"Iya, Ret biar ada yang jaga terus bimbing kalian biar mama gak pusing juga liat kelakuan kalian."
"Ih, kok gitu sih? Kalian gak sayang lagi sama kita? Gak mau ngurus kuta lagi? Gak mau jaga kita? Kalau gitu kami kabur aja. Yuk, Ret yuk Her"ucap Chaca yang disambut gelak tawa mereka. Hera dan Reta memandang Chaca kesal seolah ingin mencakar muka sok polos itu.
"Bukan gitu, Ca. Kamu taulah kalian kan gak bisa di urus, waktu SMA aja kalian banyak di DO banyak di beri surat panggilan terus masuk BP kan kami cepek. Belum lagi baru-baru ini kalian udah bikin ulah, kami capek loh.. kami udah tua gini."
"Kata siapa mami udah tua? Orang masih 35 gitu. Masih kuat lagi diranjang."
"Heraaaa! Mulutnya ya!"teriak ketiga ibu itu yang di balas cengiran bodoh khas Hera. Chaca dan Reta terkikik melihat ekspresi orang tua mereka yang memerah.
"Malam ini kita ada acara makan malam sama orang tua calon suami kalian."
"Siap-siap, jangan bertindak bodoh."
****
Mereka membaringkan tubuh mereka di kasur dengan rambut menjuntai ke bawah dan kaki yang dinaikkan ke dinding.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka diam memikirkan apa yng harus mereka lakukan untuk membatalkan rencana dinner nanti malam. Sungguh mereka masih belum siap dengan apapun yang menjurus ke hubungan serius.
"Anjirr, gue belum siap jadi ibu rumah tangga"
"Gue belum siap jadi emak-emak yang make daster"
"Gue belum siap jadi istri yang diam di rumah kayak orang bego nunggu suaminya pulang."
"GUE BELUM SIAP"teriak mereka bersamaan.
"Ca, Ret beneran ini kita jadi kayak gitu? Kita harus buat rencana , sumpah demi apapun gue belum siap jadi ibu rumah tangga yang diam di rumah ngurus anak make daster lagi. Ogahhhhh"
"Sama gue juga, bayangin aja kita masih muda gini masih have fun kenapa disuruh gituan sih?"
"Gimana kalau kita buat kekacauan aja. Bikin mereka ilfeel gitu sama kita terus buat onar lah"usul Chaca yang ditatap bego oleh Reta dan Hera.
"Ca, ini lu kan ca? Elahhh caca gue pinterrrr"teriak Hera dan Reta mengucap syukur bersamaan.
"Njir, gue gak goblok kali. Gue masih punya otak dan gue pinter."
"Iya, caca gue pinter hari ini. Cuma hari ini ya"
Mereka tertawa bersama melupakan sejenak masalah yang menimpa mereka. Dengan sahabat sedikit demi sedikit masalah berkurang.
"Eh, bagaimana kalau kita ke salon aja nih? Kan tadi kita gak jadi. Ayooo"ajak Hera yang langsung diangguki oleh Chaca dan Reta. Mereka kembali melajukan mobil ke salon langganan mereka tanpa ingat waktu dan masalah yang akan dihadapi nanti malam.
Langit sudah berubah jadi hitam menandakan malam telah tiba. Bintang--bintang menghiasi langit begitu indahnya. Bulan pun tak kalah indahnya menerangi sang malam. Ketiga sahabat itu masih belum juga pulang ke rumah padahal 30 menit lagi dinner akan dimulai. Belum lagi ditambah dengan waktu perjalanan mereka ke sana. Bunda terus saja menghubungi Hera namun tak kunjung di angkat. Mami dan mama hanya diam menunggu telepon Bunda di angkat. Bukannya mereka tak ingin menelpon anaknya tapi kalau salah satu saja tak diangkat maka ketiga panggilan pun juga tak diangkat. Makanya setiap kali ingin menelpon pasti salah satunya saja yang harus dihubungi. Entah kenapa ketiga ibu itu juga tidak tahu dengan kebiasaan anak mereka yang aneh.
Mama menghela nafas frustasi ketika melihat waktu yang terus berjalan dan semakin sedikit. Tak ada waktu lagi mereka pun juga menghubungi manager dan teman anaknya. Sayang sekali, tidak tahu ada dimana anaknya sekarang. Ketika kekhawatiran itu melanda, deru suara mobi terdengar. Mereka berlari menuju halaman depan melihat siapa yang datang. Disana. Ketiga anak mereka turun dari mobil dengan wajah tak bersalah dan tanpa dosa. Kekhawatiran yang melanda mereka pun lenyap diganti dengan amarah yang meluap hingga ke ubun-ubun.
"Mi, kenapa disini? Terus kenapa muka kalian kaya nahan boker sih, merah gitu?"tanya Reta yang berjalan mendekat ke arah ketiga ibunya yang tambah marah dengan ucapannya barusan.
"Loh kenapa mukanya tambah merah sih? Ya udah sana, ke wc gak baik di tahan-tahan bun."ucap Hera angkat bicara ketika melihat wajah ketiga ibunya yang semakin memerah.
"Kalian kemana saja?"teriak ketiga ibu itu yang hanya dijawab dengan kerutan di kening anaknya.
"Kenapa pada teriak? Kami tadi baru aja ke salon terus langsung shopping."jawab Chaca dengan wajah tak berdosanya.
Amarah ketiga ibu itu akhirnya meledak juga. Mereka mendekat ke anaknya dan langsung menjewer telinga mereka. Ketiga anaknya meringis kesakitan dan bingung dengan sikap ibunya. Mereka tak tahu kenapa ibunya bisa marah yang berakhir dengan menjewer mereka.
"Kenapa sih mi? Lepasin ah sakit ini"kata Reta yang memegang tangan maminya minta di lepaskan. Bukannya di lepas mami pun menjewer Reta kembali dan lebih sakit.
"Mamiiii sakitt telinga Reta mi, ahhh saakittt"
"Biarin, cepat kalian mandi terus pakai baju yang rapi kita ke restoram sekarang keluarga Wangsa menunggu kita cepat"perintah mama yang diangguki oleh mereka bertiga. Mereka berlari masuk ke kamar Hera dan duduk di ranjang.
"Anjing, pada gak ingat kalau malam ini jadi."kata Hera mengusap telinganya.