Sepucuk Surat Dari Croatoa

28 1 0
                                    

Tidak banyak yang tahu bahwa di tengah-tengah daerah Segitiga Bermuda adalah sebuah pulau yang di dalamnya terdapat hanya satu desa– Desa Croatoa. Desa ini bukan hanya sebuah misteri bagi orang-orang di luar pulau, tapi juga misteri bagi orang-orang yang menghuni desa tersebut. Konon, ada kekuatan mistis yang menyelimuti daerah tersebut, suatu hal yang diyakini oleh orang-orang baik di luar pulau, maupun di dalam pulau. Dan tentu semua itu benar adanya...

***

Desa itu memang tidak pernah ramai, dan hari itu bukan pengecualian. Siang hari itu, tampak sesosok lelaki yang berjalan di jalan terbesar di desa tersebut– sebuah jalan dengan pohon-pohon teduh dan bunga-bunga di sepanjang jalannya– sambil menundukkan kepala dan menendang-nendang tanah di bawah kakinya. Lelaki itu melayangkan matanya ke sekelilingnya, dan beberapa saat kemudian, matanya terpaku kepada sebuah bunga Petunia– sejenis bunga yang memang umum ditemukan di desanya. Namun, bunga Petunia yang ini berwarna merah muda, jenis yang sangat langka di desanya. Ia memetiknya, hendak memberikannya kepada seorang gadis yang istimewa.

Menurut tradisi yang terpelihara dengan baik di desa tersebut, merusak bunga Petunia akan membawa nasib buruk.

Lelaki itu dikenal di desanya sebagai G. Menurut tetangga-tetangganya, G adalah orang yang baik, siap membantu, bisa diandalkan, dan menawan. Dan semua orang mengetahui bahwa G sudah mempunyai seorang kekasih. Namun hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa ia hendak memberikan kejutan kepada gadis yang sangat istimewa baginya, D. Ia pergi menuju rumah D sebelum pulang ke rumahnya sendiri, dan menyelipkan selembar kertas berisi pesan singkat untuk D.

***

Malam yang cerah itu, bulan hanya menampakkan seperempat bagian wajahnya. Bintang-bintang bertaburan menghiasi malam. Terasa angin malam yang dingin– bukan dingin yang membuat menggigil, tetapi yang menyejukkan malam itu. Malam-malam seperti itulah yang paling dinikmati D.

Namun, walaupun malam itu begitu indah, D tidak bisa menikmati malam itu, tidak seperti biasanya. Hatinya diliputi kekhawatiran. Ia sudah menunggu selama tiga jam di tempat biasa, tanpa melihat orang yang ditunggunya muncul. Ia sudah berkali-kali memeriksa pesan yang diterimanya. Dan memang ia tidak salah membaca pesan yang tertera. Di tempat biasa, jam 8. Begitu bunyinya. Ia juga tidak melihat G di rumahnya sejak siang. D tidak bisa menghentikan dirinya dari bertanya-tanya sambil memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. D menetapkan untuk menunggu satu jam lagi sebelum pulang ke rumahnya dan tidur di ranjangnya.

D tidak bertemu G malam itu.

***

K sedang dalam suasana hati yang riang pagi itu. Ia penasaran bagaimana jalannya rencana kakaknya kemarin. Ia penasaran dengan perasaan dan apa yang dipikirkan oleh kakaknya, G, dan kekasih kakaknya. Ia sangat dekat dengan keduanya, dan menginginkan mereka untuk bahagia. Ia membayangkan masa kecil mereka bertiga, kedekatan mereka bertiga, dan rasa kekeluargaan yang mengikat mereka. Ia merasa bahwa mereka bertiga sudah seperti keluarga, sehingga sudah sepantasnya mereka menjadi keluarga sungguhan. Ia berjalan dengan riang, menyusuri jalan setapak menuju sebuah toko tempat ia akan mengambil kapak barunya.

Sebuah pengumuman baru. Itulah yang pertama kali dilihat oleh K ketika melewati papan pengumuman desa. Ia memanggul kapak barunya sambil mendekati papan tersebut. Ia membaca pengumuman yang dipaku itu sekali. Dua kali. Tiga kali. Ia masih tidak yakin dengan apa yang dibacanya. Berulang kali ia baca, sampai ia sudah tidak ingat sudah berapa kali ia membacanya. Ia bahkan tidak bisa membaca berita sukacita yang terdapat di bawah kalimat yang membuat hatinya terasa kelu. K merasa lututnya lemas. Ia membaca sekali lagi tulisan yang terdapat di bagian teratas pengumuman tersebut. G145897 dinyatakan hilang.

UniversumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang