Chapter 1

156 7 0
                                    

"Hai Raka ! Kamu lagi apa disini? Mana motor kamu?"

Suara nyaring itu, menusuk telinga Raka yang sedang duduk di bangku halte, tak jauh dari gedung sekolahnya.

"Berisik!" Jawabnya sambil mendengus pelan menyadari siapa yang bicara.

"Ish.. ditanya, kok malah gitu jawabannya." Suara Tania makin melengking

Raka menoleh sejenak untuk menatap Tania. Dia terkikik dalam hati, saat menangkap sosok yang begitu menggelikan.

Dandanan Tania berlebihan, segala macam perhiasan menempel ditubuhnya. Kemeja sekolah yang dibuat sesempit mungkin, rok sekolahnya diatas lutut, berdandan sangat menor untuk ukuran anak SMA, selalu memakai sepatu bertumit tinggi kesekolah.

Anak-anak cowok suka menggoda Tania bila dia melintas di depan mereka, tapi Tania cuek dan semakin melenggang dengan pede-nya. Seakan semuanya baik-baik saja.

Seraya mengalihkan pandangan, Raka mencodongkan badan ke depan. Sebuah angkutan umum jurusannya muncul dari kejauhan.

"Lho.. lho.. Raka, gak usah naik angkot yang kumuh itu. Naik mobil aku aja, biar aku yang anter kamu pulang." Ucapnya membujuk Raka agar pulang bersama dengannya.

Raka hari ini tidak membawa motor merah kesayangannya. Karena motor miliknya ngadat, sopir tak bisa jemput, terpaksa harus naik angkot. Ini pertama kalinya bagi Raka menaiki angkot.

"gak usah" Ujar Raka kalem sambil melambaikan tangan menghentikan angkot.
Angkot berhenti tepat di depan Raka dan langsung melangkah masuk ke dalam angkot.

"Lho.. Rakaaa!" teriak wanita itu. Lalu berkata lagi, "Awas aja lo, suatu saat nanti lo pasti ngemis-ngemis cinta ke gue. Lihat aja tanggal mainnya Raka." Ucapnya sambil tertawa sinis Lalu Tania kembali masuk kedalam mobil.

*****

Sesampainya dirumah, setelah mandi dan berganti pakaian, raka membenamkan tubuhnya diatas kasur empuk beralaskan sprei lembut berwarna biru tua.

"Raka!"

Panggilan khas seseorang membuat matanya terbuka. Raka beringsut duduk, menggeliat sebentar, lalu turun dari tempat tidur. Seraya menguap, Raka melangkahkan kakinya dan membuka pintu. Muka Rina, ibu Raka menyembul dari balik pintu kamar.

"Ya?"

"Mama sedang tidak enak badan. Kamu tolong belikan bahan makanan untuk dua minggu kedepan." Lalu berkata lagi, "bahan-bahan yang akan dibeli, sudah mama catat semua."

"Bibi mana?" Tanya Raka yang kembali membanting tubuhnya dikasur.

"Bibi sedang pulang kampung"

Raka mengangguk lalu, "oke.. tapi aku pinjam mobil mama, motorku sedang di bengkel"

"Pakai saja" ucapnya lalu memberikan catatan kecil, daftar bahan-bahan yang yang akan raka beli. Dan memberikan 5 lembar kertas berwarna merah.
Raka beranjak dari kasur dan keluar dari kamarnya.

"Hati-hati nak, jangan ngebut pakai mobilnya!"

Raka hanya mengacungkan jempol.

*****

Raka sibuk sedang memilah-milah barang yang akan dibelinya.

"Nah, ini dia!" serunya bagai menemukan harta karun.

Baru saja akan mengambil, tapi kue lapis itu sudah ada yang mengambil lebih dulu. Sontak saja membuat Raka kesal. Karena, kue itu hanya tinggal satu lagi.

"Hei.. kue lapis itu, gue duluan yang lia..t.. lho!" Ditatapnya cewek itu dan suara Raka makin mengecil.

"Mmhh.. maaf" ucap wanita itu sambil menyodorkan kue lapis yang diambilnya tadi.

"Nih ambil aja!"

Raka kikuk, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Cantik." Tanpa sadar Raka mengucapkannya sambil terus melihat wanita itu.

Wanita itu bernama Michelle, wanita yang cantik dan polos.

Michelle terenyak mendengar perkataan Raka "Apa?"

Raka tersadar dari lamunannya lalu menggeleng "eh, enggak" lantas berkata lagi, "ambil aja kuenya. Lagian barang belanjaan gue udah banyak gini!"

Michelle mengangkat sebelah alisnya, " serius nih gak apa-apa?" Raka hanya mengangguk.

"Oke, thank ya" ucap michelle sambil berlalu.

Raka tersenyum, lalu kembali mendorong troly yang dibawanya menuju kasir.

*****

Setelah berbelanja, Raka kembali masuk mobil dan mulai mengendarainya. Sebenarnya dia sangat malas pergi ke tempat yang ramai, apalagi membawa banyak belanjaan seperti ini.
Dia sangat tidak nyaman dilihat dan dipuji oleh kaum hawa, seperti tadi. Bagaimanapun juga dia hanya manusia biasa, bukan malaikat. Biasanya, pria yang sepantaran dengannya selalu tebar pesona dan ingin terlihat perfect dihadapan semua wanita, apalagi wanita yang dicintainya.
Tapi, berbeda dengan Raka. Dia tidak begitu, dia sangat cuek dihadapan banyak orang. Well, kecuali dengan wanita kue lapis tadi.

Tiba-tiba saja Raka melihat cewek kue lapis yang di mall tadi, sepertinya sedang menunggu taxi.
Raka langsung mengerem mobilnya dan berhenti tepat di depan michelle.
Raka menurunkan kaca mobil miliknya, lalu menyapa wanita itu, "hai.. cewek kue lapis" ucapnya sambil melambai-lambaikan tangannya.
Michelle hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

"Lagi apa disini?" Tanya Raka hanya sekedar basa-basi

" lagi nunggu taxi" ucapnya, Raka hanya ber ooh-ria.

"Kalau nunggu taxi lama, mending bareng gue aja. Gimana?"

Michelle menggeleng "enggak usah, makasih"

"Tenang aja kali, gue gak bakalan nyulik lo lagi." Ucap Raka

Michelle masih terdiam, belum juga menerima tawaran dari Raka.

Raka menghembuskan nafas pelan, " ini penawaran terakhir. Lo liat disana, ada preman yang lagi nunggu mangsanya, yaitu elo." Ucapnya sambil menunjuk ke arah preman yang sedang melihat ke arah Michelle

"Apa lo gak takut?"

"Takut sih.." jawabnya sangat pelan, bahkan Raka pun tidak bisa mendengarnya.

"Jadi gimana? Mau pulang bareng gue atau enggak?"

------------------------------------------------------

Hai semuanya...
Well, ini cerita pertamaku. Jadi mohon dimaaf kan ya, kalau ceritanya gak nyambung.
Emang sih ceritanya sangat pendek Mohon di maklum aja deh. Oke? :D

Jangan lupa vote dan komentarnya ;)

See u next time :*

Regrets LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang