part 3

13.6K 576 36
                                    

Naina tampak sibuk mencari pakaian yang pantas untuk dia kenakan. Bagaimanapun juga, dia akan bertemu seorang pria dari kalangan bangsawan, bukan? Ah, tapi bukan dating juga, kan? Dia ingin tampil biasa saja. Sederhana, tapi takut menyinggung sang pengundang. Seolah tak menghargai kedudukannya. Naina menggaruk dagunya sambil menatap deretan baju yang bisa dikatakan biasa saja. Bahkan tak lebih mahal dari satu dasi James saja.

"Ayolah, Naina, ini bukan dating. Dan mungkin dia akan mengatakan hal kejam. Misal, jauhi anaknya dan sebagainya," gumam Naina sambil menggaruk dagunya.

Tapi sungguh, Naina masih tak menduga bahwa akan bertemu kembali dengan keluarga Mc Guin. Setelah mereka berjanji tak akan bertemu lagi, paska 40 hari dari kelahiran Rayan. Naina menarik napas dalam sambil menatap kosong.

Dia juga ingat bahwa Nona Nitasha kadang tampak tidak menyukainya. Meski berusaha baik karena dia sedang mengandung anaknya saat itu.

"Oh Tuhaan, aku harus bagaimana? Temui tidak, ya?" Naina memandang dirinya di kaca. Lalu dia memutuskan untuk pergi saja.

Dengan memakai atasan sederhana selutut, dan celana panjang, dia percaya diri bertemu sang pria tampan. Ada senyuman di bibirnya saat mengingat wajah James, tapi dia segera sadar bahwa James sudah memiliki istri. Bahkan sangat cantik, jauh dari dirinya.

"Dasar idiot, bagaimana mungkin aku memiliki pikiran bahwa Tuan James bisa suka padaku. Bahkan dia sangat mencintai Nyonya Nitasha," gumam Naina sambil mengendarai motornya menuju restoran yang tertera di kartu nama.

Naina memarkirkan motornya di pojok parkiran. Hanya ada motor dirinya di sana. Lainnya adalah mobil-mobil mewah. Dia sedikit ciut, berulang kali memilin ujung atasannya. Berjalan, lalu berhenti dan menggigit bibirnya.

"Berkati aku, Tuhan," katanya sambil melangkah masuk ke dalam restoran.

"Ada yang bisa dibantu, Nona?" tanya pelayan yang berjaga di pintu.

"Aku ada janji dengan Tuan James Mc Guin," jawab Naina.

"Oh, dia sudah menunggu Anda. Mari." Pelayan tersenyum.

Naina mengikuti arah pelayan itu berjalan. Tampak melewati banyak kursi, lalu menuju lantai atas. Sebuah pemandangan indah terpampang di sana. Hanya ada beberapa meja dengan kursi di atas sini, dengan jarak cukup jauh satu sama lain. Sisanya adalah hiasan dan ornamen indah bahkan semacam lantai dansa, mungkin?

"Silakan duduk. Tuan Mc Guin masih rapat diruang lain," ujar pelayan.

Naina duduk dan terlihat kikuk.

"Anda mau pesan sesuatu?" Pelayan lain menyerahkan daftar menu.

Tenggorokan Naina langsung kering saat melihat harga yang tertera untuk air mineral saja sudah hampir menguras isi dompetnya.

"Air mineral saja," katanya dengan terpaksa.

"Baik. Permisi," ujar pelayan.

Naina duduk di kursinya cukup lama. Dia tidak tahu bahwa ada yang tengah mengawasinya dari ruang lain dengan tersenyum. Menyaksikan gerak geriknya yang kadang bergumam sendiri, atau bahkan menggigit bibirnya, seperti tengah melafalkan naskah saja.

James tersenyum melihat gadis itu. Dia masih sama seperti dulu; lucu, manis, dan menggemaskan. Andai dia tidak sadar akan satatusnya, mungkin dia berani mengatakan jatuh cinta padanya.

James akhirnya menarik napas dan keluar dari ruangannya. Kini Naina tengah memandang taman dan menaruh tangannya di pagar balkon lantai itu.

"Maaf membuatmu menunggu lama," ujar James jaraknya cukup dekat sekali. Membuat Naina sedikit terperanjat dan merinding tak keruan.

A Lovely Surrogate Mother (International Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang