04. Lost

2.4K 194 2
                                    

Renata menatap Shinji dengan ekspresi bersalah. "Iya, dia suamiku. Maaf telah merepotkanmu. Tapi, biar aku menyelesaikan ini. Kau pulanglah," ucapnya kemudian.

"Siapa dia?" Hasan bertanya dengan suara ketus.

Renata tak segera menjawab.
"Dia teman es-em-a-ku. Ah, sudahlah, Mas. Selesaikan saja masalahmu dengan perempuan itu. Kita akan bahas ini lain kali. Dan, Shinji, maaf melibatkanmu dalam kesalah pahaman ini. Kau bisa pulang sekarang. Kita akan mengobrol lagi lain kali," Renata beranjak.

Tapi Hasan menghadang langkahnya.
"Apa maksudmu kau akan bertemu lagi dengan lelaki itu?" Ia menunjuk ke arah Shinji. "Kau sedang tak bermain curang di belakangku, kan?"

"Jaga bicaramu, Bung! Itu sama saja kau sedang menuduh istrimu melakukan sesuatu yang terlarang. Kami hanya bertemu sebagai teman." Shinji ikut nimbrung dengan suara kesal.

Hasan menatapnya tajam. Kedua lelaki itu saling menatap dengan tak bersahabat.

"Mas, sudahlah. Jangan bicara dulu denganku. Urusi saja Anggi." Renata berujar gusar seraya kembali melangkahkan kakinya.

Namun lagi-lagi Hasan menarik tangannya dengan kasar.

"Apa kau meninggalkanku demi untuk bertemu dengan lelaki lain? Huh?"

"MAS!" Renata kembali berteriak marah. Ia meronta ketika Hasan terus mencengkeram tangannya hingga keduanya kembali terlibat keributan kecil.

Shinji beranjak, menepis tangan Hasan, lalu mendorong tubuhnya dengan kasar menjauhi Renata.

"Aku tak tahu ada masalah apa di antara kalian. Tapi kau menyakiti tangannya!" teriaknya lantang.

Hasan menatap tajam. Ia bergerak, lalu ganti mendorong tubuh Shinji dengan kasar.
"Menyingkir kau bedebah! Ini bukan urusanmu!" teriaknya.

Keduanya nyaris saja terlibat baku hantam jika saja mereka tak mendengar suara ribut-ribut dari dalam rumah makan.

Orang-orang tampak berkerumun di meja yang tadi di tempati oleh Hasan dan Anggi.

Hasan berlari kembali ke dalam rumah makan diikuti oleh Shinji dan juga Renata karena bagaimanapun juga ia penasaran dengan apa yang terjadi.

Dan sekian detik kemudian, mereka melihat Anggi sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Hasan pada orang-orang di sekitar mereka.

"Dia tiba-tiba pingsan," jawab seorang waitress.

"Bawa dia ke Rumah Sakit, cepat!" Tanpa sadar Renata berteriak.

Jujur, ia merasa khawatir melihat Anggi jatuh pingsan dengan muka pucat pasi. Hasan menatap ke arah Renata dengan bingung.

"Bawa dia ke rumah sakit, Mas! Cepat!" teriak Renata lagi. Dan barulah Hasan berlutut lalu meraih tubuh Anggi dan membopongnya ke mobil yang terparkir di halaman Rumah Makan.

"Kau tak ikut bersamaku?" tanya Hasan lagi pada Renata yang berdiri dengan muka pucat. Perempuan itu menggeleng.

"Selamatkan dia dan ... bayinya," jawabnya parau.

Dan dengan berat hati, Hasan memasukkan tubuh Anggi ke mobilnya lalu segera menjalankan mobil tersebut dengan kecepatan tinggi. Entah ke Rumah Sakit mana ia membawanya, Renata tak tahu dan tak ingin tahu.

Dadanya keburu sesak. Ia terluka menyaksikan Hasan membopong dan berusaha menyelamatkan Anggi. Hatinya sakit luar biasa.

"Ren?" panggil Shinji lirih. Ternyata sejak tadi, lelaki itu setia berdiri di sampingnya.

Tada Aishiteru [Terbit Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang