Gak selamanya seorang anak perempuan itu kuat, dan gak selamanya dia bisa menyembunyikan kesedihannya. Dia mempunyai mantra tersendiri untuk menguatkan dirinya sendiri. Tapi mantra itu tak selamanya berfungsi.
Seperti saat ini Tiara mengingat Nathan. Mengingat kebersamaannya, mengingat kedekatannya dia ingin menangis. Tapi dia mengucapkan mantra yang selalu menemaninya di kala dia jatuh. Mantra yang selalu dia ucapkan kala dia ingin menangis.
"Tiara kuat.... ayo Tiara pasti kuat.... Tiara gak boleh nangis... Tiara kuat. Arggg Tiara benci diri Tiara sendiri, kenapa sih Tiara harus cengeng, kenapa?. Hiks.... hiks... kenapa?" katanya menguatkan dirinya sendiri, dengan tangis yang tiad berhenti.
Sebanyak apapun kata itu di ucapkan tetap saja air matanya menetes. Apa yang dia rasakan sangatlah menyakitkan. Dia masih kecil tapi kata kata ayahnya sangat menyakitkan. Dan juga ingatan tentang kebersamaannya dengan Nathan yang selalu berputar putar di kepalanya.
Kenangan manisnya bersama Nathan, kebersamaan mereka. Mampu membuat Tiara meneteskan air mata dengan mudahnya. Tanpa bisa terkendali, air matanya keluar saat itulah saat terlemah seorang Tiara. Saat yang tak ingin Tiara tunjukan pada siapapun kecuali Nathan.
"Hiks... hiks.. hiks... kenapa sih ayah jahat sama Tiara. Apa sebenernya salah Tiara. Nat, Tiara kangen Nathan, dulu Nathan selalu meluk Tiara. Tapi sekarang Tiara takut Nat, sangat takut, Takut kalo Nathan bakal lupain Tiara" kata dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.
Tiara gadis kecil yang selalu merasa sakit karna perkataaan orang tuanya. Dan dia kehilangan sahabatnya, sandarannya. Dia harus menghadapi dunia sendirian lagi tanpa seorangpun di sisinya. Tanpa ada lagi sahabat disisinya, tanpa ada lagi pundak yang menerima tangisnya.
Orang tuanya... jangan harap mereka mau mengakui Tiara sebagai anaknya. Mereka saja tega meninggalkan Tiara begitu lama. Apalagi sekarang hanya tak memperdulikan gadis itu. Bahkan setiap hari orang tuanya melakukan, apa yang harusnya tak mereka lakukan.
Setiap hari yang Tiara dapatkan hanya luka, luka dan luka. Mereka bahkan menorehkan banyak luka pada Tiara. Luka yang harusnya mengering dan sembuh. Tapi malah mereka siram dengan air garam setiap harinya. Sehingga luka itu semakin membesar dan perih.
Setiap hari Tiara merasakan sesak di dadanya. Sesak, dulu jika dia sedang seperti itu Nathanlah yang menenangkannya. Menguatkan dirinya, tapi sekarang dia sendiri. Dia tak lagi memiliki Nathan sekarang, dia memedam semua rasa sakitannya. Tanpa mampu membagikannya pada orang lain.
Karena baginya semua orang itu sama saja. Dia tak ingin mengenal seseorang jika hanya menambah luka yang dia punya. Dia hanya ingin seseorang yang dapat menyembuhkan atau paling tidak meringankan lukanya.
Dan dia inginkan saat ini hanyalah Nathan, sahabatnya, teman baiknya. Tapi takdir begitu kejam dengannya. Hingga takdir harus merebut Nathan dari sisinya. Takdir harus menjauhkan Nathan dari penglihatannya. Tapi satu hal yang tak bisa takdir lakukan. Yaitu menjauhkan Nathan dari hatinya.
Karena nama Nathan telah terukir di hatinya. Dan nama itu tak akan bisa tergantikan. Nama Nathan adalah nama yang paling indah yang pernah dia dengar. Nama Nathan adalah salah satu obat baginya. Karena jika dia menyebut nama itu dapat mengurangi sesak di dadanya. Walaupun air mata juga akan menetes dari pelupuk matanya.
"Nathan, Tiara kangen. Tiara pengen ketemu, Tiara pengen bisa maen bareng lagi sama Nathan. Tiara pengen kita bisa sama sama lagi. Udah setahun Tiara pisah sama Nathan. Rasanya Tiara gak kuat. Tiara pengen ketemu Nathan lagi. Kapan Nathan kesini lagi, Kapan Nathan nemuin Tiara lagi. Tiara kangen Nath hiks... hiks... hiks" kata Tiara sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah, Ibu Apa itu Bahagia ???
Teen FictionAyah ibu apa itu bahagia. Tiara pengen tau artinya. Nathan jangan tinggalin Tiara. Tiara kangen sama Nathan.