Masalah

852 29 15
                                        

Hai hai Lone come back...
Maap lama yak :v

Cekidot

Daripada pusing memikirkan hal ini, lebih baik Api memikirkan pelajaran matematika yang dia anggap sebagai bahasa alien, rumus-rumus yang tertulis membuat ia mual. Api lihat Taufan juga kebingungan dan hanya mencatat tulisan aneh di papan itu, jadi Api juga menirunya. Karena pusing yang terlalu berat, ia ketiduran. Dan....
.

.

.

.

.

.
Lelah nunggu oi
.

.

.

.

.

.

Dan saat Api terbangun, oh tidak dia terlambat. Taufan sudah tidak ada di tempat duduknya. 'Duh, bagaimana kalau kak Hali bertanya. Masa aku harus memberitahukan yang sebenarnya' Api gelisah.

Masa bodo. Api menuju kantin seperti rutinitasnya tiap hari. Di sana Api sudah dapat melihat keempat saudaranya. Dia membeli lemon tea dan ingin membawanya ke atap sekolah tapi sial, Gempa melambaikan tangan padanya pertanda kalau Api tak bisa mengelak. Toh, dia sudah terlihat. Dengan gugup Api menuju ke tempat saudaranya duduk.

"Hai kak. Halo A-air." sapa Api.
"Di mana Taufan?" tanya Halilintar sedikir mengintimidasi (L : atau memang tatapannya yang kayak gitu)

JDEERR

Tepat sasaran. Api bingung harus menjawab apa. "I-it-itu itu kak hm..."
"Itu itu apa, berbicaralah dengan benar Api" Halilintar mulai merasa cemas, apalagi Api bicara tidak jelas seperti ini.
"Sebenarnya kak Taufan tadi sedang menyeleksi anggota baru club dan dia akan pulang jam 5 nanti" jawab Api sedikit ragu.
"Kenapa lama sekali?! Itu hanya menyeleksi beberapa anak saja, ini pasti rencana Farhan. Kenapa kau izinkan Taufan pergi Api?! Kau tahu kan bagaimana kakakmu itu?!" Halilintar marah, dia merasa tidak bisa menjaga adiknya.
"Maaf kak, aku tidak sempat mengajaknya kemari karena aku tertidur dan saat terbangun kak Taufan sudah pergi" Api merunduk sedih.

Hanya Gempa yang tahu kondisi ini, Gempa yakin bahwa Halilintar merasa akan ada yang terjadi pada Taufan karena dia bersama Farhan. Entahlah, Halilintar memang terlalu parno, padahal kita semua tau bahwa Farhan itu anak yang baik.
Seperti halnya Air yang menghibur Api, Gempa juga menenangkan Halilintar.

"Sudahlah kak, kak Taufan pasti baik-baik saja" tutur Gempa.
"Tapi, jika sesuatu terjadi padanya bagaimana? Kalau Taufan tergelincir, terluka, lalu cidera bagaimana? Taufan pasti hanya akan menangis terus. Di- dia tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuanku" Halilintar meracau.
"Percayalah kak, kak Taufan tidak akan terluka. Sekarang bel masuk akan berbunyi, tenangkan diri kakak" ujar Gempa sambil mengelus punggung Halilintar.

***

Sejak masuk setelah bel istirahat tadi, Halilintar tidak fokus meski pada pelajaran meski pelajaran itu termasuk favoritnya, Fisika. Halilintar masih memikirkan apa yang diucapkan Api, bagaimana bisa Api tertidur, bukan malah menjaga kakaknya itu.

Biasanya, Halilintar akan sangat peduli dengan pelajaran Matematika dan Fisika. Tapi sekarang, yang dia pikirkan hanya Taufan. Bayangan akan Taufan yang cidera karena bermain skate dulu, membuat Halilintar parno akan kejadian yang sama.

Andai saja Taufan itu anak yang normal, Halilintar tidak akan secemas ini, dia tidak akan berpikiran buruk terus. Mungkin Gempa benar, Halilintar harus menenangkan diri. Taufan akan baik-baik saja. Ya dia pasti akan baik-baik saja, pikir Halilintar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boboiboy BersaudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang