Part 1

91 9 2
                                    

Sebuah benda berwarna hijau tua itu telah diletakkan di belakang punggungnya. Ia berlari menuju halte bus sekolah dengan rambut tersisir rapih dan seragam sekolah. Kedua matanya menatap kendaraan berwarna oranye kekuningan itu dengan radius jarak sepanjang dua meter.

Suara bising kendaraan berbunyi terus menerus. Lampu-lampu jalan mulai meredup. Matahari telah menampakkan dirinya sejak tadi pagi. Helai daun berjatuhan dari pohon induk, terbang jauh entah kemana.

Gadis itu beranjak menaiki bus sekolah, berdiri di kerumunan siswa yang tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Memasang earphone  di kedua telinganya, membiarkan lantunan lagu menguasai dunia paginya.

Bangunan megah telah terbentang luas dihadapan Embun. Cat berwarna hijau merekat di dinding-dinding bangunan tersebut. Bunga bermekaran seirama dengan gerakan lihai kupu-kupu nan terbang. Bangunan itulah yang menjadi saksi dalam awal pertemuan dirinya dengan lelaki pujaannya.

"Hai Embun, kamu udah ngerjain PR?" sapa seorang gadis yang tiba-tiba saja berjalan di sampingnya.

Embun mengangguk.

"Itu berarti aku bisa pinjam PR kamu," lanjut gadis itu dengan percaya diri.

Gadis itu menyelipkan rambut ke belakang daun telinganya. Rambut yang terurai sepanjang bahu tak pernah mengurangi paras cantiknya.

Embun hanya tersenyum melihat sahabatnya itu.

"Jam berapa kamu tidur semalem?" tanya Flora. Ia memperhatikan kantung mata hitam yang menebal di bawah garis mata lawan bicaranya.

Embun terdiam.

"Apa kamu mau terus-terusan begini?" lanjut gadis berponi samping tersebut.

Embun tetap bergeming dan hanya berjalan mendahului Flora.

"Embun! Aku belum selesai bicara sama kamu!" teriak Flora selagi melihat punggung sahabatnya itu terus berjalan menuju kelas.

***

Embun meletakkan tas hijaunya di atas kursi. Ia menghela nafasnya sejenak. Baru saja Embun berdiam duduk di kursinya sendiri.

"Embun cantik deh, secantik embun yang menyejukkan di pagi hari."

Embun hanya melirik Randy sekilas dengan tatapan bingung.

"Boleh liat PR-nya gak?" lanjutnya.

"Apaan sih lo jijik banget. Basi! Sana lo!" teriak Flora sambil mendorong bahu Randy yang menghalangi tempat duduknya.

"Sensi banget lo. Orang gue ngomong sama Embun!" balas Randy tidak mau kalah.

"Iya kan, Embun cantik?" lanjut Randy cepat sembari tersenyum manis ke arah Embun.

Embun hanya menahan tawanya. Ia pun segera mengambil PR dari dalam tasnya dan memberikan buku itu kepada Randy.

"Makasih Embun cantik, makin sayang deh," ucap Randy sambil mengambil buku milik Embun.

"Embun, ih! Kan aku duluan yang mau minjem," ucap Flora sambil mencoba merebut buku Embun.

"Kamu kan bisa ngeliat PR-nya berdua Randy," ujar Embun yang baru mengeluarkan suaranya pagi ini.

"Aku gak mau! Males banget ngerjain PR bareng beruk kayak dia!" jawab Flora yang semakin meninggikan nada suaranya.

EmbunWhere stories live. Discover now