Prolog

1.8K 153 2
                                    


Tidak ada sorak-sorai yang terdengar ketika tubuh Titan terakhir terhempas ke tanah. Perang sudah berakhir, tapi euforia tersamar oleh kelu yang kini menyelimuti mereka. Perang ini dimenangkan dengan harga keji. Eren tidak tahu berapa nyawa yang hilang dan berapa di antara mereka memiliki keluarga yang menanti kepulangan mereka.

Di detik kemenangan mereka, Eren terdiam. Badannya seperti terpaku ke tanah dan matanya mencari sosok-sosok familier. Mikasa. Armin. Jean. Levi yang menjatuhkan Titan terakhir. Embusan napas lega keluar dari mulutnya ketika ia menemukan mereka masih berdiri. Ia merasa sedikit curang. Di antara lautan darah dan tubuh bergelimpang, semua anggota keluarganya bisa diabsen hadir. Lelah dan terluka, tapi jauh lebih baik daripada Kurt, prajurit yang baru saja bergabung dengan Pasukan Pengintai tiga bulan lalu, dan kini terbaring tidak bernyawa beberapa langkah dari Eren.

Mata Eren terpaut dengan Levi yang sedang berdiri di samping tubuh Titan. Asap dari mayat Titan itu menghalangi pandangan Eren, tapi ia bisa melihat ekspresi netral Levi dan segurat warna merah yang menodai pipinya. Baginya dan banyak prajurit muda lain, Levi adalah konstan. Titik tenang yang menjadi jangkar mereka di tengah kekacauan pertarungan. Mereka melangkah ke pertarungan hidup dan mati ini mengikuti Levi. Dan tanpa Erwin di sana, kini semua mata tertuju ke tempat Levi. Menunggu. Seakan belum ada yang berani mengatakan mereka telah menang tanpa ada konfirmasi yang keluar dari mulut Levi.

Suara napas teman-temannya dan gesekan daun pohon rindang mengisi kesunyian penuh antisipasi ini. Eren terlonjak ketika Levi membuat gerakan tiba-tiba, pedangnya disarungkan kembali dengan suara menggema. Leher Eren terasa ketat. Levi menyarungkan pedang, memberi sinyal implisit bahwa ia merasa sudah tidak ada lagi ancaman di dekat mereka.

Levi memutar badan untuk melihat ke sekeliling hutan. Eren tidak bisa membaca pikiran Levi lebih dari ekspresi datar yang ia pasang untuk publik. Apa yang ada di benaknya ketika melihat teman-teman mereka terkapar dengan darah berceceran di tanah?

Levi menghentikan observasinya ketika pandangannya sampai ke Eren. Kontak mata mereka singkat. Tiga detik dan Levi mengerutkan dahi. Pasti karena ia sudah melihat mata Eren yang basah. Levi mengalihkan pandangan, kemudian berbicara dengan suara lantang kepada semua prajurit yang masih berdiri, "Bantu mereka yang terluka. Aku butuh beberapa orang untuk mendata siapa saja yang masih hidup dan siapa yang tidak akan kembali bersama kita. Aku akan melapor ke Erwin."

Perang sudah berakhir.

Eren menundukkan kepala dan menggigit bibirnya. Setetes air mata mengalir turun ke pipi Eren.


Bersambung ....

ZEIT || Levi x Eren || Shingeki no KyojinWhere stories live. Discover now