Naxos Town, 2016.
Malam ini adalah malam yang sama seperti malam-malam sebelumnya. Malam dimana Alexandria Greek memetik gitar sambil mendendangkan suara khas miliknya. Rambut ombre blondienya mengayun ke sana-kemari seiring dengan gerakan kepalanya yang mengikuti alunan musik. Manik hijau terang seperti memakai kontak lensa itu sedang menebarkan pandangan, menatap dengan antusias para pengunjung restoran Platia-tempatnya bekerja. Senyum samar terukir di sela-sela bibirnya yang mendendangkan lagu.
We're of top on the world, we're of top on the world
Now darling, sit down, let go
So can I call you're mine
So can I call you're mine now darling for whole lot of timeMy heart finally trust my mind
And I know somehow it's right
Percaya atau tidak, suaranya sanggup menghipnotis semua pengunjung yang ada di sana. Lagu bertajuk Be my Forever dari Christina Perri melantun dengan sempurna-melebihi versi penyanyi aslinya. Hampir seluruh pengunjung menghentikan obrolan dan kegiatan mereka demi mendengarkan Lexi menyanyi. Suara merdunya bak sebuah mantra yang sanggup membuat orang terkagum-kagum. Bakat alami yang baru ia sadari saat mulai beranjak dewasa, saat dia menjadi penyanyi pengganti-menggantikan temannya yang sedang jatuh sakit.
Alexandria Greek atau bisa dipanggil Lexi adalah seorang penyanyi kafe yang menggantungkan seluruh hidupnya dari hasil menyanyi. Berpindah dari satu kafe ke kafe yang lain, dari satu restoran ke restoran yang lain, bahkan menyanyi di klub malam pun pernah ia lakoni. Dia hidup layaknya seorang vampire yang selalu berkeliaran di malam hari dan tidur di siang hari. Sejak dia beranjak dewasa dan terlepas dari panti asuhan, dia mulai menjalani kehidupan malamnya. Mengandalkan suaranya untuk bertahan hidup. Dia bahkan pernah menjadi gelandangan di saat job menyanyinya sepi. Diusir dari apartemennya dan terpaksa tidur di jalanan layaknya seorang pengemis. Namun kehidupan tidak selalu berada di bawah, lambat laun kehidupannya semakin membaik, job menyanyi semakin rutin memadati hari-harinya hingga dia memiliki rumah sederhana dari hasil menyanyinya. Rumah yang bisa dibilang hutan belantara itu menjadi hunian yang nyaman baginya.
Tepuk tangan riuh memenuhi seluruh ruangan restoran yang dipenuhi oleh wisatawan ketika Lexi mengakhiri nyanyiannya.
"Terima kasih," ucapnya dengan menganggukkan kepala berkali-kali. Dia selalu senang melihat reaksi penonton yang puas mendengarkan suaranya dan hampir semua orang yang mendengarkan nyanyiannya selalu merasa puas. Contohnya malam ini, semua pengunjung bersorak untuk meminta Lexi menyanyi lagi, tidak rela kalau Lexi mengakhiri nyanyiannya. Mendengar nyanyian Lexi seperti sebuah candu, tidak mengenal kata bosan.
Mata hijau Lexi memberi kode kepada Julian-supervisor restoran-untuk mengatasi situasi yang riuh ini. Dia terus diminta menyanyi oleh pengunjung restoran yang ada di sana. Pita suaranya bisa putus dan mulutnya akan berbusa jika harus bernyanyi terus-terusan.
Julian yang masih terkesima melihat performa Lexi langsung tersadar ketika melihat mata Lexi yang hampir keluar dari cangkangnya sedang tertuju kepadanya. Dengan cekatan Julian langsung naik ke atas panggung untuk memberi pengertian kepada semua pengunjung. Dia tidak mau mendengar omelan dari bibir tipis Lexi karena suara Lexi bisa melubangi gendang telinganya, dia benci Lexi ketika mengomel. Lexi hanya mencebikkan mulutnya ketika berpapasan dengan Julian di atas panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nymph
Fantasy**** 17+ ***** Mungkin di mata para ilmuwan pra sejarah, mitologi Yunani memang benar adanya. Mereka memercayai kehidupan dewa yang agung bersama para penghuni yang mereka ciptakan. Memercayai bahwa kekuatan magis masih ada di jaman modern ini. Bah...