Chapter 1: Destruction crash

71 8 0
                                    

Angel#


Apa yang aku harapkan dari keluarga ini semuanya sudah hancur. Aku selalu berharap punya keluarga yang bahagia dan harmonis, namun yang terdengar hanyalah suara makian, cercaan, bahkan tidak ada yang tersenyum sedikit pun semuanya berwajah masam. Ayah dan ibuku selalu saja bertengkar, dan puncaknya adalah malam ini.

Ibu keluar dari kamar dengan membawa koper besar, ku kira ibu ada pekerjaan di luar kota lagi. Tapi ternyata ayah mengusir ibu, mereka bercerai. Kemudian ayah memanggilku dan kakak ke ruang keluarga.

"Rosa kamu mau tetap bersama Papah disini? Atau ikut Mama-mu?" tanya ayah pada Kak Rosa dengan wajah serius. Kak Rosa memang manggil Ayah 'Papah' dan Ibu 'Mama' beda sama aku yang panggil mereka 'Ayah, Ibu'.

Jujur, perasaanku tak karuan sekarang. Aku berharap banyak pada mereka, aku tak pernah suka dengan perpisahan. Kalau pun kakak ikut Ayah atau Ibu, kita pasti akan pecah dan aku bingung harus ikut siapa.

"Pah! Kenapa aku harus pilih? Aku kan bisa tinggal bersama kalian!" tanya Kak Rosa keheranan. Kak Rosa memang belum tahu Ayah dan Ibu bercerai, karena itu ia terlihat bingung.

"Kamu harus pilih Rosa! Papah sama Mama sekarang sudah pisah. Tapi menurut Papah, mending kamu tetap disini bersama Papah!" saran Papah pertahanin kakak, apa aku juga akan dipertahanin Ayah?

"Tidak!! Kamu harus ikut Mama, titik!" ucap Ibu penuh penekanan.

Tanpa sadar aku menyunggingkan senyumku, aku pasti akan sangat senang jika diperebutkan seperti kakak. Walaupun akhirnya kita akan pecah.

"Eh..enak saja kamu! Rosa tetap disini!!" ujar Ayah mulai emosi.

"Pah! Mah! Ak-aku ikut.. Ah! Mending tanya Angel dulu!" usul Kak Rosa membuat dadaku berdebar.

"Baiklah, Angel lebih baik kamu ikut Ibu kamu saja. Ayah cukup sama kakak kamu!"

Apa? Maksudnya-ayah, kenapa kesannya malah ayah tak peduli padaku. Ayah malah menyerahkan aku begitu saja pada Ibu. Tapi kakak, Ayah bela-belain debat lagi sama Ibu untuk pertahanin kakak.

Harapanku jadi semakin redup mendengar perkataan ayah.

"Tidak! Angel sama kamu, biar Rosa sama aku!"

Nyuutt

Hatiku sangat sakit mendengar ini semua, lidahku kelu, aku tak sanggup buat balas perkataan mereka. Apa aku memang tak berarti buat mereka?

"Jadi Rosa kamu ikut siapa-" lanjut Ayah pada kakak. Aku tak ingin mendengar kelanjutannya, dengan langkah besar aku berjalan ke kamarku. Mengemasi barang-barangku dan segera keluar. Aku sudah putuskan akan pergi. Aku sudah tak tahan dengan semua ini, toh aku tak lagi dibutuhkan disini.

Saat melewati ruang keluarga, aku melirik mereka yang ternyata masih saja berdebat. Aku mempercepat langkahku dan melewati mereka semua dengan acuh, aku sudah tidak peduli lagi.

"Kamu mau kemana Angel? Kenapa bawa tas?" tanya Kak Rosa saat aku melewatinya.

Tanpa menjawab, aku meneruskan langkahku dan keluar dari rumah dengan membanting pinti. Sayup-sayup ku dengar Kak Rosa memanggilku, tapi aku membuang muka dan terus berjalan.

.
.
.
.

Sekarang aku tak tau mau kemana, ini sudah malam dan udaranya benar-benar dingin. Apa aku harus tidur di tengah jalan? Atau kolong jembatan? Atau di depan rumah orang? Hah! Sekarang aku merasa seperti gelandangan saja, mana perut keroncongan dari tadi.

Dengan berat hati ku dudukkan tubuh lelahku di atas kursi taman. Eh?! Apa aku tidur disini saja ya? Ah.. Sudahlah disini saja.

Akhirnya tak beberapa lama, aku pun terlelap dengan tas yang ku jadikan bantal.

Tak terasa malam semakin larut, aku sempat tertidur lelap tadi namun kembali terbangun setelah mendengar kegaduhan yang terjadi di sekelilingku. Dengan malas ku edarkan pandanganku ke seluruh penjuru taman. Tiba-tiba saja seorang pria menghampiriku. Wajahnya sangat tampan, dan tubuhnya juga idealis. Oh tidak! Apa sekarang aku sedang bermimpi? Dia benar-benar sempurna. Aku tidak yakin dia itu manusia, dia lebih terlihat seperti malaikat yang tak bersayap.

Tanpa kusadari pria itu sudah ada dihadapanku, aku sedikit tersentak ketika ia melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku dan sedikit menggoncangkan bahu kananku. Apa aku memang sedang bermimpi? Wajahnya berkali-kali lipat lebih tampan jika dilihat dari jarak sedekat ini.

"Hei Nona! Apa kau baik-baik saja? Kenapa kau melamun? Dan kenapa kau disini tengah malam begini? Itu tidak baik untuk seorang gadis!" ucap pria itu lembut

Ukhh!! Suaranya merdu sekali!! Sungguh membutku terhanyut.

"Uhm..itu..anu! Ak-k-aku tidur disini!" jawabku tergagap, entah kenapa aku jadi sangat gugup sekarang.

"Apa?! Tidur disini?!! Yang benar saja Nona! Apa kau baru saja kehilangan rumahmu?" kaget pria itu.

"Emh..ya! Eh?! Tidak! Tidak! Maksudku.. Aku pergi dari rumah. Kka-kkau siapa? Kenapa kau tampan sekali! Ups!"

Ukh!! Kenapa aku bisa keceplosan sih! Dengan refleks ku tutup wajahku dengn kedua tanganku. Aku benar-benar malu sekarang. Sepertinya, wajahku sudah merah padam sekarang.

"Eh!? Apa kau baru saja mengatakan aku tampan?! Hemh..aku memang tampan, keren, dan berkharisma!" terang pria itu. Kenapa dia jadi sangat PD sih?!

Dengan perlahan ku turunkan kedua tanganku dan mulai memberanikan diri untuk menatapnya.

"Tidak! Mungkin kau salah dengar!" ucapku setengah berteriak.

Wajahnya terlihat kecewa ketika aku mengatakannya. Namun, kemudian ia merubah ekspresinya lagi menjadi smirk? Ya! Ia seperti sedang menyeringai sekarang.

Tbc

Elcarim De AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang