Aa B s T r A kK

147 24 20
                                    

°Hidup adalah suatu sistem konspirasi. Di mana tiap komponen saling bersosialisasi untuk mencapai tujuannya. Baik itu saling membantu atau mungkin menjatuhkan. Semuanya memiliki satu tujuan yang sama, namun semuanya samar oleh beberapa perbedaan. Itulah yang memicu peperangan antar semua komponen. Tapi, jika semua komponen itu dipaksa menjadi satu... apakah perbedaan yang memicu semua peperangan akan hilang?

***

°Suatu perasaan atau insting adalah anugerah. Hembusan angin sepoi tak akan terasa nyaman tanpa adanya perasaan kalbu. Jika semua makhluk di jagat tidak memiliki perasaan, maka dunia ini tak akan ada. Cinta. Ya! Itulah yang seringkali jadi tonggak awal semua perasaan. Cinta menimbulkan keindahan, kenyamanan, dan selalu berakhir dengan kesedihan oleh adanya perpisahan. Kebencian, rasa susah, marah, sayang, dan yang lainnya pun sebenarnya adalah evolusi dari Cinta. Berawal dari satu kata cinta, semua komponen di dalam kosakata perasaan dapat timbul. Namun, semua kosakata itu belum tentu akan menimbulkan cinta. Dan apabila semua rasa itu dihapus, makhluk seperti apakah yang akan mendiami bumi?

***

°Dalam hidup ini, kita diberi dua pandangan secara umum. Keyakinan atau Iman, dan Pikiran atau rasional (keilmiahan). Keyakinan manusia pertama dari kitab (Al-Qur'an) yang dijamin kebenarannya oleh tuhan (Allah SWT), atau keilmiahan teori evolusi dan sejarah manusia purba berdasarkan bukti-bukti dan teori? Kita akan pilih yang mana? Perdebatan antara sains dan agama memang sudah biasa terjadi. Banyak teori-teori agama yang akhirnya dapat diakui dunia dengan sains dan diresmikan oleh manusia, padahal tuhan sudah menjamin itu. Jadi, apa keimanan itu masih ada? Apa yang berhak menentukan kerasionalan itu manusia pintar? Orang awam mungkin akan terkagum-kagum kepada orang pintar itu dan melupakan tuhannya yang jelas lebih tinggi derajatnya. Suatu oknum yang telah merasa dirinya paling benar akan menghancurkan keimanan. Apa seegois itukah manusia? Sampai-sampai tuhan pun ingin dilampaui. Memang aneh, tapi kita lihat pada kehidupan ini... dan itu benar. Jadi, siapa yang sedang ingin menjadi 'tuhan' di bumi ini?

***

°Kemajuan IPTEK sudah melesat bagai partikel cahaya. Waktu seakan terhenti saat ia melaju. Namun, itu tak berlangsung lama... kini cahaya itu (IPTEK) tengah berada dekat dengan lubang hitam.
Bersangkutan dengan masalah makhluk luar angkasa/alien: Dengan teknologi yang semakin canggih, pencarian--saudara manusia--pun sedang gencar-gencarnya dikerahkan. Namun, ketidakpercayaan media dan rakyat awam didukung beberapa ahli membuat pencarian itu dianggap sesat dan hanya ingin membuat manusia takut saja. Akhirnya NASA dan beberapa organisasi dunia yang lainnya menghilangkan semua mitos-mitos yang menyesatkan dan tidak sesuai sains. Bahkan tentang malaikat, jin, dan setan pun ada kemungkinan akan dihapuskan karena tak sesuai sains. Kini semua negara di belahan bumi hanya terfokus kepada sains saja. Mereka men-tuhan-kannya.
Dan dari sinilah IPTEK itu hancur tersedot lubang hitam.

***

.

.

"Yah, menurut Ayah... hidup itu seperti apa?" tanya seorang gadis remaja dengan manjanya. Dia tengah menyandarkan kepalanya di paha ayahnya. Ayah adalah orang tua satu-satunya baginya, karena ibunya telah meninggal beberapa menit setelah ia lahir.

"Seperti rantai makanan." jawabnya lembut. Putri satu-satunya yang memiliki sifat yang sama dengan istrinya ini membuatnya selalu ingin menjaganya dengan penuh. Dia tak ingin kehilangan orang yang dia sayangi, lagi.

"Jadi ada yang saling memakan (menjatuhkan) ya?" ucapnya serius. "Zaman sekarang para manusia itu munafik semua! Segala politik dilakukan. Padahal tujuannya gak jelas, dan ujungnya? Korupsi, kalau tidak narkoba, dan lainnya." ketusnya kesal. Gadis ini memang terkenal kritis soal kehidupan negara. Beda dengan mendiang ibunya yang lebih menyukai ilmu pasti.

"Iya. Selain itu, maksudnya seperti rantai makanan itu... hidup itu terus berputar. Berawal dari masa primitif, klasik, modern, post-modern, dan akan kembali ke primitif. Dan terus berputar. Apa kaupercaya?"

"Entahlah Ayah, itu terdengar mustahil." datarnya.

"Hmm, ya... Ayah yakin nanti dunia ini akan kembali primitif. Entah karena kita pindah ke Mars, atau karena hal lain."

Mereka terdiam sesaat, dan kembali bersuara saat satu isakan terdengar dari gadis itu.

"Yah?" putrinya itu memanggil dengan air mata yang berlinang. "Lusa aku pergi!" dia semakin lirih, dan akhirnya menangis.

"Iya..." Sang Ayah terus mengelus-elus rambut putrinya dengan penuh kasih sayang. Dia pun khawatir putrinya kenapa-kenapa, tapi... apa boleh buat? Sebagai pemimpin dia harus memperlakukan semua orang dengan sama, termasuk kepada putrinya.

"Aku akan menyelamatkan Ibu... jadi, doakan ya?" dia bangkit dari lahunan sang Ayah. "Aku sayang Ayah!!!" ucapnya sambil memeluk Ayahnya. Seakan ini adalah pertemuan terakhir bagi mereka.

"Ini misi yang sangat berbahaya, tapi Ayah yakin kaubisa. Saat kamu kembali, aku akan memberimu gaun. Itu punya Ibumu, pasti sekarang pas di badanmu."

Sang Putri hanya dapat mengangguk. "Sayonara Otousan! Watashi wa iku yo!" batin gadis itu. Dia yakin kalau dia tak akan kembali lagi setelah misi, jadi... ini pertemuan terakhirnya.

(Translate : Selamat tinggal Ayah! Aku pergi!)

***

"Aku benci Ayah!!!" teriak seorang anak laki-laki berumur 10 tahun. Dia tengah mengurung diri di kamar. Sedangkan Ibunya mengetuk pintu kamarnya berkali-kali.

"Nak, kamu kenapa?" tanyanya lirih. Dia sangat khawatir melihat anaknya ini, dan dia rasa... ini semua gara-gara kelumpuhannya.

"Ibu?" gumamnya, dia langsung membukakan pintu. Ibunya pun masuk dengan kursi rodanya.

"Kamu kenapa?" tanya Ibunya, lagi.

"Hanya stress, Bu." lemasnya sambil kembali duduk di kasurnya. "Aku masih gak terima perlakuan Ayah ke Ibu."

Ibunya pun menatap anaknya nanar. "Itu kan sudah tiga tahun yang lalu, Nak. Jangan dipikirkan lagi, Ibu gapapa kok!" senyuman palsu khas seorang Ibu yang tak ingin anaknya khawatir. Senyuman itu muncul lagi, dan anak itu semakin sesak.

"Masalahnya... d-dia--" anak itu terhenti sejenak, memberi jeda untuk air matanya yang hendak keluar. "Dia baru update status, kalau dia ngerayain ultah anaknya. Dan dia gak merhatiin Ibu di sini!" dia menangis. Rasa tak tega melihat Ibunya menderita membuatnya mudah menjatuhkan air mata.

"Gapapa, dia kan ngerayain ultah saudara kamu juga." ucap Ibunya sambil tersenyum.

"Aku tak mau punya saudara!!! Apalagi saudara tiri!" teriaknya. Sontak Ibunya langsung memeluk anaknya itu.

"Jangan begitu..." ucapnya lirih, dan dipastikan Ibunya tengah menangis. "Lihat! Kamu bikin Ibu nangis loh!" Ibunya berniat untuk bercanda.

"Hah?!" kagetnya sambil melepaskan pelukannya. Lalu memperhatikan wajah Ibunya. "Ibu kok nangis? Maaf Bu, jangan nangis lagi ya!" pintanya lirih. Dia pun mengusap air mata Ibunya dengan jempolnya. "Aku gak jahat kan? Aku gak kayak Ayah kan?" tanyanya. Ibunya kembali meneteskan air mata.

"Ibu jangan nangis!" anak itu agak menaikkan suaranya. Nadanya pun lebih memelas, seakan mau menangis.

"Kamu yang jangan nangis..." balas Ibunya sambil mencubit hidung anaknya dengan pelan. Di saat seperti ini pun, seorang ibu masih dapat bercanda dan melupakan kesedihannya.

Sang anak bukannya terhibur. Hal seperti ini memang lebih menyesakkan hati anak yang mengerti perasaan Ibunya. Merasa tak tahan, akhirnya dia pun memeluk Ibunya.

"Ibu bilang juga jangan nangis..." lirih Sang Ibu.

"Gapapa, Ibu juga gitu kan?"

***

Alliquid : The Culmination of The Conspiracy (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang