The End-Real Life

1.4K 125 47
                                    


Melody membuka matanya, yang pertama kali dilihatnya adalah langit – langit sebuah ruangan. Dia mengerjap beberapa kali untuk memfokuskan pandangannya dan ketika dia bisa melihat dengan jelas dia langsung terduduk kaget.

Melody menatap ke sana ke mari, dia ada di sebuah ruangan. Sebuah kamar anak perempuan, ada lemari kayu di sudut ruangan di depan ranjang yang dia duduki sekarang. Di sebelah kirinya ada sebuah laci dan di sudut sebelah kanan ada meja rias. Melody memegang kepalanya yang sakit, dia berusaha mengingat – ngingat apa yang terjadi padanya.

Kemudian dia mengingat, perahu, hujan, gua, karang, gelombang dan... Liana!

"Liana!" katanya panik, Melody langsung memakai sepatunya yang ada di bawah ranjang lalu keluar dari kamar itu kendati pun dia tidak tahu ada di mana dirinya sekarang. Dia menelusuri lorong yang membawanya pada tangga menuju lantai bawah.

Seiring langkahnya menuju ke bawah, jantungnya berdegup dengan cepat dan langkahnya melambat. Ketika dia melewati sebuah foto yang dipajang di dinding Melody berhenti melangkah. Dia menoleh pada foto itu dan menemukan dirinya, berambut merah semerah rambut ibunya dan bermata coklat seperti ayahnya. Selain itu, ada Harry serta kedua orangtuanya di dalam foto itu.

Kedua mata Melody melebar tak percaya. Dia menarik sejumput rambutnya agar dia bisa melihat warnanya, dan betapa kagetnya dia ketika melihat warna rambutnya sama seperti dalam foto. Melody mendekatkan wajahnya ke foto untuk melihat pantulan wajahnya dari balik kaca dan mendapati warna coklat pada matanya.

"Melody ? apa yang sedang kau lakukan ?"

Melody membeku di tempat, jantungnya berdetak lebih cepat. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dengan perlahan. Dia terkesiap melihat Harry di kaki tangga, memegang segelas es limun di tangannya.

"Harry..." gumam Melody, "kau sudah bangun ? seharusnya kau bangun lebih cepat. Kami membatalkan acara kemah itu karena kau sakit," kata Harry. "Ke-kemah ?" ulang Melody masih syok melihat kakaknya di sana. "Bukan sepenuhnya salahmu sih, Hermione mendadak diajak berlibur ke Paris oleh orangtuanya." Kata Harry.

"Apa yang kau lakukan di sini Harry ?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Melody. Yang dia tahu kakaknya itu sedang berpetualang mencari hocrux bersama Hermione dan Ron. "Er... entahlah, mendinginkan tubuh ? musim panas ini memang ganas." Kata Harry bingung, dia mengangkat gelas es limunnya lalu tersenyum.

"Apa ? Di-di mana ini ? apa yang terjadi ? Bukankah seharusnya kita sedang berpetualang mencari hocrux ?" tanya Melody bingung sembari melangkah turun. Harry tertawa, "apa yang kau bicarakan ? kita tentu saja di rumah, menikmati liburan musim panas sampai akhirnya kau sakit karena demam." Katanya.

"Ru-rumah ?" kata Melody, kepalanya berdesing sakit, dia pusing. "Mungkin kau butuh makan Mel, ayo," Harry menarik tangannya menuju ruangan dibalik pintu yang Melody duga menuju ruang makan.

"Harry, bisakah kau bantu— kau sudah bangun sayang ?" Melody kembali dibuat terkejut ketika dia melihat ibunya sedang berdiri di depan penggorengan. "Kau tidur cukup lama hari ini, nak," Melody menoleh ke meja makan. Ayahnya, James Potter sedang duduk di sana, membaca koran.

"Mum... Dad... ?" gumam Melody tak percaya, "kenapa sayang ? sebaiknya kau duduk, makan siang akan segera siap," kata Lily. "Tapi... tapi bagaimana bisa ? kalian seharusnya..." air mata nyaris keluar dari mata gadis itu, dia bisa melihat orangtuanya lagi, hidup.

"Mungkin kau bermimpi aneh ? sakit dimusim panas memang begitu, duduklah, setelah makan kau akan merasa lebih baik," kata James sembari melipat korannya. Melody terdiam di tempat, rasanya masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Melody Potter and the Deathly HallowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang