2. Penolong

740 22 3
                                    

Lagi lagi gue melihat perempuan yang ada dipojokkan cafe ini. Gue sering ke kafe ini, awalnya gue hanya ingin duduk duduk sebentar, tetapi melihat perempuan itu, rasa penasaran gue muncul. Setiap melihatnya dari hari ke hari, ekspresi-nya berubah berubah. Ada yang tersenyum sendiri, murung, dll.

Tapi kali ini dia bersama teman temannya, gue melihat ekspresi wajahnya, pertama dia diam, kedua dia tersenyum kaku, dan ketika dia tertawa dengan teman temannya. Gue yakin tawanya itu sangat tulus, ada perempuan yang tertawa hanya untuk mencari perhatian, tetapi dia tidak-perasaan gue saja-.

Ketika gue ingin menghirup aroma kopi- gue yang sudah mulai dingin-, tiba tiba gue melihat semua orang mengerumuni perempuan itu dan kawannya sangat panik. Mau tidak mau gue harus menolongnya, mana tau gue bisa berkenalan dengannya.

Sampai dikerumunan itu, gue harus menyelip dan ketika sudah didepan, gue melihat hidungnya yang berdarah. Apa mungkin dia ditinju?

"Mau saya tolong?" tanya gue keteman temannya.

"Tentu saja bodoh! Kalau kami bilang tidak, bagaimana dia tertolong!" ucap temannya yang sangat sangat mirip bule.

"Saya hanya bertanya mbak" ucap gue sopan.

"Emang gue mbak lo apa?" jawabnya sengit. Dia cantik tetapi sangat garang.

"Udahlah jangan kelahi, ayo mas tolongin" ucap salah satu temannya yang memakai jilbab.

Gue dan teman-temannya mengangkat dia untuk dibawa ke UKS kampus, mereka yang memilih itu. Dan ketika mengangkat temannya yang pendek selalu menggerutu

"Aduh Nisa ini berat banget. Fika seharusnya tidak memakan manis manisan!" katanya. Oh nama yang pingsan ini Fika.

"Mau gimana lagi, dia sering banget makan manis manisan. Iya berat banget, pakai mobil aja antarnya!" kata temannya satu lagi, mungkin dia Nisa.

"Alya! Nisa! Jangan menggerutu! Cepat kita selesaikan ni anak, seharusnya kalian tidak memberi dia foto seperti itu!" perintah temannya yang bule.

"Tapi kan, kami gak se-" ucap Alya dengan nada ketakuttan.

"Kalian sengaja!" teriak si bule.

"Diana! Kalian malah kelahi!" bentak Nisa. Jadi nama bule itu Diana.

"Saya membawa mobil. Apa kalian mau menumpang?" tanya gue sopan dan mereka langsung mengangguk.

Gue dan teman temannya langsung menuju ke mobil gue. Ketika sampai, Nisa dan Alya duduk dibelakang bersama Fika, dan Diana duduk disamping gue. Rasanya sangat menegangkan duduk disamping Diana hanya saja hawanya yang membuat gue merinding disko.

"Nama saya Ap-" kata gue terpotong karena Diana memotongnya.

"Tau. Alya kasih tau tentang dia!" perintah Diana seperti bos.

"Aprillio Mailano mahasiswa yang sangat berbahaya sering cabut, pengacau, tipe bad boy. Tetapi orang tuanya kaya, dan rumornya dia tidak pernah berpacaran" ucap Alya lancar dan gue melihat dari kaca, rupanya dia membaca sebuah note. Jangan bilang dia Alya Allisa cewek populer yang selalu bisa mendapat informasi tentang mahasiswa di kampus.

"That's right. Hebat bisa tau tentang gue" ujar gue sopan."Dan kalo Alya Allisa cewek populer yang sering gonta ganti pacar, right?" tanya gue

"Benar. Apa masalah dengan anda?" tanya-nya dengan suara dingin.

"Tidak" jawab gue singkat."Dan nama kalian berdua siapa?"

"Gue Khairunnisa Talita Ulfa" jawab Nisa dan tersenyum. Cocok dengan wajahnya yang alim, sayangnya dia bukan tipe gue.

"Dan kalo? Mukalo mirip bule? Apa kalo pindahan?" tanya gue sopan kepada diana.

Morning CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang