part 1

33.8K 851 50
                                    

"Aku adalah seorang gadis yang pernah melahirkan anak. Anak orang lain."

***

Langit tampak gelap siang ini. Orang-orang mulai berlarian mencari tempat aman berlindung dari hujan. Deretan kafe tenda yang berjajar di sepanjang taman yang juga tempat orang jogging dan menikmati hutan kota, mulai berbenah menyambut sang hujan yang tampaknya akan turun dengan derasnya.

Mereka mengikat payung-payung peneduh kursi dengan tali agar tak terbawa angin dan terbang, lalu segera masuk ke dalam kios kecil mereka untuk berlindung karena air mulai berjatuhan dari langit.

Siang di hari minggu ini tak seramai biasanya, karena hujan yang terus mengguyur kota Mumbai dalam beberapa hari ini. Tapi beruntung bagi sang pemilik warung samosa dan teh tarik, beberapa pembeli yang kebetulan berlindung di kios kecilnya, menambah jumlah pembelian makanan mereka sambil menunggu hujan reda.

Sang pembeli tampak sibuk melayani, sambil sesekali tersenyum pada pembeli lalu kembali menggoreng samosa yang sengaja digoreng dengan api sedang, agar tidak cepat matang.

Tampak seorang remaja berlari ke arah kios samosa, lalu mengusap jaketnya menyeka air hujan. Dia membuka jaketnya lalu duduk di kursi deret bersama pembeli lainnya.

"Nyonya, samosa dua dan teh tarik panas ya," katanya sambil sesekali melihat motor sportnya diluar. Orang-orang melirik padanya, dan dia tersenyum ramah.

"Ini, silakan," ujar sang penjual dengan ramah.

"Terima kasih," balasnya singkat sambil menikmati samosa itu dengan lahap. "Selalu nikmat," lanjutnya sambil tersenyum.

"Memangnya sudah sering kemari? Aku tidak ingat," tanya sang Penjual dengan tersenyum.

"Waah, Anda ini bagaimana. Hampir tiga hari sekali aku membeli ke sini. Tapi memang selalu ramai. Kadang pelayan Anda yang bernama Runa yang melayani," balas Anak itu lagi.

Sang pemilik tersenyum sambil kembali menyodorkan samosa pada pembeli lain.

"Runa kemana?" tanya si Remaja.

"Dia libur hari ini. Sedang kurang sehat," jawab si Wanita penjual samosa.

"Apa dia anak Anda, Nyonya? Kami seusia."

"Bukan, Runa anak tetanggaku. Dia bekerja di sore hari saja, pagi dia sekolah," jawabnya menjelaskan.

"Aku titip buku ini untuknya. Runa bilang dia tidak punya buku scient untuk ulangan minggu depan, jadi aku pinjamkan saja."

"Owh, ok. Siapa namamu, Nak?" tanya Penjual.

"Rayan. Dan Nyonya?" tanya Rayan.

"Panggil saja aku Naina," jawab sang Penjual Samosa yang bernama Naina.

"Tidak Aunty, itu tidak sopan. Aku akan memanggil Anda aunty, bagaimana?" Rayan tersenyum manis sekali. Raut wajahnya yang campuran India dan barat mungkin London semakin menambah pesonanya.

"Baiklah." Naina senyuman dengan sangat hangat.

***

Rayan memarkirkan motor sportnya di halaman rumah. Tak lama pelayannya segera memindahkan motor itu ke garasi di sebelah kanan bungalo miliknya.

"Ayah sudah pulang?" tanya Rayan pada kepala pelayan.

"Belum, Tuan Muda," jawabnya singkat. "Anda ingin makan malam?" tanyanya sambil mengikuti tuannya.

"Tidak usah. Aku sudah makan," jawabnya dengan malas. Lalu masuk ke kamarnya di lantai dua.

Kesal, bosan, jenuh, itulah yang dirasakan Rayan MC. Guin. Setiap hari dia hanya bertemu orang tuanya saat sarapan saja. Itupun hanya sekitar lima belas menit, dan kadang mereka sibuk membahas urusan mereka masing-masing.

A Lovely Surrogate Mother (International Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang