4

34.5K 1.4K 2
                                        

Suasana dalam mobil hening. Tak ada pembicaraan apapun. Ada yang sibuk memainkan hpnya, membaca buku, mendengar musik dan ada yang diam menatap lurus ke depan. Wanita paruh baya itu diam memikirkan rencana perjodohan dengan anak temannya. Ia takut dengan anaknya yang tak kunjung mempunyai pasangan karena selalu berkutat dengan buku tebal-tebal mereka. Gema pikir tak ada salah nya bukan kalau ia menjodohkan anaknya. Ia percaya bahwa jodoh sudah ada yang mengatur tapi kita tahu saja kan kalau kita tidak duluan mendapatkan jodoh kita bisa-bisa di balap orang. Tikungan kan ada dimana-mana pikirnya. Gema menghela nafas dan menoleh ke belakang menatap ketiga anak kembarnya yang sibuk dengan aktivitas masing-masing.

"Kalian tidak keberatan bukan?"tanya Gema langsung dibalas dengan tatapan anaknya. Memang ketiga anaknya ini tergolong tak mau banyak bicara alias pendiam. Mereka tidak ingin membicarakan hal yang tidak penting. Bagi mereka itu buang-buang waktu lebih baik mereka membaca buku yang belum di selesaikan di perpustakaan rumah.

"Biasa saja."ucap Teta mewakili kedua kakaknya.

"Baik kalau begitu pernikahan segera  dilaksanakan saja."kata Gema final tak menerima bantahan dan penolakan.

Mereka sampai di rumah dan menuju kamar masing-masing. Beginilah suasana rumah Gema dan Galuh, jarang ada pembicaraan karena masing-masing punya kesibukan. Mereka lebih memilih berkutat dengan buku atau apapun yang bermanfaat daripada sekedar duduk mengobrol.

"Pah, anakmu itu kenapa sih diem gitu? Merasa gak punya anak aja nih mamah."gerutu Gema ke suaminya setelah mereka tiba di kamar.

Galuh menghela nafas dengan pertanyaan istrinya yang itu-itu saja. Mengeluh sifat anaknya.

"Memang gitu mah, entar juga rame nih rumah kalau kamu punya mantu kan. Tiga sekaligus."kata Galuh memberi pengertian yang dibalas tatapan berbinar istrinya.

"Astaga aku lupa yah, ahh biar kelakuan mereka kayak gitu tapi menurut mama mereka menyenangkan."

"Terserah mama saja, ya sudah kita tidur. Papa capek banget, apalago papa ada meeting besok."

"Oke, ayoo."

"Tidur mah, gak ngapa-ngapaim ya."

"Hehehe"

"Selamat malam, Gema."

"Selamat malam juga, Galuh. Nice dream"

*****
Sudah hampir dua bulan sejak kejadian kabur di restoran malam itu. Mereka tidak tahu menahu dengan acara perjodohan itu. Mereka mengira tante Gema sudah ilfeel dengan kelakuan tak wajar mereka dan membatalkan perjodohan. Namun sayang, mereka tak tahu jika perjodohan itu berlanjut.

Sehabis ibunya sampai di rumah, mereka di jewer dan di omeli habis-habisan. Tapi meskipun begitu, mereka tetap saja bertindak seolah tak ada masalah. Hari mereka kembali menyenangkan.

Tak ada yang berubah dengan kelakuan tiga cewek-cewek itu. Tetap menyebalkan dan itu tak pernah berubah. Setiap hari mereka datang ke kampus, bukannya mendengarkan penjelasan dosen mereka malah tidur, mojok dam dengerin musik. Setiap ada tugas mereka selalu tepat waktu mengerjakan. Ya iyalah kalau mereka membayar teman mereka untuk mengerjakan tugas. Selama uang bertindak apa sih yang gak bisa disini. Kalau ada ujian pun, nilai mereka tidak mengecewakan kadang-kadang saja nilai mereka bisa mendapat nilai sempurna yang membuat teman-teman mereka menaruh rasa iri, kagum dan curiga. Pasalnya mereka itu jarang sekali belajar dan setiap ke kampus aja malah gak dengerin dosen lalu kenapa bisa nilainya tinggi?
Kalian gak tahu kan kalau di setiap kesempatan mereka meluangkan waktu untuk belajar, kadang kalau yang lain sibuk mereka selalu lihat hp itu bukan berarti gak belajar. Mereka mengambil gambar materi yang akan di ujikan dan dipelajari di hp. Lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Itulah gunanya teknologi bagi mereka bukan sekedar untuk eksis di dunia maya. Nakal boleh, bego jangan. Prinsip yang selalu mereka pegang, nakal disini bukan berarti seks bebas dan narkoba tapi cuma sekedar nongkrong malem, ngerokok itu pun juga kadang-kadang, ke klub paling sekedar minum dan joget-joget gak jelas yang niatnya ngilangin penat.

Mereka juga bukan anak manja yang tinggal minta duit orang tua. Dari SMA mereka sudah menjadi artis endorsean. Dapat barang, dapat uang. Itu untuknya jadi brand ambrassador. Selain itu, mereka juga jadi vlogger yang banyak di tunggu vlognya oleh anak-anak remaja. Dengan bermodalkan teknologi yang semakin canggih mereka bisa mendapatkan uang tanpa minta orang tua meskipun orang tua mereka kaya dan mampu membelikan mereka barang mewah.

"Chaaaaacaaaaa."teriak Hera yang kesal melihat Chaca sibuk main hp.

"Apa sih Her?"jawab Chaca santai.

"Njing, giliran elo pemotretan tuh. Dari tadi elo udah di tunggu. Buruan."

"Kenapa sih buru-buru amat?"

"Ke club lah, anak-anak pada ngumpul di sana. Stefi ultah tai, emang lo gak mau ngumpul apa?"

"Si kutilang darat yang banyak gaya itu. Elahh bilang dong, gue kan mau hancurin ultah dia. Asyikkk"kata Reta gembira ikut masuk dalam pembicaraan Hera dan Chaca.

"Yaudah sana lo pergi, acara bentar lagi di mulai. Cepet."kata Hera menarik tangan Chaca agar segera beranjak dari duduknya. Chaca mendengus sebal dengan kelakuan seenak jidat temannya.

Setelah Chaca selesai dengan sesi pemotretannya, mereka langsung menuju ke Bougencile's club. Disana sudah banyak teman-teman mereka yang sedang bersenang-senang. Ada yang di dance floor, ada yang sudah mabuk, ada yang make out, dan ada yang lagi main bareng. Kedatangan mereka di sambut antusias, mereka senang karena ketiga sahabat itu datang dan bersenag-senang bersama. Kalau ada mereka suasana tambah menyenangkan.

Tanpa mereka sadari, di ujung sana ada ketiga laki-laki yang menatap mereka dengan tajam. Seolah tak habis pikir dengan kelakuan calon istri mereka. Benarkah ini yang akan mereka nikahi 2 hari lagi? She's a liar.

Tbc

Bad Girls Meet The Good BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang