Part 3

18.3K 312 2
                                    

Zeus POV

Malam ini seperti biasanya, aku bersama teman-temanku melepas penat di salah satu cafe di jakarta selatan. Kami bercerita panjang lebar hingga rencana kelulusan kami, semakin larut pembicaraan semakin tak terarah.

Ku lihat Jemmy sudah tumbang dan bersandar di sudut sofa, Bari yang suka berbicara semakin cepat ocehannya ketika mabuk. Kepalaku sedikit pening, aku berjalan menuju toilet.

Ku lihat dari kejauhan sepertinya itu Kian, ahh.. kepalaku semakin pening, aku berjalan menghampiri Kian.

"Woy brengsek.. ngapain lu disini?" Suaraku menantang

"Zeus..." suara teman Kian kaget

"Zeus?! Ada apa?" Tanya Kian bingung

"Bro.. bro.. calm down.." suara teman Kian menenangkan

Kepalaku pening dan teman Kian membantuku untuk duduk di sofa, mereka memberikanku air mineral.

"Zeuss.. lu gapapa?" Suara itu tak asing di telingaku

"Petra.." aku sedikit tersadar mendengar suara Petra

"Long time no see bro.." jawab Petra dengan senyumnya, dia memelukku gentle

"Kapan lu sampe jakarta?" Suaraku yang sedikit-sedikit bisa mengontrol bicaraku

"Baru sampe kemaren gw. Hahahaa.. makin keren aja lu, Btw lu ada masalah apa sama Kian?" Tanya Petra penasaran

"Kemaren gw ga sengaja ngelempar botol ke mukanya, sorry bro gw ga ada maksud" suara Kian memelas

"WHAT THE FU*KKKK" Petra kaget mendengar alasannya

Ah ingin sekali aku menghabisi anak ini kalau bukan karena Petra sudah ku patahkan tulang-tulangnya.


"Yaelah bro.. gw pikir cewe lu direbut Kian" canda Petra dan membuatku sedikit tersadar

Kenapa aku sampai sejauh ini??

"Hi Petra.." suara seorag wanita melepas lamunanku

"Visca?!" Suaraku kaget

"Iya aku? Ada apa?" Tanya Visca bingung padaku

Aku terdiam tidak mempercayai akan kehadiran Visca, mau apa dia disini? Apa dia akan membunuh Kian disini atau mungkin dia akan membelah-belah tubuh Kian?

Visca berjabat tangan dengan Petra dan dia duduk di sebelah Kian. DI SEBELAH KIAN??


"Aku pulang duluan ya" ijin Visca pada Kian dan dia berpamitan pada yang lain



Aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi, bukannya mereka sudah putus? Kenapa sekarang mereka kelihatan akrab?


"Lu bukannya udah putus sama Visca?" Tanyaku pada Kian to the point


"Iyaa" suara Kian mantap dan menganggukan kepalanya


"Kok? Hmmm?" Suaraku yg semakin bingung



"Ahh.. lu denger gosip kampus? Ga kaya gitu kok, Visca yg mutusin gw bukan gw yg nyampakin Visca. Lagi pula kita masih berteman kok" Kian mencoba menjelaskan


"Gw cabut dulu ya, ga kuat kepala gw" aku berpamitan pada yang lain


Aku berlari menghampiri Visca dan mencoba mencari jawaban darinya.



"Hoy.. hoy.." aku memanggil Visca dan dengan sedikit berlari lalu menahannya pergi


"Ada apa?" Tanya Visca bingung


"Lu ke..napa..kenapa.." suaraku terenggah-enggah karena lelah berlari


Visca terlihat bingung.


"Bodoh..!" Suara Visca mengumpat


Duh.. mudah sekali wanita ini mengatakan kata-kata itu, padahal aku mati-matian membelanya. Dasar Wanita....


Aku melepaskannya pergi, dia berjalan meninggalkanku. Aku menuju parkiran dan sedikit sempoyongan. Aku menarik nafasku dalam-dalam dan mencoba menenangkan diriku.


Kepalaku masih terasa pusing, mobil yang ku kendarai oleng dan menabrak pembatas jalan. Kepalaku terbentur setir mobil dan membuatku tersadar.


SHIT...!!!


Darah mengalir dari keningku, aku terdiam sejenak. Ku mundurkan mobilku dan kembali menelusuri jalan.
Duh.. rasa sakitnya mulai timbul, aku menuju rumah sakit untuk mengobati lukaku.



Dokter memanggilku dan menyuruhku untuk foto rongten dan mengecek luka dalam. Aku menunggu hasil rongten diruang tunggu. Ku lihat seorang wanita sedang tertidur pulas di depan kamar pasien.


Aku menghampirinya dan benar saja dia adalah Visca, wajahnya tertidur dengan damai. Aku terduduk di sampingnya dan memberikan bahuku untuk sandarannya sepertinya dia sangat lelah.


"Kenapa kamu selalu muncul?" Tanya Visca yang sepertinya sudah terbangun


Dia masih tertidur di bahuku dan membuatku kaget.

"Eh.. hmmm.." suaraku bingung mencari alasan


Visca tetap bersandar pada bahuku dan membuatku semakin gerogi.


"Kenapa kamu memukul Kian?" Tanya Visca dan kali ini membuatku mati seketika


"Itu.. hmmm.." suaraku semakin tak karuan, dari mana dia tau bahwa aku memukul Kian


Visca terbangun dan menatapku, wajahku pucat dan rasa sakit di keningku hilang begitu saja. Dia menatapku kaget melihat luka di keningku, dia menyentuh keningku. Wajahnya membuatku kehilangan kata-kata, tanpa persiapan aku mencium bibirnya.


OH DAMN..!!!


Apa yang baru saja aku lakukan?? Kenapa aku melakukan hal bodoh itu, Visca menatapku dengan wajah penuh tanya.


Aku semakin berkeringat tapi kali ini wajahku memerah, dokter memanggilku dari kejauhan. Astaga aku benar-benar diselamatkan oleh seorang dokter, aku berjalan meninggalkan Visca yang masih terlihat bingung.


"Dok.. trimakasih" senyumku kepada dokter


"Trimakasih untuk apa? Hasil pemeriksaannya kan belum saya beri tau" jawab dokter yang sedikit bingung


"Dokter telah menyelamatkan nyawa saya dengan pemberitahuan hasil rongten atau pun tidak" jawabku bersemangat



"Kau ini ada-ada saja, syukur hasil rongtennya menunjukkan semuanya baik-baik saja" jawab dokter dengan senyumnya

She/He Is PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang