02. Someone From The Past

2.8K 218 9
                                    

Mas Aldi baru saja pulang bersama dengan Mbak Yuli ketika Hasan datang ke ruangan tempat Renata dirawat. Lelaki tampan berpostur tinggi itu segera menghambur ke arah istrinya dengan raut muka cemas.

"Kau baik-baik saja, Sayang? Katakan padaku di mana yang sakit? Kau sudah membaik 'kan sekarang?" Hasan menggenggam jemari Renata dengan lembut.

Perempuan itu merasa bahagia melihat kedatangan Hasan yang mengkhawatirkannya. Bagaimanapun juga sosok lelaki yang tengah ada di hadapannya sekarang ini adalah lelaki terbaik yang pernah ia kenal selama ini.

Tapi, begitu mengingat pengkhianatannya dengan Anggi, darah Renata serasa mendidih!

Tidak, ia belum pernah bisa menerima kenyataan pahit itu.

"Bagaimana kau bisa tahu aku di sini?" tanya Renata dengan sedikit ketus. Tapi ia tak menarik tangannya dari genggaman Hasan.

"Mas Aldi yang memberitahuku dan aku langsung kesini." Hasan mengecup punggung tangan Renata dengan lembut, seperti yang selalu ia lakukan selama ini ketika mereka hanya berduaan saja.

Renata terdiam. Dan sudah bisa dipastikan bahwa orang yang menolongnya kemarin bukanlah Hasan.

"Istirahatlah di rumah. Pulanglah bersamaku, Sayang," ucap Hasan dengan tatapan lembut, seperti layaknya Hasan yang selama ini Renata kenal.

"Mas, tolong beri aku waktu. Aku ingin istirahat dan menenangkan diri." Renata berujar lirih.

Hasan menatap istrinya dengan putus asa.
"Baiklah. Istirahatlah dulu, aku akan menemanimu." Hasan kembali mencium tangan Renata lalu memijit-mijit kakinya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Tak ada pembicaraan yang berarti di antara mereka karena Renata enggan membuka suara. Hingga akhirnya perempuan itu tertidur, entah untuk berapa lama. Dan ketika ia membuka mata, ia takjub karena menyaksikan Hasan masih duduk menungguinya dengan sabar dan penuh perhatian.

"Kau sudah bangun, Sayang? Perlu sesuatu?" tanya lelaki itu dengan senyuman seraya membelai pipi Renata dengan lembut. Perempuan itu tak segera menjawab. Hatinya merutuk.

Kenapa lelaki ini masih begitu baik padanya setelah apa yang dilakukannya dengan Anggi?
Akankah Renata bisa lepas dari bayang-bayang Hasan jika lelaki itu senantiasa penuh perhatian dan cinta seperti ini?

"Istirahatlah lagi agar kau segera baikan. Aku akan menjagamu," tambah Hasan lagi. Renata menatap lelaki itu dengan dalam.

"Mas-" panggilnya lirih. "Ayo kita bercerai saja." Kalimat itu meluncur dengan ratapan.

Hasan terlihat terkejut. "Bicara apa kau ini?" Bibirnya bergetar.

"Kita bercerai, itu solusi yang terbaik," jawab Renata lagi. Hasan menatap perempuan di depannya dengan dalam. Tak ada sepatah kata keluar dari bibirnya.

Ia menunduk lalu kembali membelai lembut jemari-jemari Renata, kemudian memijit-mijit kakinya dengan perlahan tanpa mengatakan apapun. Dan tanpa ia sadari, air matanya menitik. Betapa ia merasa sebagai lelaki terkutuk yang telah menyakiti hati istrinya, mengkhianati cintanya.

Renata terhenyak menyaksikan suaminya menangis. Tenggorokannya tercekat. Dan tanpa dapat ia bendung, air matanya pun menitik membasahi pipinya yang pucat.

Keduanya menangis, lama, tanpa mampu mengatakan apapun.

Hasan menangisi ketidak setiaannya pada sang istri.
Sementara Renata menangisi dirinya sendiri. Ia memang tak sempurna, tak bisa memberi keturunan, tapi tak bisakah ia menjadi perempuan satu-satunya?

***

Keesokan harinya, Renata sudah diperbolehkan pulang meskipun sebenarnya dokter sedikit keberatan. Ia pulang dijemput Mas Aldi tanpa memberitahu Hasan.

Tada Aishiteru [Terbit Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang