Disclaimer:Naruto©Masashi Kishimoto
***
'My Ice Princee'
'Chapter 7'
***
====
Tok!
Tok!
"Kak? Boleh aku masuk?" tanya Naruto dari luar pintu kamar inap Sasuke.
Itachi dan Sasuke yang tengah tertawa langsung menghentikan tawa mereka, lalu keduanya menoleh secara bersamaan ke arah pintu masuk.
"Masuk saja, Naruto," balas Itachi ramah.
"Kau sudah sadar?" tanya Naruto berbasa-basi, tentunya ia bertanya pada Sasuke.
"Ah, em... iya," jawab Sasuke malu-malu.
Naruto bergumam dalam bahasa Prancis yang tidak dimengerti oleh keduanya.
"Hm, kalau begitu aku tinggalkan kalian berdua di sini tidak apa-apa, kan? Aku ada urusan di kampus." Itachi bersuara.
"Urusan apa, Kak?" tanya Sasuke sambil menatap kakaknya curiga.
"Adalah. Anak kecil dilarang tahu," balas Itachi seraya iseng mencubit hidung adiknya gemas.
"Ish, Kakak! Sakit tahu!" Sasuke cemberut.
"Lah, manja Adik Kakak ini." Itachi terkekeh sambil mengacak rambut adiknya penuh sayang. "Nah, Naruto bisa titip Adikku yang bandel ini?" ucapnya pada Naruto.
Pemuda berambut pirang itu mengangguk mengiyakan.
"Baiklah... Kakak tinggal ya, Sas? Baik-baik di sini, jangan nakal!" pesan Itachi dengan senyum iseng.
"Ish, apaan!" Sasuke mendumel.
"Hahaha. Ya, sudah. Titip dia ya, Naru?" ucapnya sambil menepuk pundak Naruto. "Jaga baik-baik, ya? Nanti aku beli novel terbarumu," lanjut pemuda itu dengan senyum persahabatan.
"Ish, apaan Kakak ini! Novelnya baru liris bulan lalu tahu! Ketinggalan Kakak itu!" dumel Sasuke.
Itachi tertawa kecil, kemudian tubuhnya menghilang dari balik pintu.
Kini tinggalah Sasuke dan Naruto di ruangan itu. Berduaan dalam keadaan canggung.
"Sudah makan?" tanya Naruto kaku.
Sasuke mengangguk, lalu menggeleng.
"?"
"Sudah, tapi masih lapar," jawab Sasuke dengan pipi memerah malu.
Naruto kembali bergumam dalam bahasa Prancis. Kemudian ia mengeluarkan bubur ayam yang berada di dalam kantung kresek yang tadi ia bawa.
"Mau?" tawarnya.
Untuk sejenak Sasuke terpaku, tapi kemudian mengangguk semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
'My Ice Prince' (DONE)√
FanfictionMengejarmu bagaikan mengejar balon yang terbang ke angkasa. Mempertahankanmu bagaikan mempertahankan rasa sakit saat kaki berjalan di atas duri. Memiliki dua hati, tidak bisa aku lepaskan dan memilih satu. Aku mengejarmu, Pangeran esku. Aku memp...