Bab 1

165K 9.4K 918
                                    

Jangan mau mendengar kata cinta kalau tubuhmu hanya untuk didaki bukan dinikahi..

Ora hampir menyemprotkan minumannya dari mulut. Dia melotot tajam menatap undangan pertemuan berupa pesan dari seseorang yang membuat kehidupannya tidak karuan. Segala sumpah serapah langsung terlontar dari hatinya. Dia sudah berjanji tidak akan pernah mau bertemu orang ini lagi. Tapi dengan kurang ajarnya dia meminta Ora untuk datang ke tempatnya.

Ada apa sebenarnya? Tanya hatinya.

Setelah lama tidak ada komunikasi diantara keduanya, mengapa tiba-tiba saja mengundang Ora untuk bertemu. Memangnya siapa dia? Tidak semudah itu bertemu dengannya. Ora ini adalah perempuan sibuk. Maksudnya sibuk mencari suami ke sana ke sini.

"Berasa paling WOW!!" semburnya kesal.

Paha ayam yang begitu sexy menggoda ditambah minuman soda sudah tidak menarik perhatian Ora lagi. Emosinya seakan ingin meledak. Dan dia butuh pelepasan emosi.

Setelah memasukkan beberapa perlengkapan yang dia bawa ke dalam ransel, Ora mengambil langkah seribu. Menyelusuri trotoar menuju tempat favoritnya.

Di sepanjang perjalanannya ke sana, berkali-kali Ora mengeyahkan pikirannya. Dia tidak butuh di kasihani. Karena memang bukan itu yang Ora butuhkan.

Dia butuh suami!! Tolong bantu catat dan beritahu Tuhan.

Untuk usia Ora yang terbilang sudah sangat dewasa, kehidupan percintaannya tidak pernah bertambah dewasa. Dia selalu gagal membina suatu hubungan dengan laki-laki. Dan terakhir kemarin yang begitu menyakitkan.

Ora ditinggal menikah dengan pasangannya. Sial kan? Tentu saja sial buat pasangannya. Karena dia harus menikahi perempuan yang sudah mengaku hamil dengannya.

Bagi Ora sih biasa-biasa saja. Walau hatinya cukup sakit. Karena Ora yakin hidup akan terus berjalan maju. Kalau mundur terus kapan kita bisa menuju Paris? Kan Paris letaknya bukan di bawah Indonesia.

Kalau di bawah Indonesia namanya Australia.

Saat Ora sampai di tempat yang bisa membuatnya nyaman, tas ransel hitam kumal miliknya langsung dia lempar begitu saja. Kedua kakinya yang memakai sepatu convers butut langsung dia lepaskan. Dan memilih berlari-lari kecil mengejar deburan ombak yang terlihat begitu bahagia.

Ya. Ora sangat suka ombak. Dia bisa berlama-lama di tepi pantai sambil menyelesaikan pekerjaannya. Dia butuh alam untuk membuatnya nyaman dalam berpikir, dan pantai menjadi tujuannya.

Selain letaknya tidak begitu jauh dari rumah yang Ora tempati, pantai juga bisa membuatnya semangat.

Semangat menonton body-body perempuan yang begitu sempurna.

Eits, jangan pikir Ora menyimpang. Tidak. Dia tidak seperti itu. Ora sehat lahir batin. Walau dia tidak memiliki pasangan hidup bukan berarti dia berubah arah menyukai perempuan. Hanya saja dia suka sekali mengagumi tubuh perempuan yang sexy dan terpahat sempurna. Coba bandingkan dengan tubuhnya.

JAUUUUHHH !!!

Ora bukan tipe perempuan seperti yang di novel-novel. Cantik, imut, sexy dan memikat saat pertama kali dilihat. Tidak. Dia ini tipikal perempuan yang didekati karena bisa membuat nyaman. Jadi hilangkan bentuk fisik sempurna untuk Ora.

Dan Ora juga bukan tipe perempuan yang repot-repot merubah bentuk fisik agar dicintai. Baginya lebih baik uang tersebut digunakan untuk hal berguna lainnya. Karena dia tahu, cinta tidak mengenal fisik, harta dan status. Kalau Tuhan sudah berkata kun fayakun, tidak akan ada yang bisa mengelak hadirnya cinta tersebut.

Duren Sawit (REVISI) #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang