Dengan cepat Jena mengarahkan Selendang itu ke atas mulutnya, lalu meremasnya kuat hingga air menetes dari sana. Di perasan terakhir, Jena sempat melirik Vack dari ekor matanya. Sedari tadi lelaki itu menatap Jena dengan tatapan penuh arti.
"Ada apa, Vack?" Tanya Jena
"Aku memcium aroma Vanilla dari tubuhmu."
"Oh ya?" Jena mencium bau badan nya sendiri, tapi tak ada sedikitpun aroma Vanilla seperti yang Vack katakan tadi.
"Tidak ada."
Vack terkekeh kecil, "Kau tak dapat menciumnya, karena indera penciuman mu tak setajam milikku."
Jena mengkerutkan dahinya bingung, otaknya masih berusah mencerna satu persatu perkataan Vack tadi.
"Aku telah menemukan Mate ku." Sahut Vack tiba-tiba.
"Mate?"
"Ya, Mate. Pasangan ku, aku telah menemukannya."
"Siapa?"
"Kau."
"Aku tak mengerti."
"Kau tak perlu untuk mengerti, yang perlu kau tahu hanyalah, aku adalah Mate mu, Itu saja."
Jena menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia menatap Vack dengan tatapan tak suka.
"Aku baru saja diusir dari tempat tinggalku sendiri, Aku berasal dari Carlements, tapi mereka semua menganggapku bahwa aku adalah penyusup dari Blacky, dan sekarang? kau tiba-tiba berkata aku adalah Mate mu?"
"Wajar jika mereka menganggapmu berasal dari Blacky, rambut bewarna hitam. Tak ada sejarah yang menceritakan bahwa orang Carlements berambut Hitam."
"Jadi, maksudmu aku bukan berasal dari Carlements?"
Vack mengangguk mantap.
"Aku tahu segala hal tentang dunia ini, aku sudah lama tinggal disini. Sekitar 300 tahun lamanya." Perkataan Vack jelas membuat Jena membulatkan matanya."300 tahun?! tak mungkin. Tak ada manusia yang bisa bertahan selama itu."
"Memang, tapi aku bukan manusia. Aku Vampire, lebih tepatnya Pangeran dari kerajaan Vampire. Aku bahkan tak percaya mendapatkan Mate seorang manusia sepertimu."
Kerutan di dahi Jena bertambah dalam, rasa pusing mendadak menyerang pikirannya. Tapi Jena menahannya, saat ini bukanlah waktu yang tepat itu mengistirahatkan tubuhnya. Ada hal lain yang jauh lebih penting harus Jena lakukan.
"Kau bilang, kau tahu tentang dunia ini. Bisakah kau membantuku kembali pada tempat asalku?" Tanya Jena penuh harap.
"Tentu saja, Aku tahu dimana tempat asalmu, orang tuamu, bahkan kerajaanmu." Balas Vack yakin.
"Antarkan aku pada orang tuaku."
............
Vack menggendong Jena hingga mereka memasuki kawasan Caralements, Sedikit lagi mereka akan sampai di perbatasan yang dijaga ketat oleh para mahkluk yang dikenal dengan nama Teossa.
Seekor mahkluk berbulu putih yang besarnya seperti tubuh gajah, memiliki taring disetiap ujung mulutnya. Dan racun berbisa yang keluar setiap mereka bersin.
Vack berhenti di antara rerumputan tinggi, Jena turun dari gendongannya. Mereka berdua mengamati 6 Teossa yang tampak siap siaga menerkam siapapun penyusup dari luar.
Vack beralih menatap jena, "jena, dengarkan aku. Kau berambut hitam, jadi, kumohon, pakailah ini. Untuk menutupi rambut hitammu. Agar kau tidak disakiti. Ingat, jangan kau lepaskan kain ini
"Lalu?"
"Aku hanya bisa menemanimu sampai disini, aku bukan dari bangsa ini. Teossa akan membunuhku jika mereka melihatku. Jadi, carilah letak istana, Katakan kepada para penjaga bahwa kau ingin bertemu langsung dengan sang ratu."
"Lalu, bagaimana dengan dirimu?" Tanya Jena yang mulai mengkhawatirkan keberadaan Vack.
"Aku adalah Mate mu. Aku akan selalu bersama walaupun kau tak melihatku. Aku akan berada disini sampai kau bertemu dengan keluargamu. Setelah itu, kembalilah bersamaku. Dan kita akan hidup bahagia di kerajaan Vampire."
"Apa? kau gila, aku tak mau."
"Jena, kau adalah Mate ku. Kita harus terus bersama."
"Kau egois Vack, aku akan bertemu dengan orang tua asliku, aku tak mungkin akan langsung meninggalkan mereka."
Vack mendesah frustasi, "Baiklah, kau pilih aku atau keluargamu?"
Jena terdiam, memberikan jeda yang cukup lama. Ia menatap para Teossa yang berjaga di garis perbatasan. Jena kembali menatap ke arah Vack, pria pirang yang mengaku sebagai Mate nya.
"Keluargaku."
.
.
.
Jena kembali masuk ke kampung halamannya yang telah mengusirnya tanpa sebab. Dengan keberanian, jena memasuki lagi daerah kerajaan Caralemets. Ia berusaha menutupi rambutnya dengan kain yang telah diberikan oleh Vack tadi, sebelum jena masuk ke sini. Jena berusaha agar ia tidak ketahuan untuk ke-2 kalinya.Kali ini ia ingin kembali ke keluarganya, apapun resikonya. Meskipun ia akan hidup seumur hidup di dalam rumah.
Jena berjalan di dekat semak-semak yang lumayan jauh dari keramaian. Sedikit lagi ia hendak sampai di kerajaan Caralements, sebelum, angin datang membawa helaian kain yang menutupi kepalanya.
Dengan cepat, ia berusaha menutupi kepalanya dengan apa saja. Hingga seseorang mengetahuinya, dan seluruh mata memandang Jena denga ketakutan.
Jena melangkahkan kakinya mundur, dan tetes demi tetes air mata keluar daru sudut matanya.
"Ibu...ayah... aku tidak ingin ini terulang. Aku tidak ingin diusir lagi,... tolong aku,.." jena menangis.
"Semuanya... aku bukan orang jahat,..apa salahku sehingga klian semua tega kepadaku???" Sambung jena dengan air matanya yg keluarnya semakin deras .
Semua orang berlari terbirit-berit meninggalkan jena. Dengan sekejap, daerah itu sepi. Kecuali, sepasang suami istri itu. Menatap jena dengan tatapan iba. Sang suami mengelus-ngelua pundak istrinya. Sang istripun mendongkakkam kepanya di bahu suaminya.
"ib.ibuu??" Sendu jena, dan,.. jena berlari mengejar ibunya.
"Stop!" Ucap sang ayah angkat jena.
"Huh??" Jena pun berhenti. Memandang keduanya heran."Maaf kan ibu dan ayah jena. Maafkan.."isak sang ibu, jena semakin tidak mengerti. Ia maju satu langkah, dan di 'stop'kan lagi oleh sang ayah.
"Maafkan kami...seharusnya kami tidak mengambilmu., jena.TIDAKK!," sedih ibu jena, dan jenapun menangis ditempat ia berdiri. "Maksud...kalian?"
"Kami hanyalah orang tua angkatmu, kami memungutmu, dan merawatmu" kali ini, snag ayah yang menjelaskan. "Tidak mungkin!!!?" Bentak jaena.
"Lal,.lalu..dimana ibu dan ayahku???" Kini jena tengah terpuruk di bawah tanah."ITU DIA! USIR DIAA!! USIRR!!" Teriak seseorang dengan suara yang sangat keras, dan diikuti oleh segerombolan orang dibelakangnya. Jena semakin tidak mengerti. Ia ditarik oleh gerombolan itu, dan..."ibu?ayah??" Panggil jena sendu, dan tidak dijawab apa-apa oleh keduanya.
Dibalik kejadian itu, orang yang berkuasa, dan terhormat, menangis tersendu-sendu melihat kejadian ini. "Maafkan ibu,..." itu ungkapannya
"Maafkan ibu yang baru menyadari keberadaanmu,"
.
.
.
Dengan tiba-tiba gerombolan itu kehilangan si perempuan berambut hiam yang dikenal dengan panggilan Jena. "DIMANA ANAK ITU?!!!" Panik mereka semua. Merekapun mencari jena secara berpencar.Disisi lain, jena sedang terdidur, atau lebih tepatnya pingsan, akibat kekuatan teleport sang ibu kandung jena lakukan. "Diruangan ini kamu akan aman, anakku" ibu jena ini mengelus-ngelus kepala jena dengan lembut. Ibu jena ini ialah sang ratu di kerajaan caraments, yang biasa dipanggil dengan nama BELLA.
Tiba-tiba tangan jena bergerak dengan perlahan, membuat Bella kaget. "Kamu sudah sadar?" Tanya Bella lembut. " kamu siapa??" Tanya jena binggung. "Dan.. dimana aku? Dimana mereka semua yang akan mengusirku?" Tanya jena bertubi-tubi. "Kamu aman sekarang"jawab Bella. "Maaf kan ibu, jena, maaf" ujar Bella lagi. Itu membuat jena tambah binggung lagi. "Ibuu?" Ulangnya.
"Iya. Ibu. Mau tau ceritanya?"tawar Ratu Bella, dan dibalas anggukkan oleh Jena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Samcer LWC
De TodoBerisi sekumpulan samcer yang siap anda baca.. Siap anda kritik.. Siap anda revisi, karena kami belum revisi