Masuk Sekolah

854 28 9
                                    

Hai hai, bertemu lagi. Author berusaha update cepet nih.. Tapi sama aja dipenuhi dengan WB :v

DLDR
Happy Reading :)

Hari ini entah akan menjadi hari yang panjang atau tidak, itu akan terserah pada guru yang masuk pada kelas masing-masing. Jika sang guru humoris maka hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan, namun jika guru yang mengajar terlalu disiplin mungkin hari ini otak para murid sudah terisi kembali dengan pelajaran.

Satu minggu setelah pembagian kelas, siswa akan masuk kembali. Entah dengan senang hati ataupun dengan berat hati. Bagaimana dengan Boboiboy bersaudara?

****

Taufan's PoV
Huh? Jam berapa ini?! Oh tidak aku terlambat bangun, bagaimana dengan yang lain, dan siapa yang akan memasak untuk mereka. Astaga, aku harus cepat.

Pikiranku kacau saat melihat jam tangan milikku menunjukkan pukul 05.00. Bagaimana ini bisa terjadi?! Aku bergegas menuju kamar mandi dan hanya mandi bebek*.
Selesai mandi aku buru-buru memakai baju sekolah, tak peduli meski nanti akan kotor karena memasak. Dan segera turun.
Taufan's PoV off

"Pagi kak Tau" sapa Api.
Taufan masih kebingungan, tumben sekali keempat saudaranya bangun dan sudah ada makanan di meja makan.
"Loh?"
"Tidak perlu bingung, tadi aku ingin membangunkanmu tapi sepertinya tidurmu nyenyak sekali, jadi yah aku membangunkan Gempa dan menyuruhnya memasak" jelas Halilintar untuk kebingungan Taufan.
"Terima kasih ya Gempa"
"Tidak masalah kak"
"Ya sudah ayo kita makan sebelum terlambat" ucap Air.
"Huh? Kau itu kalau tidak tidur ya makan saja" keluh Api.
"Tapi kau suka kan?" goda Halilintar.
"Eh?"
Semuanya tertawa. Mereka makan bersama sebelum memulai hari ini.

"Kalian duluan saja, aku akan mencuci piringnya" ucap Gempa setelah semua selesai makan.
"Tidak usah Gempa, kau tadi kan sudah masak biar aku saja sekarang yang cuci piringnya kalian duluan saja" balas Taufan tidak enak dengan Gempa.
"Benar nih?"
"Iya"
"Baiklah, ayo kak Hali, Api, Air"

Sampai di depan pintu, Halilintar diam. "Kenapa kak, kakak tidak akan pergi ke sekolah?" tanya Api. "Kalian duluan saja aku akan menemani Taufan dan akan segera menyusul kalian nanti" jawab Hali.
"Dasar kak Hali bilang aja mau modus" ledek Api.
"Sudahlah kak Api ayo kita berangkat, kan enak nanti kalau kita berulah kak Hali tak akan bisa memarahi kita" ucap Air dan segera menarik Api untuk segera berlari karena kalau tidak mereka pasti akan mendapatkan bencana pagi hari yang menyebalkan.
"Sudahlah kak, kami berangkat dulu. Ingat jangan macam-macam dengan kak Taufan ya" salam Gempa.
'Bagaimana bisa aku punya adik yang konyol seperti mereka' batin Hali pasrah.
Mengabaikan itu semua Halilintar segera menemui Taufan di dapur. Tapi, dia bersandar sebentar di pintu dapur dan memandangi orang yang ada dihadapannya, berpikir bagamaina bisa ia punya perasaan yang begitu besar untuk orang itu. Memikirkan itu semua membuat Halilintar tersenyum geli.
"Eh? Kak Hali belum berangkat, dan kenapa kakak tertawa sendiri?"
Halilintar terkejut, orang yang sedang dipikirkannya tadi sudah berada di hadapannya.
"Aku menunggumu, apa kau sudah selesai?" tanya Halilintar sedikit gugup.
"Ya, aku akan mengambil tas dulu" -Taufan
"Aku tunggu kau di luar ya?" -Halilintar
Taufan mengangguk. Halilintar senang, hari ini ia akan berjalan berdua dengan adik yang ia cintai.
"Ayo kak aku sudah siap"
"Hmhm"

****

Lihatlah betapa merahnya wajah Halilintar saat ini, meski ia berusaha menutupinya tapi ahh sudahlah mungkin author takkan bisa menjelaskannya. Dan yang terpenting adalah mengapa ia seperti itu? Alasannya..

Karena Taufan memeluk manja lengan Halilintar. Oh so sweet.
Eh tunggu, tiba-tiba Taufan berhenti.
"Ada apa Tau?" tidak segera mendapat jawaban Halilintar menoleh, mendapati adiknya ini terpaku menatap penjual es krim yg ada di sisi jalan lainnya. Saat Taufan menoleh ke arah Halilintar, Hali pura-pura tidak melihat dan melanjutkan perjalanan
"Kakak tunggu, aku ingin itu" Taufan menahannya, dia merengek bagai anak berusia 5 tahun.
"Ini masih pagi, kau sudah mau makan es krim" Taufan mengangguk dengan begitu lugunya.
"Aku ingin rasa vanilla"
"Kalau kau sakit perut bagaimana?"
"Tidak akan. Ayolah kak. Ku mohooonn"
Lagi-lagi Halilintar tidak bisa kalau tidak menuruti permintaan orang yang dicintainya ini. "Ya sudah ayo"
Tiga kata itu membuat Taufan melompat kegirangan.
"Paman aku mau es krim rasa vanilla, apa kakak juga ingin?"
Mintanya pada penjual es dan tanyanya pada Halilintar.
"Aku tidak suka manis" Dan empat kata ini sukses membuat Taufan mengerucutkan bibirnya. Imut, batin Halilintar.
Setelah membayar mereka melanjutkan perjalanan.
"Kakak yakin tidak ingin mencoba?" -Taufan
"Sudah kubilang aku tidak suka manis" -Halilintar
"Ahh, ayolah sedikit saja" Taufan mengarahkan es krim nya ke mulut Halilintar. Dia menghindarinya dan malah menjilat pipi Taufan.
"Lihat aku sudah merasakannya dan ini sangat manis. Aku tidak suka"
"Apa yang kakak lakukan?!"
"Kau menyuruhku untuk merasakannya kan?"
"Tapi tidak dengan seperti itu, maksudku rasakan es krimnya dari sini, bukan yang ada di pipiku" bibir mungilnya mengerucut.
"Kau sih makan sampai belepotan semua, maaf ya" Halilintar mengalungkan lengan kekarnya ke bahu Taufan. Dan mereka melanjutkan perjalan ke sekolah.

Boboiboy BersaudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang