Trick or Treat!

56 2 0
                                    

Halo! Dalam rangka halloween, saya bikin sebuah cerita nih. Semoga kalian suka!:)

***


Halloween day! Finally!

Hari ini adalah hari terakhir project gue dan temen-temen gue di salah satu mall terbesar di Indonesia, yaitu rumah hantu. Since today is our last day of our project, gue dan beberapa orang temen gue bakal jadi salah satu hantunya!

"Nah, Ari dan Rey," kata Regi yang merupakan seksi sibuknya project ini, "kalian berdua tar tempatnya di deket pintu keluar ya karena kostum kalian paling serem," tunjuk Regi pada gue dan Ari. Gue dan Ari mengangguk bersamaan.

"Ri, lo aja deh yang paling terakhir. Gak asik jadi yang paling akhir, orang-orang suka kesenengan." Ari iya-iya aja. Emang sohib gue satu ini hidupnya selalu lempeng-lempeng aja.

Event dibuka, dan gak kerasa tiga jam berlalu dengan cepat. Sejauh ini gue belum menemukan 'korban' yang benar-benar bikin gue ngakak. Palingan orang pacaran, pas ceweknya gue kagetin, ceweknya nangis. Gue sih langsung kabur, gak mau ikut-ikutan nenangin ceweknya.

"Rey, ada yang kocak gak?" bisik Ari yang ada di ruang sebelah.

"Belum nemu yang sampai bikin gue ngakak sih. Lo ada?"

"Belum juga. Yah, padahal sebentar lagi tutup. Duh lama lagi nih. Mana sih orang-orang? Gue pengen pipis," keluh Ari, masih berbisik.

Tiba-tiba, terdengar jeritan cewek dari ruang sebelah, ruangan yang isinya manekin-manekin yang bisa gerak.

"Ri, ada mangsa!" bisik gue pada Ari.

Gue memposisikan diri gue ke belakang meja biar gak keliatan sama empat cewek yang udah masuk ruangan gue. Dari gerak-geriknya, gue udah bisa nerka kalau cuma satu dari empat cewek itu yang pemberani. Dua lainnya penakut, satunya sok-sok berani.

Ketika jarak antara gue dan keempat cewek ini menipis, gue menarik tali yang berfungsi menjatuhkan manekin ke kaki mereka.

Tali gue tarik dan seperti dugaan gue...

"KYAAAA!!"

Cewek-cewek itu lari terbirit-birit, kecuali satu, yaitu si cewek pemberani. Dia awalnya kaget, tapi ngeliat tingkah temen-temennya, dia sekarang ngakak sampai megang perut.

Gue yang gak terima--karena ini rumah hantu, bukan tempat lawak--loncat ke depan si cewek sambil teriak sekenceng-kencengnya.

Si cewek ini terlonjak, mukanya yang girang kini berubah pucat. Hah! Makanya jangan ketawa-ketawa di rumah hantu dong. Gini-gini juga hasil kerja keras gue dan temen-temen.

Sialnya, hal yang selanjutnya gak bisa gue terka, karena tiba-tiba muncul bunyi tamparan dan pipi kiri gue terasa panas. Refleks, gue megangin pipi gue yang baru kena tampar cewek yang lagi hadap-hadapan sama gue.

Gak terima, gue berniat marah. Sumpah gue gak peduli kalau dia itu cewek. Walau gue lagi pake kostum hantu, gimana pun gue kan lagi kerja. Dan sekarang dia nampar gue gitu aja?!

Gue mengambil napas panjang. Emosi gue udah sampai ke ubun-ubun. Lebih sialnya lagi, gue udah mau nyerocos marahin ni cewek, detik berikutnya cewek ini terkapar ke lantai.

Hening.

Sumpah gue bingung.

Gue baru sadar beberapa detik kemudian. Dia pingsan. Gue ulangi. Dia pingsan! Mati gue!

Gue langsung menepuk-nepuk pelan pipi mulus cewek ini. "Mbak? Mbak? Mbak, bangun dong, Mbak!" Berkali-kali gue berusaha ngebangunin cewek ini, tapi dia gak ngebuka matanya sekalipun.

"Ari! Ri, sumpah tolongin gue!"

Ari muncul dari ruangan sebelah dengan muka lempengnya, menatap gue dan cewek ini bergantian.

"Cepet tolongin! Aelah malah diem!" Tanpa berpikir panjang lagi, gue, dibantu sama Ari, ngegotong cewek itu keluar dari rumah hantu ke ruang kostum. Jujur aja, gue sanggup sebenernya gendong cewek ini, soalnya badan cewek ini kecil, paling cuma sekitar 40-50 kiloan. Tapi karena gue masih shock, gue meminta tolong Ari.

Gue mendorong pintu ruang kostum, dan menemukan Babas yang lagi main HP. Babas kelihatan sedikit tersentak ketika gue mendorong pintu ruangan, tapi dia makin kaget lagi karena gue bawa cewek ke ruangan itu. Pingsan, lagi.

"Loh, Rey? Kok.."

"Panggil Regi!" Gue dan Ari menidurkan cewek ini di sofa, sedangkan Babas masih diam seribu bahasa.

"Malah diem sih? Panggil Regi!" perintah gue lagi. Babas akhirnya ngangguk, lalu lari terbirit-birit. "Ri, ambilin air anget dong."

Ari mengangguk, lalu segera keluar dari ruangan. Gue masih mencoba nepuk-nepuk pipi cewek ini. Sumpah, dia cantik. Tapi itu bukan hal yang lagi gue pikirin sekarang. Tar aja pas dia udah bangun, gue modus.

"Mbak? Mbak?" Gue lalu teringat sama make up gue yang masih menunjukkan muka seram, lalu gue menghapusnya asal. Gue takutnya pas cewek ini bangun, dia pingsan lagi gara-gara liat muka gue.

Setelah beberapa menit, akhirnya cewek ini sadar dan ngebuka matanya. "Dimana gue?" tanyanya. Matanya masih mengerjap-ngerjap bingung.

"Di ruang kostum, Mbak. Mbak tadi pingsan," jelas gue. "Mbak gak apa-apa?" Pertanyaan bodoh sih emang, tapi gue sendiri bingung mau nanya apa.

"Iya, gak apa-apa," jawabnya. Cewek itu mendudukan dirinya di sofa.

Gak berapa lama, Regi dan Babas masuk ke ruangan.

"Kenapa?" tanya Regi panik. Muka Babas juga gak kalah paniknya. 

"Ini, Mbaknya tadi pingsan," jawab gue singkat sambil nunjuk cewek di hadapan gue. "Tapi sekarang udah mendingan kayaknya."

"Oh, yaampun maaf ya, Mbak. Kami gak nyangka Mbak bisa pingsan kayak gini," kata Regi sambil mendekatkan diri pada cewek ini. Regi mengalihkan pandangannya pada gue. "Lo belum kasih minum?"

"Gue udah nyuruh Ari tadi." Di saat yang sama, Ari masuk ke dalam ruangan. "Nah itu dia!"

"Minumnya mana, Ri?" tanya Babas yang kini berdiri di samping gue.

"Hah?" Sumpah, muka lempeng Ari minta gue tabok.

"Air anget, gue kan tadi nyuruh lo ambil air anget?" jelas gue.

Ari kini malah mengernyitkan dahinya. "Lah, gue baru balik dari WC."

"Bukannya ambil minum, malah ke WC," protes Regi.

"Minum buat apa sih? Pake nyuruh-nyuruh gue," keluh Ari. Gue jadi aneh sendiri sama Ari.

"Air anget, Ri. Kan ada yang pingsan." Gue mencoba menjelaskan lagi pada Ari yang sekarang memasang muka cengo.

"Ada yang pingsan?!" Ari menaikkan nadanya. Gue, Regi, Babas, dan si cewek saling bertukar pandang. Kita bingung, Ari juga bingung.

"Kan lo bantuin Rey gendong cewek yang pingsan tadi," ungkap Babas yang tadi sempat melihat gue dan Ari menggotong cewek ini. Gue mengangguk mengiyakan.

"Kalian serius itu gue? Soalnya gue baru dari WC, belum masuk-masuk lagi ke rumah hantu."

Sumpah, bulu kuduk gue bergidik ngeri. "Jadi," Regi menatap ke arah gue, "kalau bukan Ari, yang nolongin lo siapa, Rey??"

Detik berikutnya, gue ngerasa semuanya jadi gelap.

***

Happy Halloween!
Awas ada yang merhatiin lo dari jauh....





Gue maksudnya. Merhatiin lo pada voments ga wkwk

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang