Suara derap langkah semakin memelan seiring dengan suara nafas yang terdengar tidak teratur. Wanita bergaun biru anggun namun tangguh itu mengerjapkan matanya. Sungguh, ia tidak kuat lagi untuk berlari. Namun, ia menatap sekali lagi bayi yang tertidur polos di gendonganya itu. Wanita itu mengecup puncak kepala anaknya untuk terakhir kali.
Mata birunya menyipit saat menatap orang berjubah hitam yang tengah mengelilinginya dengan dengan serengai bengis. Ia mengangkat tanganya tinggi sehingga hampir menyentuh sinar bulan ditengah gelapnya hutan itu. Cahaya biru mulai memedar, membuat orang - orang berjubah hitam itu mengatupkan kelopak matanya erat.
"Teleport"
Dalam sekejab bayi polos yang tadi tertidur digendonganya raib, lenyap dan hilang.
***
Suara petani, penjual susu, dan pedagang lainya memenuhi keramaian di kota besar Elementary. Ya, Elementary memang asing ditelinga manusia. Sebab, Elementary adalah tempat dimana manusia dan makhluk lain tidak dapat menggapainya.
Elementary dibagi menjadi dua kota yang dulu sampai sekarang bermusuhan tanpa sebab, yaitu kota Caralements yang berisi makhluk berfisik seperti manusia namun mereka memiliki rambut yang beragam sesuai dengan kemampuan element mereka.
Air berwarna biru, es berwarna putih, api berwarna merah, kuning berelemen tanah serta ungu yang berelemen petir. Dan kota yang selalu bersaing dengan kerajaan Caralements, yaitu Blacky. Sebenarnya tidak hanya kerajaan Caralements dan Blacky saja yang menghuni portal itu, tapi juga makhluk mitos dan imortal seperti, vampire, warewolf, warelock, fairy yang tinggal bersama tanpa pernah diusik ketenanganya.
Sepasang suami istri penjual sayuran itu tampak kelelahan. Ia mengelap keringat yang menetes di dahi menggunakan lap yang entah darimana datangnya. Mata salah satu dari mereka menatap kerumunan anak - anak cilik kerajaan Caralements yang sedang bermain dengan kekuatan mereka. Ia memerhatikan gadis berambut putih yang sedang membekukan sekuntum liliy putih yang sangat indah. Bibirnya melengkungkan senyum tipis membuat kerutan di wajahnya nampak.
"Ben, kita sudah tua. Tapi sampai sekarang kita belum dikaruniai anak" Tanya sang istri.
"Bersabarlah Aline, tuhan pasti mendengarkan doa mu" Jawab Ben tenang.
Aline menghembuskan nafas berat lalu melangkahkan kakinya menuju kamar di rumah yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat berdagang. Demi melepaskan rasa penat ia membaringkan tubuhnya pelan di kasur empuk itu. Tapi suara aneh berhasil mematahkan keinginanya untuk istirahat.
'Suara apa itu? Tunggu itu seperti suara...'
Dengan cepat ia berlari mencari asal suara itu. Dan seperti dugaanya, seorang bayi perempuan berambut hitam terbaring menangis di gudang yang biasanya dipakai Ben untuk menyimpan barang bekas.
***
BEN menatap tajam pada Aline yang tengah berusaha menenagkan bayi di gendonganya. Ben cemas, bagaimana ia tidak cemas? Ben terus saja mengingat saat - saat dimana Aline dengan wajah polosnya memberitahukan pada Ben bahwa ia menemukan bayi. Bukan apa, hanya saja bayi itu berambut hitam, tentu saja itu terlarang di kerajaan Caralements karena makhluk yang berambut hitam berarti dari kerajaan Blacky.
"Ayolah, Alene dia anak kerajaan Blacky. Tidak mungkin kita mengangkatnya menjadi anak"
"Ben, lihat lah gadis mungil tak berdosa ini" Alene menunjuk gadis digendonganya "Dia masih kecil, apakah kau tega melaporkanya ke ratu Anabelle untuk segera dihukum mati?"
"Tapi..."
"Ayolah Ben, kita bisa menyuruhnya terus di dalam rumah agar tidak ada yang tau"
Alene memohon dengan sungguh-sungguh pada Ben. Akhirnya, lelaki berambut kuning itu mengangguk mengiyakan permintaan istri yang sampai sekarang masih dicintainya itu.
Alene menyingkap kain yang menutupi tubuh bayi itu. Matanya menatap kalung yang bertuliskan 'Jenna Gisela'.
"Oh ya Jena? Mari kita memandikanmu" Alene mengerjab gembira, mengingat ia telah memiliki anak.
16 tahun kemudian...
Jena tumbuh semakin dewasa. Sungguh tak diperkirakan, gadis itu tumbuh anggun dan cantik. Walaupun Alene tak mengenal orang tua Jena, tapi ia sangat yakin bahwa orang tua Jena adalah seorang bangsawan. Alene menyukai mata biru yang seharusnya tidak dimiliki penduduk Blacky pada umumnya. Lagipula, Aline tidak pernah merasa direpotkan oleh kehadiran Jena. Mengingat gadis itu tangguh dan mandiri.
Dan benar adanya. Sampai sekarang Jena hanya mendekam di dalam rumah reyot milik ayah Ben ini. Sesungguhnya ia bosan, tapi tentu saja Jena tidak akan melanggar peringatan orang tuanya.
"Seperti apa itu dunia luar? Apakah langit berwarna - warni seperti rambut penduduk disini... ya meskipun rambutuku berwarna hitam. Aku ingin menginjakan kakiku di rumput, aku ingin merasakan segarnya udara luar" Jena menatap keluar jendela kamarnya sambil mendengus geli. Berbicara dengan siapa dia? Lihat, dia bahkan tidak punya teman.
Berhari, berbulan juga bertahun ia memendam ini sendirian. Tapi tetap saja ia penasaran. Dengan segenap keberanian ia melangkahkan kaki mungilnya keluar pagar. Seperti adegan dongeng rapunzel ia berbaring di reremputan, embun membasahi gaun marron yang dipakai Jena. Ia berguling kesana dan kemari di rumput. Gadis itu mulai memasuki desa. Namun anehnya, orang yang melihatnya memasang wajah terkejut lalu secepat kilat bersembunyi. Seolah -olah dia adalah monster dari samudra yang ganas.
"Heii! Lihat! Dia penduduk Blacky! Bunuh dia!"
"Usir dia dari sini!"
"Pergi kamu pembawa masalah"
"Pergiiii!!"
Begitulah teriak -teriakan yang didengar Jena ketika memasuki wilayah pasar.
'Buk!'
Saat itu juga Jena merasakan bahunya terasa sakit seperti sehabis dipukul. Matanya memberat, sebelum ia pingsan. Orang terakhir kali yang dilihatnya ialah para prajurit berseragam biru dengan lambang kerajaan Caralements di dada kirinya.
"Ayah... Ibu.." Ucap Jena lirih.
Tepat setelah ia mengucapkan itu semuanya gelap.
![](https://img.wattpad.com/cover/87578765-288-k765111.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Samcer LWC
DiversosBerisi sekumpulan samcer yang siap anda baca.. Siap anda kritik.. Siap anda revisi, karena kami belum revisi