part 7

10K 518 29
                                    

"Aku lihat semalaman kau menemaninya?" Nitasha tampak tidak senang.

"Dia sedang mengandung anakku. Aku ingat bagaimana kau tidak bisa tidur saat perutmu mulai besar. Tidak ada salahnya aku menemaninya, kan?" James mencoba membela diri. Lagipula memang benar, tidak ada hubungan spesial antara dia dan Naina.

"Entahlah, tapi perasaanku terus tidak enak." Nitasha langsung cemberut dan memandang keluar jendela. James memeluknya dari belakang dan mengecup rambutnya. Menyesapnya dan merapatkan tubuhnya.

"Aku janji, Nitasha. Apa pun yang terjadi aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Apa kau masih ragu? Aku bahkan melakukan ini demi kita, demi masa depan kita." James meyakinkan istrinya.

"Maafkan aku, Sayang. Seharusnya memang aku yang lebih perhatian dan dekat dengan Naina. Tapi, jujur saja. Itu sangat sulit. Berusaha memahami karakter kumuhnya, sulit sekali bagiku. Maafkan aku," katanya membalas pelukan Nitasha.

Naina yang mendengar itu langsung menarik napas dalam. Lalu masuk ke dalam kamarnya.

"Kadang dunia memang tidak bisa seperti keinginan kita, Nak. Beruntunglah kau lahir dari keluarga terpandang. Tapi setidaknya kau jangan alergi pada kemiskinan. Karena kau pernah ada di rahimku," katanya sambil mengelus-elus perutnya. Terasa gerakan lincah dari dalam perut.

"Kau jangan sepertiku, nanti ibumu tidak suka." Naina sekarang punya teman baru. Dia tertawa sambil mengelus tonjolan di perutnya, entah kaki atau siku, tapi dia suka.

"Kau ini suka menggoda ya, ini ... ini...." Dia terus mengusap-usap jarinya ke tonjolan di perutnya.

"Seru sekali." James duduk di kursi sambil menatap Naina yang sedang bermain dengan perutnya. Naina pura-pura tak mendengar dan asyik mengelus perutnya sambil tertawa.

James tersenyum, lalu berdiri dan ikut memegang perut Naina. Darah Naina seperti berlarian ke kepalanya, dia segera bergeser dan menyingkirkan tangan James dari perutnya.

"Anda mainnya nanti saja, kalau dia sudah di luar." Naina langsung tersenyum tipis. Lalu duduk di kasur dan menggigit kuenya.

"Sepertinya ada yang sedang marah." James seperti bisa membaca keadaan.

Naina tidak menjawab. Dia asyik saja mencolek perutnya yang terdapat tonjolan dari gerakan anaknya. Ya, itu adalah anaknya, yang tidak dia ketahui.

Naina sibuk dan bersikap cuek pada kebaikan James. Dia memang tidak ingin berharap lebih, dia takut jatuh cinta. Dia juga takut menyakiti Nitasha, dan tentu dia sakit hati atas ucapan Nitasha.

"Marah?" James duduk di samping Naina dan membungkukan badan, berusaha menatap wajah Naina. Tampak ada kilauan bening di sudut matanya.

"Aku adalah gadis dewasa, Tuan. Usiaku sudah di atas 18 tahun. Jadi, jagalah jarak kita," katanya sambil berdiri dan meninggalkan James yang mengerutkan alisnya karena heran.

Bahkan sampai malam, mereka makan malam bertiga seperti biasa, sikap Naina tetap dingin dan tak banyak bicara seperti biasanya.

"Makan yang banyak Naina." Nitasha mencoba perhatian.

"Iya, Nyonya, jika terlalu banyak aku merasa sesak. Aku akan makan lagi nanti. Dokter bilang, sedikit tapi sering," katanya tanpa menatap mata kedua pasangan yang memakai jasanya.

Nitasha merasa heran dengan perubahan sikap Naina.

"Ada masalah?" tanyanya sambil melirik pada James juga Naina.

James hanya angkat bahu sambil menikmati makan malamnya.

"Hormon hamilku mungkin sedang berubah-rubah nyonya. Maaf." Naina mencoba tersenyum. Lalu pamit duluan menuju kamar, biasanya dia akan menuju televisi dan menonton serial favoritnya.

A Lovely Surrogate Mother (International Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang