5

49 7 0
                                    

I'd be your last love everlasting, you and me~Adele

«~»»~»~«~»~»~»~«~»~«~»~«~»~«

Hari senin adalah bencana bagi seluruh pelajar, bagaimana tidak jika hari senin harus dibuka dengan berpanas-panas ria dilapangan. Afro mendesah lesu, pikirannya memaksa tubuhnya untuk turun dari ranjang dan bergegas mandi, Ia menyemangati dirinya walaupun tubuhnya merasa enggan bagaimanapun hari senin adalah awal dari hari libur. Dengan malas Afro turun ke lantai bawah, terlihat kakaknya sedang sarapan.

"Sarapan dulu dek"

"Ga"

Orland menghela nafas, Ia bergegas menyusul Afro dan mengantarnya.

Hening, seperti biasa perjalanan mereka hening. Orland tahu jika Afro sedang tidak mood saat ini, jadi ia lebih memilih diam. Ketika mobil mereka akan memasuki gerbang, Afro buru-buru membuka suaranya.

"Jangan ikut turun"

"Lah ngapa, orang gua cuma mau liat dede emes"

Tanpa menjawab pertanyaan Orland, Afro bergegas turun sungguh Ia tak habis pikir mengapa kakaknya bisa senarsis ini.

Afro berjalan melewati lorong-lorong kelas lain kelasnya terletak di paling pojok, Afro bersyukur karena kelasnya tidak terletak di lantai atas. Seperti biasa banyak bisikan tentangnya yang Ia dengar, bukan bisikan tepatnya obrolan, karena teman-temanya itu sedang menjadi komentator. Dan Afro benci itu, Ia tak suka menjadi pusat perhatian dan bahan gosip.

"Lebih cantik Afro kali"

"Iya sel, tapi dia itu dingin, sombong, irit ngomong"

"Tapi murid baru itu lebih ramah"

"Gue milih Afro"

Afro sedikitpun tak tertarik dengan obrolan mereka, Ia mengeratkan pegangan tangannya pada tali tasnya dan berjalan santai melewati kelompok penggosip tersebut, Afro benci ketika ada orang lain yang sok mengurusi kehidupannya. Sebenarnya Ia sedikit tertarik dengan kata kata murid baru, kalo benar ada murid baru ia akan bersyukur karena Ia tidak akan menjadi bahan obrolan mereka lagi.

Ditengah jalan Ia melihat seseorang telah duduk ditengah  koridor. Afro menyimpulkan bahwa gadis itu  terjatuh, reflek ia mengulurkan tangannya. Afro merasa asing dengan wajah orang yang ditolongnya. "Oh ini murid baru itu" batinnya
Afro pun bergegas menuju kelasnya.

***

Bel istirahat telah berbunyi beberapa detik lalu, kiffa masih terlelap dalam tidurnya. Kiffa sebenarnya adalah murid yang cerdas namun ia sangat malas. Afro menghela nafasnya ketika melihat Ares berjalan menuju bangkunya, Ares membangunkan kiffa lalu dengan seenaknya duduk disebelahnya. Tak lama seorang gadis asing mendekati Afro.

"Cih ganggu, tapi kaya pernah lihat"batinnya

Ares pun berusaha mengingat siapa mengganggunya itu.

Kejadian sebelumnya
Ares berjalan dengan senyum sepuluh jari menuju kelas Afro, Ares sengaja berangkat lebih pagi untuk memberikan boneka kemarin pada Afro. Pikirannya melayang mengingat kelakuannya tadi malam, seorang Ares tidur memeluk boneka raksasa sebelum diberikan kepada Afro. Mengingat kejadian itu Ares hanya bisa tersenyum geli, Ia terus berjalan sesekali membenarkan jambul kebanggaannya ia tak menghiraukan tatapan lapar gadis-gadis remaja di sekolahnya. Ares semakin melebarkan senyumnya ketika mendengar teriakan gadis-gadis remaja yang mendadak jadi alay karena melihat senyuman seorang Ares Calidan.

"Pagi Kak Ares"

"Pacar gua tuh"

"Kak Ares Senyum, ya Allah"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Modern FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang