02

114 11 0
                                    

Kini, Nadine sudah sampai di café favorite nya. Nadine tersenyum, akhirnya Frappuccino nya sudah jadi. Kemudian, ia melangkah dan mencari-cai tempat duduk. Matanya tertuju pada meja 02, ujung dekat jendela.

Nadine pun menyesap Frappuccino nya yang masih hangat. Memang hanya frappuccino yang paling ampuh untuk menenangkan hatinya. Karena mulai besok, Kevan akan mengganggu hidupnya.

Ditempat lain, Nessa sedang menatap anak laki-lakinya dengan tatapan mengintimidasi.

"Kevan, kamu kapan berubahnya sih nak? Mama udah capek tau nggak? Kemarin mama ditelpon kepala sekolah, kamu bolos selama satu minggu dan baru masuk sekolah kemarin kan?" Nessa memang kalau marah pasti menggebu-gebu, tapi jangan khawatir, palingan 5 menit akan baik lagi.

"Iya dong, ma. Kan Kevan anak gaul nan berprestasi, bolos-bolos dikit gak papa lah." Ucap Kevan santai, dan ucapan tersebut sukses membuat mamanya sangat kesal.

"Apa kamu bilang? Bolos-bolos dikit? Enak aja kamu! Mentang-mentang sekolah itu punya kakek. Dan kamu harus ingat, kamu harus menggantikan posisi mama nanti untuk mengurusi perusahaan peninggalan papa!"

Pada saat umur 12 tahun, papa Kevan telah meninggal. Itulah sebabnya Nessa berusaha mati-matian untuk mengurusi perusahaan peninggalan suaminya itu.

Dan Kevan? Kevan lah satu-satunya harapan Nessa untuk melanjutkan perusahaan itu kelak.

"Hm." Ucap Kevan sambil memutar bola matanya.

Hal itu langsung membuat Nessa kesal sekaligus marah tingkat dewa.

Nessa mulai mendekat pada Kevan dan menjewer kuping Kevan.

"Aduduh, ampun mama." Teriaknya sambil berusaha melepaskan tangan mamanya dari telinga nya.

"Ampun, ampun. Awas aja kalau bolos-bolos lagi, mama akan hilangkan ekskul basket."

Kevan memutar bola matanya. Dia paham betul dengan mamanya yang tidak akan bermain-main dengan ucapannya.

"Iya, mama."

Nessa tersenyum, tuh kan belum 5 menit jadi baik lagi.

"Kamu mau Frappuccino nggak? Yuk ke café, kan kita udah jarang minum frappuccino bareng."

Mendengar kata Frappuccino, mata Kevan langsung berbinar.

"Boleh, boleh. Tapi mama kan yang bayar?"

"Yaiyalah, duit nongkrong aja minta di mama."

-------------

Kevan dan mama nya sudah berada di depan café langganan mereka. Tiba-tiba Nessa menghentikan langkahnya. Melihat itu, Kevan menyeritkan dahinya.

"Kenapa?" tanya Kevan.

"Kamu duluan aja masuk, mama mau ke Toilet dulu."

Kevan mengangguk dan kemudian masuk ke dalam café.

"Frappuccino nya 2, ukuran grande dan tall." Ucap Kevan kepada barista.

"Atas nama?"

"Hamba Tuhan" ucap Kevan santai.

Sedangkan si barista? Hanya senyum-senyum. Mungkin dipikirannya Kevan memang garing atau, mungkin dia kira Kevan orang gila?

Tapi, barista itu tetap tulis "Hamba Tuhan" di cup coffee Kevan, kok.

Barista itu pun mulai meracik minuman kesukaan Kevan, Frappuccino. Hanya butuh waktu 5 menit, Frappuccino itu telah jadi.

"HAMBA TUHAN." teriak sang barista itu.

FrappuccinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang