyeom sedang melamun. Kegiatan Yugyeom setelah melihat-lihat kembali foto dalam ponsel di awal keberangkatan di stasiun tadi... Ya, seperti itu. Melamun.
Jaebeum segera melirik Jinyoung yang berada di sampingnya dan berbisik sangat pelan sampai-sampai tak ada suaranya, hanya terlihat gerakan bibirnya saja, tapi Jinyoung mengerti apa yang di maksud Jaebeum. Jinyoung mengacungkan jempol kanannya dan berdiri untuk bisa mencapai Yugyeom yang duduk dihadapannya. Dengan sedikit membungkuk, dengan kecepatan penuh Jinyoung mendaratkan satu sentilan di jidat Yugyeom yang mengakibatkan Yugyeom berteriak, "Aw!" refleks memegangi jidatnya dan menjatuhkan ponselnya. Jinyoung dan Jaebeum hanya tertawa melihat ekspresi dan reaksi Yugyeom. Yugyeom hanya meringis kesakitan. Dari dulu, sentilan Jinyoung yang terkuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOON {HIATUS}
FanfictionKarena kehidupan itu hanya sebuah perputaran, di atas dan di bawah. Bahagia tidaknya dalam kehidupan kita yang menentukan. Seorang pria tampan berusia 18 tahun, kehidupannya mendadak berubah drastis hanya karena tiga orang anak yang tiba-tiba hadir...