01. Scatter

3.5K 222 11
                                    

~ Mari kita hidup saling menyakiti, agar kita impas.~

-----------

Renata menatap suaminya dengan tatapan putus asa. Air matanya terus menitik. Sementara Hasan hanya mampu duduk membisu di pinggir tempat tidur tanpa berani menatap kembali ke arah istrinya.

Hampir 10 menit mereka berdiam diri setelah sempat bertengkar dengan hebat.

"Kenapa kau lakukan ini padaku?" tanya Renata kemudian. Suaranya lirih, tak bernyawa.

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Mas?" Ia meratap.

"Aku khilaf." Hasan membuka suara. Kalimatnya terdengar parau.

Renata tersenyum sinis. "Khilaf? Kau berselingkuh dariku, meniduri wanita lain, dan sekarang wanita itu mengandung anakmu, lalu kau bilang kau khilaf? Semudah itukah?" Ia terkekeh, jijik.

Hasan mengarahkan pandangan ke arah istrinya. Kedua mata lelaki itu tampak berkaca-kaca.

"Aku bersalah, Ren. Hukumlah aku sekehendak hatimu, tapi percayalah, hanya kau satu-satunya perempuan yang aku cintai." Ia berucap dengan putus asa.

Bibir Renata berdecih.

"Mencintaiku? Lalu kenapa kau tega mengkhianatiku?" Tatapannya tajam, menembus langsung ke mata Hasan.

"Aku tidak ingin mengkhianatimu. Aku hanya ... Aku hanya menginginkan seorang anak." Kalimat lelaki itu terdengar ragu-ragu.

"Lalu?"

"Lalu ... ?" Hasan menelan ludah. Sungguh ia tak tahu harus bagaimana berkata-kata di hadapan istrinya.

Selama ini ia dikenal sebagai pebisnis ulung yang mampu memenangkan setiap tender dengan kecerdasan serta kemampuannya merangkai setiap kata, tanpa cela. Tapi kali ini, kemampuan itu seakan sirna entah ke mana.

"Apa kau ingin bilang padaku bahwa kau menidurinya hanya untuk mendapatkan anak darinya?" Renata kembali menghujaninya dengan pertanyaan. Pria di depannya tak menjawab, tapi perlahan kepalanya mengangguk.

Renata menumpukan kedua sikunya di lutut lalu menutup mukanya dengan telapak tangan.

"Aku tidak mencintainya, sungguh. Percayalah padaku, Ren," ucap Hasan lagi, benar-benar terlihat putus asa.

Renata mendongak. Perempuan cantik bermata bening itu menatap lelaki di hadapannya dengan marah.

"Mas, aku tahu bahwa aku bukan perempuan sempurna yang bisa memberimu keturunan. Tapi bukan berarti kau boleh mengkhianatiku dengan meniduri wanita lain hingga hamil!" Ia kembali berteriak.

Hasan beranjak, bersimpuh di hadapan istrinya dan memegang tangan Renata dengan erat.

"Aku tahu, Ren. Aku memang bersalah padamu. Setelah bayi itu lahir, aku takkan berhubungan lagi dengannya. Dan anak itu, tentu saja aku akan merawatnya dengan baik."

"Jadi kau tak berniat menikahi wanita itu?" Renata menatap suaminya dengan tak mengerti. Lelaki itu menggeleng.

"Bedebah kau!" Perempuan itu menepis tangan suaminya dengan kasar.

Ia bangkit, beranjak meraih tas koper lalu mulai mengemasi beberapa bajunya. Ia masukkan baju-baju itu begitu saja ke dalam koper tanpa menghiraukan pandangan suaminya.

"Apa yang kau lakukan?" Hasan bertanya bingung.

"Aku tak bisa berada di sini lagi. Aku akan ke rumah ibu. Aku perlu waktu untuk menenangkan diri," jawabnya tanpa melihat ke arah suaminya.

"Tidak, Ren. Jangan pergi." Hasan memohon. "Hukumlah aku sekehendak hatimu, tapi kumohon, jangan tinggalkan aku!" Lelaki itu berusaha menghalau tangan Renata yang sibuk melemparkan baju-bajunya ke koper.

Tada Aishiteru [Terbit Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang