Satu

1.1K 37 4
                                    

Pagi itu suasana kelas 3IPA 1 sangat lah ramai, saat Bian tiba di kelas, ekspresi wajahnya berubah kesal. Dia membanting tas export berwarna hitam-cokelat miliknya ke meja, seketika kelas yang tadinya ramai menjadi hening.

" Lo kenapa, bang? " tanya salah satu sahabatnya yang tengah menatap heran kearahnya.

" Kantin! " perintah Bian pada sahabat sahabatnya.

" Dasar otoriter! " umpat pelan salah satu dari mereka, tapi tetap di dengar oleh Bian.

" Lo ngomong apa barusan, van? " tanya Bian pada sahabatnya yang bernama Irvan Adhi Saputra yang sering disapa Irvan. Kedua temannya yang lain malah cekikikan lantaran melihat Irvan yang memucat.

" Gapapa kok, yan. Sumpah deh! " sahut Irvan gugup.

" Yakin? Kayaknya tadi gue denger lo ngumpat deh ? " kata Bian tajam dan mata memincing.

" Gue gak ngomong apa apaan serius dah, " ujar Irvan sedikit ragu.

" Btw, lo kenapa si, Yan? pagi pagi udeh pasang muka perang? " tanya temannya yang lain dan bernama Christian Dave, ia biasa disapa Dave.

" Kepo bat lu! " ujar ketus Bian tanpa menengok kearah Dave.

" Udahlah daripada lo pada kepo, mending kantin aja deh, gue laper njirrr! " keluh Bian. Dan ketiga temannya hanya mengikuti apa kemauan Bian saja.

* * *

" Dasar kak Bian sialan!!! Lo emang setan biadab!!! " umpat Viola kasar.

" Oke Vio, lo sekarang harus siap lahir batin buat sekolah baru, jangan cemberut, jangan mewek dan jangan ngambek. hfttt! " katanya seraya menenangkan dirinya sendiri.

Dia berjalan memasuki gerbang sekolah barunya, yaitu salah satu sekolah ternama di Jakarta. Sekolah yang sudah ditempati kakaknya hampir 3 tahun. SMA BLUE STAR, SMA swasta yang memiliki gedung tingkat 3, lapangan luas, indoor khusus basket, perpustakaan dengan buku buku yang banyaknya bertumpuk tumpuk, lalu ruang kelas ber-AC, labolatorium bahasa dan ipa, serta komputer, dan masih banyak fasilitas lain. Sebenarnya, dia tak ingin pindah sekolah ke Indonesia lagi, terlalu banyak kenangan pahit yang tersimpan di negeri ini. Salah satu alasan yang dimiliki nya untuk pindah ke negeri ini adalah kakak nya. Yap, kakaknya ialah satu satunya keluarga yang masih dimilikinya setelah kematian kedua orangtua mereka. Oke, daripada ceritanya makin melantur kita lanjut aja deh kwkwk :D .

Sesaat setelah tiba di dalam sekolah itu dia kebingungan mencari ruang kepala sekolah untuk mencari tahu dimana kelasnya.

" Eh, maaf mau tanya. Ruang kepala sekolah dimana ya? " tanya Viola dengan lembut pada segerombolan perempuan yang tak dikenalnya.

" Ruang kepala sekolah? Lo anak baru ya? " tanya balik salah satu dari mereka dengan suara yang dibuat selembut mungkin.

" Iya gue anak baru, bisa tolong kasih tau dimana ruanganya? " tanya Viola menahan kesal, dia memang kesal lantaran dia bertanya dan mereka malah bertanya balik. Viola sendiri tak sadar bahwa kehadiran nya membuat kepala para siswa mulai perempuan dan laki-laki menengok kearahnya, tapi dia tetap cuek.

" Ruangannya itu, lo lurus aja dari sini, pas lu nemuin belokan kedua di bagian kanan. Lo lurus lagi dan nanti bakalan ada tulisan ruang kepsek. " jawab perempuan itu lagi.

" Oke makasih. " ucapnya lalu berlalu begitu saja. Tapi walau secuek apapun dia, dia memiliki pendengaran yang sangat tajam hingga dia mendengar pembicaraan salah satu dari mereka

" Lo ngebiarin mereka pergi, Jane ? " tanya temannya dengan sinis.

" Ya, gue gabakalan ngusik dia kalo dia gak ngerebut Bian dan Max dari gue. " cewek itu berujar dengan tenag, tapi Viola masih bisa melihat bahwa cewek itu menyeringai sinis kearahnya.

Next ===>

Maaf kalo ada banyak typo atau kurang menarik cerita gue, emang ngebosenin kok. Maaf ya, tapi gue suka aja kalo bikin cerita yang garing. hoho xD jangan lupa tinggalin jejak yaaaaaaa... votes dan komentarnya para pembaca :)

My brother and sister [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang