You Got Me - 1

89 13 1
                                    


Lia aka Park Chorong, mulai menggunakan headphone dan kacamata keamanan. Salah satu tangannya menggenggam senjata api semi otomatis single action 9 mm model FN Browning dan tangan yang satunya sibuk mengisi beberapa peluru ke dalam senjata tersebut. Senjatanya sudah siap digenggaman, posisinya telah siap untuk membidik, jari telunjuknya mulai menekan pelatuk hingga peluru di dalamnya habis. Setiap pelurunya hanya mengenai dua bagian yang sama, yaitu kepala dan dada.

"Tidak pernah meleset. Selalu tepat sasaran". Seseorang di sampingnya mulai membuka suara.

Chorong mengulas senyumnya. "You too, Ver".

"Hmm.. Li, apa kau benar-benar akan mengambil tugas itu?".

Chorong mulai mengosongkan senjatanya dan melepas headphone serta kacamatanya. "Ya, tentu saja. Ku rasa itu bukanlah tugas yang sulit".

"Lagi pula, dengan begitu aku bisa kembali ke asalku dan merasakan kembali kehidupan sma yang sebelumnya sangat singkat". Tambahnya.

Vera menghela napasnya perlahan dan mengistirahatkan tubuhnya di atas sofa yang tersedia di ruangan tersebut. "You know, aku tidak ingin posisimu sebagai partnerku digantikan oleh orang yang menyebalkan seperti Dave".

"Kau hanya belum mengenalnya ver. He's kind dan sangat kompeten dalam pekerjaannya. Dave akan menjadi partner terbaikmu, jika kau sudah terbiasa dengannya".

"Baiklah.. Baiklah.. Jadi kapan keberangkatanmu?".

"Tonight at 9".

***

Sinar matahari masuk melalui sela-sela tirai jendela. Terlihat gadis remaja tersebut masih bergerumul dalam selimut tebalnya karena dinginnya udara. Bunyi alarm membuat gadis itu berguling ke sisi tempat tidur dan mematikan alarm yang ada di atas nakas. Akhirnya, dia bangun setelah mematikan ketiga alarmnya yang menunjukkan pukul 7 pagi.

Duduk di atas kasur, dengan selimut yang masih membungkus tubuhnya, mencoba untuk mengumpulkan kesadaran yang masih menginginkan istirahat dari perjalanan yang memakan waktu cukup lama semalam. "Dingin sekali. Aku lupa menyalakan penghangatnya".

Ting

Chorong meraih telepon genggamnya, terdapat sebuah pesan singkat dari salah satu rekannya.

Sender: Nakada Ryuta
Jangan lupa temui aku pagi ini di Sweet Sour Cafe jam 9.

Nakada Ryuta, memiliki darah campuran Jepang-Korea, salah satu rekan kerja yang pernah bekerja sama dengannya saat di LA. Berkedok dalam rekan kerja, Ryuta merupakan cinta pertama Chorong. Namun, Ryuta hanya menganggap Chorong sebagai adik perempuannya yang perlu dilindungi. Oleh karena itu, Chorong tidak berharap lebih untuk menjalin hubungan dengan Ryuta. Umur mereka terpaut 6 tahun.

Me:
Okay. Can order caramel macchiato and something sweet for me when you arrive? Thanks.

Nakada Ryuta:
Don't make me wait too long.

Chorong mengulas senyumnya, bukan karena pesan terakhir yang dibacanya atau pun ajakan dari Ryuta. Namun, menjadi rekan Ryuta kembali adalah keinginannya, setelah dua tahun lalu bekerja sama.

Ia bangkit dari tempat tidurnya berjalan menuju kamar mandi dan bersiap-siap karena jam sudah menunjukkan pukul 07.30.

Casual, ia hanya menggunakan baju semi sweater dan celana panjang hitam yang pas serta sepatu dengan warna senada.

Setelah bersiap-siap, ia bergegas turun menuju parkiran dan mulai mengendarai mobil sport biru yang baru saja ia beli kemarin—dengan meminta bantuan sekretaris ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah bersiap-siap, ia bergegas turun menuju parkiran dan mulai mengendarai mobil sport biru yang baru saja ia beli kemarin—dengan meminta bantuan sekretaris ayahnya.

Chorong mulai memakirkan mobilnya di depan cafe. Ia memakai kan headset bluetooth di telinga sebelah kirinya dan mulai menghubungi Ryuta sambil berjalan memasuki cafe.

Dug

Ia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang lelaki. Ia memerhatikan sebentar orang yang ditabraknya. Lumayan tinggi, He has a nice shoulder. "Maaf..". Ucapnya sambil membungkukkan setengah bagian tubuhnya lalu bergergas pergi setelah yang diseberang telepon merespon panggilannya.

"Di mana? Aku baru sampai".

"Aku duduk di lantai atas, pojok kiri dekat jendela. Cepatlah, masih banyak hal yang harus ku kerjakan".

Lelaki yang tidak sengaja bertubrukan dengannya juga langsung menghilang setelah keluar melalui pintu kaca tanpa melihat ke arahnya.

.

.

.

Ryuta melipat kedua tangannya di depan dada dan menyenderkan punggungnya pada kursi yang ia duduki saat melihat kedatangan Chorong. "Sudah kuduga. Kau akan telat".

Chorong menampilkan senyumnya tanpa merasa bersalah. "Hmm.. Maaf oppa, kamu memilih tempat yang jauh dari apartemenku". Ia langsung menduduki kursi yang berseberangan dengan Ryuta.

"Oppa?".

"Tidak masalah kan? Rasanya aneh kalau aku memanggil namamu langsung saat di Korea. Lagi pula kau kan memang lebih tua. Jadi wajar saja, kan?".

"Ya, baiklah bukan masalah untukku".

***

Lelaki muda dengan jas yang melekat pas pada tubuhnya itu duduk memerhatikan presentasi yang dipaparkan oleh ketua tim bagian perencanaan. Ia yang memimpin rapat, CEO yang baru saja dilantik beberapa minggu yang lalu, Kris Wu.

Ia merupakan anak dari pemilik Aldeist, Co. Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan property, dan real estate. Namun, Kris hanya memegang anak perusahan yang berada di Seoul, karena ia masih perlu menyelesaikan kuliahnya.

Meskipun dia adalah CEO muda, ia sudah cukup mengetahui seluk beluk dunia bisnis karena ayahnya selalu mengajaknya ke setiap acara perusahaan. Ia bukanlah seseorang yang memiliki kepribadian yang hangat saat menghadapi pekerjaannya ataupun memberi kesempatan kepada karyawan secara cuma-cuma. Ia tidak segan-segan memecat orang yang terus mengulang kesalahannya.

Kris Wu langsung berdiri dan pergi meninggalkan ruang rapat. Ia menuju ruangannya yang berada di lantai paling atas. Sesampainya di ruangan, Kris mengganti pakaian formal tersebut dengan pakaian santai yang sebelumnya ia pakai saat berangkat dari apartment. Ia telah diberitahu oleh sekretarisnya bahwa tidak akan ada jadwal lagi setelah rapat tadi.

Kris memakirkan mobilnya di lantai underground salah satu tempat perbelanjaan. Kris sedang berada di butik menunggu ibunya karena ibunya tadi meminta untuk dijemput. Saat sedang menunggu ibunya, ia memerhatikan seorang gadis yang tengah berjalan sendirian—dengan raut wajah yang terlihat kesal—sambil memakan ice cream cone. Seringai pun tercetak di wajah Kris.

Gadis itu lagi. Baru saja aku melihatnya pagi ini.



*** To Be Continue***

You Got MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang