Pandanganku menyebrang kearah Embun. hanya dia, hanya dia seorang disitu dengan para kurcaci kecil dan beberapa kurcaci besar teman baiknya. Benak Nata
"Mila" panggil Embun halus, yang dipanggil menenggok dengan cepat sambil membawa beberapa kotak berwarna lagi ditangan. Kurasa dia salah satu kurcaci besar teman baik Embun.
Secepatnya para donatur itu memberikan bantuan sementara Nata masih mengaga di tempat dia pertama parkir. Melupakan waktu dan pekerjaan yang harusnya dia kejar dengan motor atau mobil. Bukan dengan sepeda ontel yang biasa dia pakai.
Pikiran tercuri, detak jantung tidak bisa ia kontrol. Ia berusaha memunggut kesadarannya yang tercecer dan mulai menghilang di air hujan yang meninggi.
"Wow, aku terpesona" ucap Nata
Dimana pak budi yang biasa dipanggil sayang jojon sama anggota teletubies ini sedang mencetak soal kuis. Rio, biyan dan aben bertemu satu sama lain di koridor kampus. Nata masih menghentikan waktunya yang berfokus pada satu titik.
Seseorang menyadari kehadirannya di seberang jalan. Salah satu anak perempuan yang bersama Embun dia tahu betul lelaki diseberang jalan yang masih duduk disepeda dengan mulut mengaga.
"SENSEEII..." panggil anak itu, Nata masih tidak bergerak dari posisi semula. Tentu saja Embun yang sedang berbicara dengan anak itu juga ikut menengok.
"SENSEI NATA.." panggilnya lagi
Terkejut Nata ketika pandangan mereka bertemu. Wajahnya semerah tomat, tengkuknya sakit menahan sepeda, dan jantungnya terasa berhenti untuk beberapa detik dan berdetak hebat kemudian memulai pembicaraan mata mereka yang lebih banyak memuji embun.
"Njirr, gue ketahuan.."
Kesadaran Nata sontak kembali utuh.
"SENSEI NATA.."Nata sadar pula ada suara ghaib yang memanggilnya. Ia tengok kanan, tengok kiri mencari sumber suara yang ia tahu tidak ada barang siapapun di sepanjang jalan itu. Ia sebenarnya juga ingin mengalih perhatiannya karna ia tidak sanggup untuk menahan pandangan bak sinar laser itu lebih dari 5 detik. Tapi dia jadi ketahuan begonya karna itu.
"Siapa itu dek..?" tanya embun dengan bahasa yang sangat halus.
"Itu kak Nata, Kakak Embun"
"Kok dipanggil Sensei..?"
"Dia sama sensei Rio, sensei Biyan, sama sensei Aben tiap minggu suka ngajarin kami bahasa jepang dan matematika di panti. Pokoknya mereka baik deh"Nata menyerah tidak mendapati sumber suara dan mengalihkan perhatiannya lagi kepada Embun yang sedang berbicara pada anak yang sama. Ia menghela napas panjang setidaknya dia tidak akan mati konyol di pinggir jalan gegara memikirkan seseorang yang ingin ia miliki.
Apa audrey ya yang panggil gue tadi..?
"SENNSEEIII.." anak yang bersama Embun itu kembali memanggil dan melambaikan tangan. Tebakan Nata tidak salah dan melambaikan tangan ke udara sembari membalas jua dengan senyum manis.
Embun tertegun dengan topik ini walaupun audrey mengucapkannya dengan terbata-bata.
Audrey membisikan sesuatu di telingga Embun "Kak Nata juga seorang pakar cinta"
Nata gusar setelah menyapa Audrey, sekarang ia seakan tengah bergosip dengan Embun sambil melirik kehadirannya yang penuh dengan tanda tanya.
Apa yang dilakukan mereka berdua..?, kenapa mereka berdua bisik-bisik begitu. Apa audrey berkata sesuatu tentangku..?, kenapa Embun tertawa mendengarnya..?, apa audrey mengatakan kalau aku homo..? Ini gara-gara si Aben kemarin nih bilang gue homo. Audrey masih ingat ngga ya kalau ku jelasin homo itu sejenis umbi-umbian. Ah Ngaa mungkin lah audrey ngomong gitu, paling dia cerita lagi tentang kucingnya yang beranak enam yang semuanya mirip muka kucing jantan yang punya rumah paling gede di kompleks ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Hope
RomanceNata seorang pria yang tampan, pintar dan baik. ketulusannya lebih dari apapun masa lalu itu. dari semua welas asih yang terlihat dimatanya, jauh didalam benak ia hanya seorang yatim piatu dengan cacat yang dapat merenggut nyawanya setiap waktu.. mi...