Kutukan Terindah

86 16 0
                                    

Kuteguk segelas air dingin tanpa jeda. Fiuhh, hari yang sungguh melelahkan, bahkan aku tidak sempat mengobrol dengan Kevin. Kau tau?, Kevin Sang ketua osis, juara klub bahasa, kapten tim basket dan seabrek prestasi yang membuat semua gadis sepertiku memujanya. Akhir - akhir ini aku dan Mr.Perfect-maksudku-Kevin lumayan dekat, dan itu adalah prestasi terbesar dalam hidupku. Tapi, hari ini aku tidak dapat meliriknya, ataupun mengobrol seperti biasanya. Semua gara-gara Neo!

Entah berapa kali aku mengucapkan nama Neo dalam hatiku, dan semua itu justru memperburuk pikiranku.

Huufff... aku harus mengistirahatkan pikiranku. Kuraih i-pod biru milikku, tanpa berganti pakaian, alunan lagu sukses membuatku terbawa dalam alam bawah sadar. Tanpa gangguan, tanpa masalah, hanya ada aku dan khayalanku.

"Tasya, lo tidur?"

Wait, suara ini..

"Hahaha, muka lo lucu juga ya kalau tidur, kayak paus"

Suara ini terasa sangat familiar di telingaku....

"Ngghhh....."

"Eh, buset ngiler lagi hahaha,"

Entah kenapa mimpi ku kali ini terasa sangat nyata.

....

"Pagi ma,"
Aroma nasi goreng spesial milik mama selalu membuatku semangat untuk sarapan di pagi hari, tanpa terkecuali makanan lain yang beliau buat. But, nasi goreng adalah andalanku, disusul cream soup hangat lengkap dengan potongan wortel. Love it!

"Pagi honey, bagaimana tidurmu?"

"Emm, yah nyenyak seperti biasa,"

"Lain kali, gantilah pakaianmu sebelum tidur, mama malu dengan Tama," ujar mama seraya menaruh segelas susu hangat disampingku.

"Hehe, iya ma, Tasya kemarin cape banget,"

Mama hanya tersenyum melihatku. Tapi terasa ada yang janggal dalam pikiranku...

"Tama siapa maa?!!"

Hampir saja aku tersedak nasi goreng kesukaanku.

Mama melirikku, "Loh, kamu ga tau?, Tama tetangga baru kita, dia satu sekolah denganmu, kemarin dia ingin pergi denganmu, dan kamu sedang tidur,"

"Anaknya ganteng dan baik, cobalah berteman dengannya," tambah mama. Sebelah matanya terpejam, lalu ia tertawa untuk menggodaku.

Aku hanya bengong mendengar penjelasan mama. Kuharap wajahku saat tidur tidak terlalu menyedihkan.

Di kelas XII IPA 1

Jam pelajaran pertama yang kosong menjadi surga tersendiri bagi para siswa. Aku pun tidak melewatkan kesempatan untuk bergosip dengan para sahabat seperjuangan. Bagiku hal seperti ini adalah hiburan tersendiri.

"Eh, lo semua pada kenal yang namanya Tama ga?"

Sahabatku kompak menggeleng.
Mereka tidak tau.

"Emang kenapa?, ada anak baru lagi?" Dela bertanya, sambil mengemut lolipop coklat kesukaannya.

"Engg, gue juga ga tau sih, dia anak baru atau bukan tapi..."

"Ganteng?" ujar Rara, salah satu sahabatku yang tergolong makhluk sosialita dan menjadi penolong saat Tasya ataupun yang lain saat krisis sangu melanda.

"Atau jangan - jangan, dia adek kelas?"
Selidik Farah. Tangannya tetap sibuk mengoleskan lip gloss baru yang ia beli di Itali. Warna maroon yang sangat indah, walaupun sudah berkali - kali diperingatkan untuk tidak berdandan di sekolah. Profesi Farah sebagai model selalu menjadi alasan.

"Emangnya kenapa Sya, tumben lo nanyain soal cowok, pasti ada apa - apa," sahut Erma. Siswi paling pintar, tenang bagai sungai dan diam - diam menghanyutkan. Selalu diandalkan dalam hal pelajaran dan punya seabrek jadwal les yang membuatku and the genk susah untuk bertemu di luar jam sekolah. Belum lagi nyokap Erma yang super protektiv.

"Sebenarnya, kemarin ada anak cowok ke rumah gue, tapi gue ga tau soalnya gue lagi tidur, nyokap bilang orangnya ganteng, dan dia sekolah disini,"

"Dia ngapain ke rumah lo?, nagih utang?" cetus Farah.

"Nyokap bilang sih, dia mau ngajak gue jalan,"

"Lo ga kenal sama cowok itu, dan dia mau ngajak lo jalan?"

"Iya, gue juga ga ngerti," ujarku menjawab Erma.

"Gue makin kepo deh, siapa orangnya,"

"Jangankan lo Ra, gue lebih kepo," sahut Dela.

"Sya, mending lo tanya deh ke nyokap lo, orangnya gimana jadi lo ga penasaran," saran Erma.

"Oh iya ya, lo paling gue andelin masalah ginian, nanti gue tanya nyokap deh,"

"Ditunggu kelanjutannya ya Sya,"

Aku mengangguk.

Bel berbunyi, jam pelajaran ke dua dimulai, Pak Yoko Sang guru matematika memasuki ruangan. Pelajaran dimulai seperti biasa.

"Sya, lo ikut ke kantin ga?"

"Engga, gue dikelas aja,"

"Okedeh,"

Kukeluarkan buku sketsaku, lalu kumulai sketsa - sketsa tipis, suasana kelas yang sepi saat istirahat sangat kusukai, akhirnya aku bisa berkhayal dan menggambar sesuka hati.

"Lo bisa gambar juga?"

Suara yang sangat familiar di telingaku.

"Gambar muka gue dong," sahutnya lagi.

"Please, Neo jangan ganggu gue!"

Neo hanya tersenyum. Ia mengambil tempat duduk disampingku, aku bergeser menjauhi dirinya. Tangannya tiba - tiba mengambil buku sketsa milikku.

"Lo gambar siapa?"

"Suka - suka gue lah, kepo banget lo,"

Neo tertawa.

"Ga ada yang lucu bego,"

Dia meringis, lalu memegang bahuku, matanya menatap tajam kedalam kedua bola mataku, kami saling berhadapan. Dan lagi - lagi, jantungku tidak dapat diajak kompromi.

"Gue ga suka lo bilang gue pengganggu, lo harus nurut sama gue, atau foto lo waktu lagi tidur siang bakal gue share,"
ancamnya.

Tunggu.

Foto?

Tidur siang?

Gue?

Melihatku yang mulai mengerti, ia tersenyum melihatku.

"Kenalin, gue Neo Tama Adiguna,"

Aku membeku, jadi? Tama itu Neo?!

My NeptuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang