Sembilan

332 14 0
                                    

"Lo mau ke kantin gak, Vi?" Suara Kayla mendadak muncul saat Viola tengah melamun dengan khusyuk nya di tengah jam istirahat.

"Gak deh, gue lagi males. Lo sendiri aja gapapa kan?" tanyaku balik saat kondisi badanku yang tiba tiba terasa drop sangat mengganggu.

"Oh iya kay, gue agak pusing dikit. Tolong ijinin gue sampe jam terakhir ya." Kata Viola memohon.

"Yah, entar lo gak nemenin gue shopping dong?" suaranya terdengar kecewa.

Dengan senyum separuh kujawab, "Nanti tetep ke mall kok, soalnya gue ada yang mau dibeli. Tapi sekarang gue pusing. Jadi tolong ijinin gue. Okey?" jelas Viola.

"Ohhh, oke oke." balasnya sebelum meninggalkanku di kelas.

Dengan langkah gontai dan kepala yang terasa sangat berat. Viola berjalan pelan menuju uks di lorong melewati lapangan basket.

Tiba-tiba sebuah bola basket membentur kepalanya, memmbuatnya nyaris saja jatuh jika ia tidak menyeimbangkan tubuhnya. Tapi amarah dan kekesalannya memuncak saat memngingat peristiwa semalam.

"SIAPA SIH YANG NGELEMPAR KEPALA GUE PAKE BOLA BASKET!!!" Seru Viola marah.

Max muncul di kerumunan orang-orang yang mengelilingi Viola. Maxon Highmore tepatnya, salah satu cowok yang merupakan idola sekolah. Teman seperjuangan Bian, orang yang entah mengapa tak begitu disukai olehnya.

"Sorry, gue gak sengaja," balasnya meminta maaf.

"Mau lo minta maaf ampe berapa kali pun gak akan bisa ngilangin pusing di kepala gue, bego!" Cetusnya tajam.

"Kalo emang gak bisa main, yaudah gausah main. Percuma lo main kalo cuma buat caper ke cewek-cewek, dan ujung-ujungnya bikin celaka orang!" ketus Viola padanya. Tak perduli orang orang memandangi Viola dengan tatapan gitu-doang-aja-pake-teriak-gak-jelas!, atau ihh-dasar-cewek-caper-pengen-banget-diperhatiin-max.

"Yaudah sih maaf, orang gak sengaja juga," wajahnya terlihat kesal.

Oh yeah, tentu saja, sinis Viola dalam hati.

"Mau lo minta maaf pun, gak akan ngaruh buat gue!" lalu Viola membalikkan badan dan pergi ke uks.

*********

'Itu cewek kenapa malah marah-marah coba, dimana-mana mah cewek bakal seneng kalo gue minta maaf, atau kalo gak sengaja gue tabrak dan sejenisnya. Lah ini?' dumel Max dalam hati dengan heran.

Ada yang salah sama itu cewek kayaknya, duga Max yakin.

Dengan kening berkerut heran, Max fokus dengan lamunannya sampai tak sadar jika Bian telah duduk di sebelahnya.

"Woy!" seru Bian dengan menepuk kencang pundak Max.

Dengan ekspresi kaget Max menoleh kearah Bian yang tengah cengar-cengir padanya.

"Gak usah ngagetin lah, Yan." Kata Max gondok.

"Lah lu sendiri ngapain bengong mulu?" tanya Bian dengan alis terangkat.

"Bacot," cecar Max.

"Di tanya malah begitu, yaudah lah. Tanding basket yok balik sekolah?" ajak Bian.

Dengan malas Max menolehkan wajahnya pada Bian, "Berani berapa lo?" sinis Max.

"Kunci motor gue selama 1 bulan penuh." ujarnya santai.

Alis Max melesat naik penuh minat, dari dulu dia memang menginginkan motor Max yang satu itu. Dia bisa saja membelinya, tetapi dia merasa ada yang berbeda.

"Oke, kalo gue yang kalah?"

"Lo tembak Verlina. Gimana?" tantang Bian.

"Deal."

®®®®®®®®®®®

Sori pendek, lagi bosen nulis gue. Gaada inspirasi sama sekali, mana bentar lagi ujian semester. Semoga pembacanya gak pada kabur

Love,
Sarah~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My brother and sister [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang