***
"Aku...aku mencintaimu begitu payah, orang dungu ini jatuh cinta denganmu. Tolong jangan berpikir bahwa aku mencintai orang lain selain dirimu, karena itu semua bohong. Aku berani bersumpah, aku sadar telah membohongi diriku sendiri. Semua kebodohan dan kebohongan itu, aku harap kau bisa memaafkannya."
***
Story:
Taehyung bohong. Taehyung berbohong kalau ia siap jikalau Jungkook membencinya. Dan sekarang ia benar-benar seperti si dungu yang tidak bisa melakukan apapun, hanya menatap dari kejauhan seseorang yang selalu ia sebut namanya di dalam mimpi.
Jungkook membencinya.
Jungkook menghukumnya. Menjauhi, mengabaikannya dan menutup dirinya dari Taehyung. Jungkook akan selalu menganggapnya tidak ada, berpura - pura tidak melihat dirinya padahal Taehyung ada dihadapannya, bahkan menghampiri orang lain untuk bertanya pukul berapa sekarang, padahal Taehyung berada disampingnya.
Ia tidak akan menyalahkan Jungkook karena disini memang dirinya yang salah. Cemburu membuatnya buta, rasa mengganjal yang selalu ada setiap ia melihat Jungkook bersama orang lain selama ini adalah cemburu. Taehyung baru menyadarinya, dan ia benar-benar mengakui kalau ia adalah orang dungu. Selama ini dia kemana saja?
Tangannya mengacak surainya yang memang sudah berantakan karena semenjak tadi, Taehyung terus menarikinya seperti ingin mencabutinya langsung dari kulit kepala. Taehyung terlalu tenggelam dengan rasa bersalahnya, tidak menyadari orang lain yang memperhatikannya dalam diam.
Memutuskan untuk keluar mencari udara, ia berakhir dengan berjalan tak tentu arah seperti orang linglung. Beberapa kali menabrak pejalan kaki lainnya, meminta maaf dengan pikiran yang melayang jauh.
Kemudian berhenti untuk duduk di bangku taman, untuk mengistirahatkan kakinya yang terasa sakit, entah sudah berapa kilometer ia berjalan karena Taehyung menyadari kalau sekarang ia sudah jauh sekali dari daerah Gangnam.
Kembali hanyut dalam pikirannya, mengabaikan hawa dingin yang menusuk tulang. Mengabaikan jemarinya yang mulai membiru kedinginan, ia hanya memakai hoodie dan celana panjang yang tidak bisa menghalaunya dari dinginnya udara. Tapi Taehyung tidak peduli, seluruh tubuhnya sudah tumpul oleh rasa sakit. Tidak memikirkan apapun selain, Jungkook, Jungkook dan Jungkook.
Matanya menangkap sepasang sepatu yang kini berdiri dihadapannya, kemudian pandangannya naik dan menemukan orang yang paling tidak bisa ia bayangkan. Jeon Junghyung, kakak laki-laki Jungkook. Lalu tersungkur saat bogeman mentah dari kepalan tangan Junhyung memukul telak perutnya.
"Aku ingin sekali membunuhmu kalau aku bisa," suaranya serak menahan amarah, "Jungkook memang tidak menceritakan apa yang terjadi pada dirinya, siapa pelakunya tapi aku tahu itu pasti kau." Taehyung masih meringis memegangi perut, Junhyung masih aktif dalam kemiliteran dan latihan fisik yang ia lakukan tiap hari cukup untuk mematahkan tulang. Tenaganya tidak main-main.
Mereka berdua berakhir dengan masing-masing duduk diujung bangku panjang tersebut. Taehyung memilih diam, ia masih belum ingin mati, masih ingin mendapatkan permohonan maaf dari Jungkook.
"Aku langsung meminta izin pada atasanku saat Namjoon hyung menelfon, mengatakan kalau Jungkook sakit. Tentu saja itu aneh untukku, aku tahu ada yang tidak beres. Karena hyung tidak memberitahukan keadaan Jungkook pada orang tuaku dan malah menelponku, menurutmu kenapa?" nadanya terselip cemoohan yang amat kental.
"Lalu aku menelfon Jungkook, berusaha berbicara padanya. Tapi apa yang ia bilang? 'Sakit? Aku tidak sakit. Aku baik-baik saja, hyung' lalu apa kau pikir aku percaya dengan ucapannya? Tidak. Dia adikku, orang yang bahkan nyawa bisa aku pertaruhkan untuknya. Aku mengetahui semua hal tentang adikku, dan apa yang aku dapatkan? Kau―"