Jika aku memiliki mesin waktu maka yang akan aku lakukan, aku akan kembali ke masa lalu sebelum tragedi menyakitkan itu terjadi, mungkin dengan begitu aku bisa memperbaikinya.
Elis berdiri menatap kosong lorong dihadapannya, lorong yang menjadi saksi bisu tragedi kelam itu terjadi. lorong yang menjadi tempat perpisahan seorang anak kecil dengan ayahnya. Sekaligus lorong yang menjadi saksi kebahagiaan terenggut secara paksa.
"Ayah..." guma Elis lirih, terlihat dari manik mata memancarkan percikaan amarah dan luka teramat dalam yang tergambar jelas di kedua matanya, tidak ada linangan air mata, yang ada hanya amarah dan dendam karena airmata Elis telah terkuras habis 15 tahun yang lalu.
Kilasan-kilasan memori kelam berputar di ingatnya, Elis memejamkan mata berusaha merendam gejolak amarah yang mulai bergemuruh di dadanya, samakin lama Elis memejamkan mata kilasan-kilasan memori itu semakin terlihat jelas.
Elis membuka mata, semakin jelas terlihat sorot kesedihan dimatanya, Elis kembali termenung menatap lorong itu
Lama termenung Tiba-tiba terdengar suara gaduh,
"LARI....LARI....anjing.... lari....ada anjing!"mendengar suara teriakan Elis balik badan untuk melihat penyebab kegaduhan terjadi, belum sempat Elis berbalik, tiba-tiba pergelangan Elis ditarik paksa. Elis yang tidak tau apa-apa Reflek ikut berlari mengikuti seseorang yang menarik tangannya.
Sesaat Elis merasa aneh kenapa dia harus ikut berlari,
Elis menoleh kebelakang untuk memastikan apakah ada anjing yang mengejarnya.
Elis menoleh ke belakang tapi nihil tidak ada seekor anjing pun yang mengejarnya
Elis kembali menghadap kedepan, Elis bertanya-tanya siapa pria yang menariknya, tapi Elis tidak bisa melihat wajah pria itu, yang dia lihat hanyalah punggung pria yang menariknya.
Elis berhenti berlari, pria yang menarik pergelangan Elis merasa beban berat karena orang yang dia tarik berhenti berlari, pria itu berbalik. Mata mereka bertemu, Elis terkejut melihat pria di hadapannya "Kau" guma Elis pelan, ekspresi terkejut kini berganti dengan tatapan dingin
Pria itu cengengesan, "hehehe... ketahuan ya" sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
Elis menatap bosan, dia berjalan melewati pria itu
Jozi mengikuti Elis, berjalan beriringan. "Iya maaf-maaf, karena pura-pura di kejar anjing, soalnya aku melihat sosok gadis cantik yang sedang melamun, jadi aku isengi saja. Lagian aku takut wanita itu kesurupan, hihhhh serem" Jozi bergidik ngeri
"kamu tau mitosnya kalau wanita di tempat sepi melamun bisa-bisa kesurupan ih... berabe kalau kamu kesurupa, ups..." Elis memandang Jozi dengan wajah dingin, namun ada sedikit sorot terkejut di manik mata nya. Jozi menutup mulutnya dengan tangan kanannya karena keceplosan
"Hehe bercanda kok" jelas Jozi sambil memamerkan giginya yang rapi, "Elis hari ini mata kuliahnya cukup melelahkan ya...?"
Elis sedikit melirik Jozi yang berjalan di sampingnya, Elis tidak menanggapi ucapan Jozi, Elis terus berjalan tanpa sedikitpun minat untuk menjawab pertanyaan Jozi. Sedangkan Jozi sendiri terus mengutarakan pendapatnya tentang perkuliahan hari ini,
"Gimana lis menurut mu?" saat Jozi melayangkan pertanyan ke arah Elis, Elis sepeti engan untuk menangapi per tanya nya, Jozi mencebik jengkel.
Karena terus tidak mendapat respon, Jozi memikirkan cara untuk mendapatkan perhatian Elis, tanpa aba-aba Jozi melompat "hap.." menghadang Jalan Elis. Kini sorot mata Jozi melayangkan tatapan serius
Elis berhenti dia mengeryit bingung, dengan tingkah Jozi
Jozi terdiam sambil menatap lekat wajah Elis, Jozi meneliti setiap inci wajah Elis, Jozi terpaku ketika menatap manik mata Elis.
Elis segera mengalihkan tatapanya ke arah lain. Elis selalu tidak menyukai jika ada orang lain menatap matanya
"Ah", Jozi berseru lantang
Dengan cepat Elis kembali mengalihkan tatapanya ke wajah Jozi.
Elis memandang Jozi dengan tatapan tidak bersahabatJozi tersenyum menanggapi reaksi Elis, buru-buru dia meraih tangan Elis, Elis menghidar ketika tangan nya akan di sentuh oleh Jozi .
Jozi memincingkan mata memperingati. Elis tetap tidak gentar bahkan Elis melayangkan tatapan memperingati seolah-olah berkata 'jangan sentuh aku'
Jozi malah terkekeh dengan tenang nya Jozi berjalan di balik punggung Elis, Jozi memegang Bahu Elis dan sedikit mendorongnya punggung Elis agar Elis mau melangkah, "Ayok ikut..."
Elis mencoba melawan dengan menggerak-gerak kan bahunya agar Jozi melepaskan tanganya di kedua bahu Elis.
Meskipun Jozi mengerti, tapi dia engan untuk menurunkan tangan ya di bahu Elis, malahan Jozi semakin gencar menuntun Elis agar Elis mau berjalan
"Alah... tenang Elis aku tidak akan macam-macam kamu ingat kita ini teman. Aku hanya ingin mengajak kamu ke suatu tempat, aku janji"
Elis tetap saja berontak, "Lepas!" Ujar Elis dingin
Jozi yang masih kekeh dengan pendiriannya, memperingati Elis, "Elis kamu sudah janji, kalau kita ini berteman. Dan kamu tidak boleh menolak permintaan teman, aku sangat terluka jika kamu menolaknya" ujar Jozi tegas di balik punggung Elis.
mendengar penjelasan Jozi Elis berhenti berontak dia berjalan pelan dengan arahan Jozi,
Elis berjalan seperti Boneka yang hanya mengikuti arahan dari Jozi. Elis berjalan sambil menatap kosong di depan, Elis tenggelam dengan pemikirannya sendiri, di kepalanya selalu berputar kata 'teman...teman...',
layaknya kaset rusak.Timbul pertanyaan di benaknya, kenapa Jozi mau berteman dengan dirinya?, apakah Jozi tulus ingin berteman dengan ya atau Jozi hanya merasa kasihan dengan nya?
Elis bergelut dengan pemikiran sendiri, sedangkan Jozi masih setia menuntun Elis
Mereka terus berjalan hingga sampai di penghujung lorong,
"nah ayu naik"
Elis tersentak dari pemikirannya dia baru sadar jika di dehadapanya, telah berdiri Jozi dengan sepeda motor yang dia tunggangi, Elis mengerjakan matanya tak percaya."Cek ileh ayok naik, malah bengong" Jozi yang tidak sabar menarik Elis untuk menaiki sepedamotor nya
Dengan ragu-ragu Elis menaiki sepedamotor Jozi. Ketika sudah naik Jozi sedikit menoleh dan bertanya pada Elis "sudah siap neng?", canda Jozi menirukan logat abang-abang ojek
Elis tidak menjawab, "oke kalau sudah siap kita berangkat" Jozi melaju sepeda dengan kecepatan sedang, di sepanjang jalan Jozi bercerita tentang masa kecilnya, sedari tadi Elis yang terduduk di belakang sibuk menjaga jarak agar dirinya tidak menyentuh Jozi, Elis berpegangan ke palang besi di pinggiran jok yang dia duduki
"Sudah sampai" Jozi memberhentikan motornya, Elis membelak kaget dengan yang dia lihat saat ini.
Elis menoleh ke arah Jozi menatap tak percaya, dengang suara tercekat Elis bertanya "ini...?" ,
hanya anggukan yang di berikan Jozi sebagai jawabannya

KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari di musim dingin
Romanceseorang gadis lugu, yang harus mengalami siksaan batin dan fisik, sering mengalami bully an dari teman dan orang-orang yang, mengubah dirinya menjadi seorang gadis yang tertutup dan dingin.